Loading

Hotel Inna Garuda Malioboro

Status : Bangunan Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Bangunan Cagar Budaya Hotel Grand Inna Malioboro terdiri atas tiga unit bangunan yaitu satu unit bangunan utama, dua unit bangunan samping yang saling berhadapan. Bangunan utama berdenah persegi panjang menghadap barat ke arah Jalan Malioboro, sedangkan dua bangunan samping berdenah persegi panjang terletak di depan bangunan utama dengan orientasi masing-masing utara dan selatan saling berhadapan satu sama lain. Di antara ketiga unit bangunan terdapat halaman tengah yang sekaligus sebagai akses masuk utama dari arah barat (Jalan Malioboro).  

Bentuk ketiga unit bangunan ini merupakan hasil perubahan di tahun 1929 dari bentuk awalnya yang dibangun pada tahun 1908. Perubahan bentuk dan arsitektur bangunan dari gaya arsitektur Indis menjadi gaya arsitektur modern Art Deco. Perubahan hasil renovasi ini tidak mengubah tata letak bangunan yang tetap terdiri atas satu bangunan utama dan dua bangunan samping yang saling berhadapan.

Hotel Inna Garuda terletak di Jl. Malioboro No. 60 Yogyakarta. Hotel ini merupakan hotel pertama di Yogyakarta yang dibangun pada tahun 1908 dan beroperasi pada tahun 1911 dengan nama “Grand Hotel de Djogja”. Pada masa pendudukan Jepang tahun 1942, diganti dengan nama Asahi Hotel (Matahari Terbit). Pada masa kemerdekaan pada tahun 1946 pernah menjadi markas Jenderal Soedirman dan berubah menjadi “Hotel Merdeka”. Pada tahun 1960 berganti nama menjadi “Hotel Garuda”. Kemudian pada tahun 1975 berganti nama menjadi “Natour Garuda”. Sekarang namanya diganti menjadi “Hotel Inna Garuda”.

Hotel Inna Garuda memiliki gaya arsitektur Eropa. Hotel Inna Garuda memadukan unsur modern Eropa dan Tradisional Jawa. Bangunan yang menjulang tinggi dengan dan jendela besar dengan penutup kaca merupakan unsur modern Eropa yang diterapkan di Hotel Inna Garuda. Pada gaya arsitektur modern Eropa, atap yang digunakan adalah model atap datar menggunakan cor beton. Bentuk seperti ini sangat tidak cocok untuk digunakan di Indonesia yang memiliki iklim tropis basah. Untuk menanggulangi hal tersebut maka atap yang digunakan adalah model atap limasan untuk mengurangi volume air yang diterima pada bagian atap. Kemudian juga memperhatikan orientasi sinar matahari timur-barat dan menggunakan galeri keliling untuk melindungi dari tampias hujan. Denah ruangan dibentuk “tipis” untuk memudahkan cross ventilasi yang sangat diperlukan pada daerah beriklim tropis seperti Indonesia.

Hotel Inna Garuda masih mempertahankan bentuk asli bangunannya. Pada bagian sayap utara dan selatan sudah mengalami renovasi tapi dengan memperhatikan keaslian bentuknya. Hotel ini sekarang telah menjadi hotel kelas bintang empat dengan segala fasilitas yang ditawarkan. Dulu hanya digunakan untuk tamu-tamu dari Belanda yang ingin menjalankan bisnis, tapi sekarang telah dibuka untuk umum.

Pemilik/pengelola bangunan ini menerima penghargaan Pelestari Warisan Budaya / Cagar Budaya dari Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2013.

Referensi : 

  • Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta. 2014. Lensa Budaya 2: Menguak Fakta Mengenali Keberlanjutan. Yogyakarta: Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta.
  • Handinoto. 1996. Perkembangan Kota Dan Arsitektur Kolonial Belanda Di Surabaya 1870-1940. Surabaya: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Kristen PETRA Surabaya dan ANDI.

 


Status : Bangunan Cagar Budaya
Periodesasi : Kolonial (Belanda/Cina)
Tahun : 1908
Alamat : Jl. Malioboro No. 60 , Suryatmajan, Danurejan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
7.790609° S, 110.366881° E

No. Registrasi Nasional RNCB.20160426.02.000181
SK Menteri : SK Menteri NoPM.89/PM.007/MKP/
SK Gubernur : SK Gubernur DIY No. 77/KEP/2017
SK Walikota/Bupati : SK Walikota No. 798/KEP/2009


Lokasi Hotel Inna Garuda Malioboro di Peta

Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi
Tebal
Diameter
Berat
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Jenis Struktur : Kolonial
Dimensi Struktur
Jenis Bangunan : Kolonial
Fungsi Bangunan : Penginapan
Komponen Pelengkap :
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Deskripsi Fasad : 1. Bangunan Utama2. Bangunan Sayap Utara dan Selatanbovenlicht besar berupa mosaik kaca patri tepat di atas bukaan pintu masuk utama
Deskripsi Konsol : 1. Bangunan Utama2. Bangunan Sayap Utara dan Selatan
Deskripsi Jendela : 1. Bangunan Utamapanil kaca, terdapat bovenlicht dengan penutup kaca patri bentuk 3 bidang persegi panjang vertikal serta roster sebagai lubang ventilasi2. Bangunan Sayap Utara dan SelatanPanil kaca
Deskripsi Pintu : 1. Bangunan Utamapanil kaca, terdapat bovenlicht dengan penutup kaca patri bentuk 3 bidang persegi panjang vertikal 2. Bangunan Sayap Utara dan Selatan
Deskripsi Atap : 1. Bangunan Utama2. Bangunan Sayap Utara dan SelatanPelana, dormer yang dilengkapi miniatur atap tajuk di bagian atasnya
Deskripsi Lantai : 1. Bangunan Utama2. Bangunan Sayap Utara dan Selatan
Deskripsi Kolom/Tiang : 1. Bangunan Utama2. Bangunan Sayap Utara dan Selatan
Deskripsi Ventilasi : 1. Bangunan UtamaRoster2. Bangunan Sayap Utara dan Selatan
Deskripsi Plafon : 1. Bangunan Utama2. Bangunan Sayap Utara dan Selatan
Jenis Ragam Hias : 1. Bangunan UtamaDominasi cat bangunan berwarna putih dengan elemen partisi kayu sebagai ornamen yang menempel pada dinding interior. 2. Bangunan Sayap Utara dan Selatan
Fungsi Situs : Penginapan
Fungsi : Penginapan
Peristiwa Sejarah : 1908: Mulai pembangunan hotel sekaligus merupakan salah satu hotel awal di Kota Yogyakarta, bentuk bangunan menyerupai Hotel Oranje di Surabaya. 1911: Operasional hotel dan bernama Grand Hotel de Djokja. Pemilik pertama hotel: N.V. Marbak. Pada awalnya bangunan hotel berbentuk bangunan utama yang dilengkapi deretan bangunan pondok/paviliun (cottage), saat itu hotel ini merupakan yang terbesar dan termewah di Yogyakarta. Pembukaan hotel ini sebagai penginapan dilaksanakan pada 15 September 1912 yang diumumkan melalui surat kabar De Express, 23 September 1912. Bangunan Grand Hotel de Djokja bentuk awal (1908–1929) memiliki karakteristik bangunan arsitektur Indis. Hal ini terlihat dari ciri khusus yang tampak pada bentuk denah, material yang digunakan, bentuk atap pelana dan perisai, bentuk gable yang mencolok, keberadaan pilaster, serta menara kembar pada bagian depan bangunan. Bangunan hotel dirancang oleh arsitek Harmsen & Pagge. Dalam surat kabar De Express tanggal 18 September 1912, mencantumkan bangunan hotel terdiri dari bangunan utama serta bangunan samping kanan dan kiri yang masing-masing terdapat 5 paviliun. 1925: Grand Hotel de Djokja ini menjadi tempat pendirian ABHINI (Algemeene Bond Hotelhuders in Nederlandsch-Indie). Organisasi ini adalah perhimpunan pemilik, pengelola, pengurus hotel dan restoran, para direktur atau komisaris perusahaan hotel di Hindia-Belanda kala itu.1929: Perubahan bangunan hotel sebagaimana diberitakan dalam surat kabar Algemeen Handelsblad voor Ned-Indie, tanggal 10 April 1929. Pada perubahan pertama ini bangunan utama dan bangunan paviliun diganti dengan bangunan bertingkat. Seluruh pengerjaan perubahan bangunan dilakukan oleh biro arsitek Sitzen & Louzada yang selesai pada 1930.1942: Pada masa pendudukan Jepang nama hotel diganti menjadi Asahi Hotel. Fungsi Hotel ini berubah menjadi markas militer Tentara Pendudukan Jepang di Yogyakarta. Pada bangunan hotel ini pernah menjadi kantor penerbitan surat kabar “Sinar Matahari”.1945: Setelah kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 hotel ini dinasionalisasi dan berubah nama menjadi Hotel Merdeka. Perubahan nama menjadi “Hotel Merdeka” ini juga terjadi pada hotel yang terdapat di kota Yogyakarta, Surakarta, Madiun, Cirebon, Sukabumi, Malang, Sarangan, dan Purwokerto. Pengelolaan hotel di kota-kota tersebut berada pada Badan Pusat Hotel Negara (BPHN) yang didirikan pada November 1946, kemudian pada 1 Juli 1947 berubah menjadi Badan Hotel Negara dan Tourisme (HONET). Badan ini bertugas untuk meneruskan pengelolaan hotel-hotel milik pemerintah yang berada di Indonesia. Sejak Desember 1945–Maret 1946, pada kamar No. 911 pernah digunakan sebagai kantor Markas Besar Oemoem (MBO) Tentara Keamanan Rakyat. Kamar tersebut sempat ditempati Panglima Besar Jenderal Sudirman saat terjadi peristiwa Agresi Militer II. Untuk memperingati peristiwa tersebut, pada 30 Desember 1996 diresmikan prasasti Panglima Besar Jenderal Sudirman. Kamar No. 911 di sudut barat daya bangunan sayap selatan tersebut masih dalam bentuk asli dan disewakan sebagai kamar penginapan Sudirman Suite. 1946: Periode Ibukota RI dipindah ke Yogyakarta, hotel ini menjadi kantor untuk kabinet pemerintahan. 1950: Perubahan nama dari “Hotel Merdeka” menjadi “Hotel Garuda”. Pergantian nama ini diumumkan oleh pengelola melalui surat kabar Algemeen Indisch dagblad de Preangerbode 13 Januari1970: Melalui Surat Keputusan Walikota Kepala Daerah Kotamadya Jogjakarta No. 09/K.D./1970 tanggal 20 Maret 1970 Hotel Garuda diklasifikasikan sebagai Hotel Internasional yang berkelas bisnis. 1975: Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1975, Hotel Garuda menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pengelolaannya yang bekerja sama dengan PT Natour, sehingga terjadi pergantian nama menjadi “Hotel Natour Garuda”.1982: Penambahan bangunan baru di belakang bangunan utama hotel dan pembongkaran bangunan sayap bagian belakang sisi utara dan selatan serta doorlop yang menghubungkan dengan bangunan utama. Pembangunan ini merupakan upaya peningkatan level dari hotel berbintang satu menjadi hotel berbintang empat. Pembangunan dilakukan selama 1982–1984 yang kemudian diresmikan pada tahun 1987 oleh Depparpostel RI. Proses pembangunan tersebut tetap mempertahankan bentuk bangunan utama dan bangunan sayap utara dan sayap selatan bagian depan.  1991: Perluasan bangunan hotel di sisi selatan yang diresmikan pada 29 Juni 1991 oleh Sri Paduka Paku Alam VIII selaku Penjabat Gubernur DIY saat itu. 1993: Perluasan hotel saat PT Natour sebagai pengelola bergabung dengan PT. Hotel Indonesia Internasional.2001: Sejak 19 Maret 2001 PT. Natour melalui Departemen Keuangan Pasal 108 UU No. 1 tahun 1995 tentang perseroan terbatas berubah menjadi PT. HIN (Hotel Indonesia Natour). 2002: Perubahan nama dengan menyandang nama “INNA” (menjadi (“Hotel Inna Garuda”) untuk seluruh hotel, restoran, dan katering di bawah naungan PT. HIN sebagai nama bisnis korporat sekaligus nama komersial.  2017: Perubahan nama dari “Hotel Inna Garuda” menjadi “Grand Inna Malioboro”. Dibangun pada tahun 1908 dan beroperasi pada tahun 1911 dengan nama Grand Hotel De Djogja. Pada masa kemerdekaan menjadi markas Jenderal Sudirman sehingga pada tahun 1946 berubah nama menjadi “Hotel Merdeka”. Tahun 1960 dihibahkan kepada Pemerintah Indonesia dengan nama “Hotel Garuda”
Nilai Budaya : Bangunan Cagar Budaya Hotel Grand Inna Malioboro merupakan salah satu bangunan berarsitektur Indis sebagai elemen penguat karakter Kawasan Cagar Budaya Kraton khususnya di area Jalan Malioboro yang mempunyai peran sejarah kemerdekaan RI.
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia
Pengelolaan
Nama Pengelola : Unit Grand Inna Malioboro
Alamat Pengelola : Jalan Malioboro No. 60 RT 001 RW 001, Kelurahan Suryatmajan, Kecamata
Persepsi Masyarakat :
Catatan Khusus : Rekomendasi; - Mohon segera dipasang papan nama yang memberi informasi bahwa bangunan Hotel Inna Garuda adalah bangunan Cagar Budaya - Minta SK yang masih berlaku Menerima Penghargaan Pelestari Cagar budaya Tahun 2013