Jembatan kereta api Winongo menghubungkan Dusun Glondong dan Dusun Niten, Kelurahan Tirtonimolo, Kecamatan Kasihan, Bantul. Jembatan terbentang di atas Sungai Winongo. Jembatan ini memiliki panjang 37,5 m dan lebar 1,2 m. Rel di Jembatan Winongo diletakkan di atas bantalan balok kayu. Balok kayu tersebut diletakkan di atas plat baja memanjang sepanjang jembatan. Plat baja ditopang balok kayu. Balok kayu tersebut ditopang oleh lembaran plat baja yang disambung menjadi satu di bawah plat penopang balok kayu sehingga membentuk struktur dinding baja. Setiap dinding plat baja memiliki ukuran lebar 50 cm dan tinggi 70 cm. Bagian tengah jembatan ditopang oleh beton, dan di atas rel jembatan terdapat cor semen dengan ketebalan 40 cm.
Bahan Pendamping | : | Beton dan Kayu |
Dimensi Benda | : |
Panjang Lebar Tinggi Tebal Diameter Berat |
Bahan Utama | : | Logam |
Bahan Pendamping | : | Beton dan Kayu |
Jenis Struktur | : | Lain-lain |
Materi Spesifik (Bahan presentase terbesar) | : | Baja |
Bentuk | : | Memanjang |
Pola | : | - |
Panjang | : | 37,5 m |
Lebar | : | 1,2 m. |
Tebal | : | 40 cm |
Tinggi | : | 70 cm |
Diameter | : | - |
Jenis Bangunan | : | Lain-lain |
Peristiwa Sejarah | : | Jembatan Winongo tidak terlepas dari pembangunan jalur kereta api di wilayah Yogyakarta oleh perusahaan kereta api swasta N.V. NISM (Naamlooze Venootschap Nederlandsch-Indische Spoorweg-Maatschappij). Jembatan Winongo merupakan bagian dari pengembangan jalur kereta api di wilayah Yogyakarta yang dimulai dari StasiunLempuyangan.Stasiun Lempuyangan dibangun pada tahun 1870 dan dibuka pada tanggal 2 Maret 1872. Stasiun Lempuyangan juga dikenal dengan sebutan Stationsgebouw Semarang-Vorstenlanden. Sebutan ini diambil dari jalur kereta api yang dieksploitasi yakni Stasiun Semarang ke Yogyakarta (Lempuyangan) melalui Solo. Pembangunan Stasiun Lempuyangan merupakan bagian ke-3 dari rangkaian projek pembangunan jalur kereta api Semarang-Vorstenlanden, sepanjang 57,6 km dibangun dari Solo sampai ke Yogyakarta.Perluasan jalur NISM di Yogyakarta mulai dikerjakan pada tahun 1887. Jalur rel dari Stasiun Lempuyangan diperpanjang sejauh 1 km ke barat sampai ke Stasiun Tugu. Stasiun Tugu ialah stasiun kereta api yang dibangun oleh perusahaan kereta api milik pemerintah Staatsspoorweg (SS). Dari Stasiun Tugu, NISM memperluas jalur ke selatan menuju Brosot.Jalur kereta api Yogyakarta-Brosot merupakan jalur trem NISM dari jalur utama Semarang-Vorstenlanden (tanah pangeran yang mengacu pada bangsawan atau raja-raja Yogyakarta dan Surakarta). Lebar rel yang digunakan berukuran 1.435 mm, menyesuaikan lebar rel pada jalur utama Semarang-Vorstenlanden. Pembangunan jalur ini berdasarkan GB (Gubernemen Besluit) No. 9 tahun 1893 tanggal 20 April 1893 untuk pengajuan konsesi selama 50 tahun.Pembangunan jalur trem Yogyakarta-Brosot terbagi menjadi dua bagian pembangunan. Bagian pertama dibangun dari Yogyakarta (Tugu) ke Srandakan sepanjang 23 km, dan mulai beroperasi pada 21 Mei 1895. Sepanjang jalur tersebut didirikan stasiun-stasiun kecil di Ngabean, Dongkelan, Winongo, Cepit, Bantul, Palbapang, dan Srandakan. Bagian ke-2 dari Srandakan ke Brosot-Sewugalur sepanjang 2 km, mulai beroperasi pada 1 April 1915. Ruas Jembatan Winongo merupakan salah satu rangkaian jalur kereta api yang menghubungkan Stasiun Dongkelan dengan Stasiun Winongo. |
Nilai Sejarah | : | Sejarah munculnya sarana dan prasarana kereta api di Hindia Belanda (Indonesia) diawali pada tahun 1870 bersamaan dengan ditetapkannya Undang-Undang Agraria oleh Pemerintah Hindia Belanda. Undang-undang tersebut memberi kesempatan pada pihak swasta untuk menanamkan modal di wilayah Hindia Belanda yang berdampak pada perkembangan usaha di bidang perkebunan, berdirinya pabrik-pabrik, dan sarana transportasi di antaranya jalur rel kereta api dan jembatannya. Pembangunan jalur kereta api dengan jembatannya di wilayah Kabupaten Bantul tidak dapat dilepaskan dari kegiatan pada perkebunan dan pabrik gula di wilayah tersebut. Data sejarah menunjukkan bahwa hingga tahun 1912 di Yogyakarta telah berdiri 17 pabrik gula, yakni 16 pabrik di wilayah afdeeling Mataram dan satu pabrik di wilayah afdeeling Kulon Progo. Hal ini pentingnya sarana transportasi untuk mengangkut hasil perkebunan dan produk pabrik serta mengankut penumpang. |
Nilai Ilmu Pengetahuan | : | Sebagai data arkeologi adanya prasarana penunjang transportasi pada Masa Kolonial di Indonesia.Konstruksi jembatan ini bermanfaat bagi penelitian bidang studi teknik sipilJembatan ini memiliki keunikan yang terletak pada adanya pilar di bagian tengah yang dilengkapi dengan pemecah arus pada dinding sisi barat. |
Nama Pemilik Terakhir | : | PT Kereta Api Indonesia DAOP 6 |
Alamat Pemilik | : | Jl. Lempuyangan no.1 Tegal Panggung Kec. Danurejan, Yogyakarta |
Nama Pengelola | : | PT Kereta Api Indonesia DAOP 6 |
Alamat Pengelola | : | Jl. Lempuyangan no.1 Tegal Panggung Kec. Danurejan, Yogyakarta |
Catatan Khusus | : | Jembatan kereta api Winongo merupakan prasarana penunjang terselenggaranya perjalanan kereta api yang melintas di atas sungai pada jalur trem/kereta api Yogyakarta-Srandakan-Brosot. Luas jembatan 45 m2 |