Loading

Masuk Jogjacagar


Deskripsi Singkat

Bangunan Tradisional Jawa 200 M 1900 M (1688)

Nama Lainnya : Belum Ada

Masjid Banyusumurup di Padukuhan Banyusumurup, Kalurahan Girirejo, Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul mempunyai arsitektur tradisional Jawa dengan tipe Tajug varian Lambang Teplok atau dikenal dengan Tajug Lambang Teplok. Atap terdiri dari brunjung, penanggap dan emper, atap emper hanya di bagian pawestren.  Masjid ini berada di kaki bukit tidak jauh dari makam Banyusumurup. Diperkirakan masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Susuhunan Amangkurat I (1645 – 1677 M). Diduga pembangunan masjid ini berkaitan erat dengan keberadaan makam Banyusumurup tempat Pangeran Pekik dan keluarganya dimakamkan. 

Masjid ini dibangun dengan gaya arsitektur tradisional Jawa. Bagian atap masjid memakai model tajug pada ruang utama dan limasan pada serambi. Bagian kemuncak atap model tajug dilengkapi mustoko. Beberapa komponen penyusun atap seperti usuk dan reng disusun ngruji payung dengan penutup atap berupa genteng. Dinding masjid terbuat dari susunan bata yang diplester. Lantai masjid saat ini sudah dipasangi keramik.
Seperti masjid-masjid kuno di Jawa, masjid ini memiliki ruang utama, serambi, pawestren (tempat ibadah bagi jamaah perempuan), dan tempat wudlu. Ruang utama masjid berdenah bujur sangkar. Di dalam ruang utama terdapat empat tiang Sokoguru penopang atap tajug dan mihrab (tempat pengimaman). Selain itu, ruang utama juga dilengkapi dengan beberapa jendela dan pintu dengan kusen yang terbuat dari kayu. Di sisi selatan ruang utama terdapat pawestren, sedangkan di sisi utara ruang utama terdapat tempat wudlu.
Serambi berada di sisi timur ruang utama dan berdenah persegi panjang. Di dalam serambi terdapat tiang-tiang kayu penopang atap limasan dan pagar kayu yang terpasang di beberapa sisi. Di sisi timur serambi terdapat anak tangga sebagai akses untuk masuk serambi.
Kondisi masjid saat ini telah mengalami beberapa perubahan seperti penambahan keramik pada lantai, penggantian jendela kaca di dinding sisi timur ruang utama yang berbatasan langsung dengan serambi, mencat dinding agar terlihat menarik, dan penggantian beberapa komponen penyusun atap.

Bangunan utama masjid berukuran 9,40 m x 9,40 m. Di sebelah timur terdapat serambi dengan ukuran 9,95 m x 4,60 m. Pawestren berada di sebelah selatan bangunan utama, berukuran 3,10 m x 9,40 m. Halaman Masjid Banyusumurup berukuran 22 m x 20,60 m.

Atap brunjung ditopang oleh empat buah sokoguru yang terbuat dari kayu jati dengan ukuran penampang masing-masing 20 cm x 20 cm dan tinggi sekitar 5 meter. Pada bagian pamidangan terdapat dua balok yang melintang dan bersilangan. Di antara blandar brunjung dan blandar penanggap terdapat penutup dari kaca dan papan sebagai penerangan.

Usuk atap penanggap disusun dengan cara paniyung yaitu sistem pemasangan usuk dengan pola pemasangan sejajar dudur (jurai) sehingga tidak ada yang bertumpu pada jurai yang berbeda dengan sistem pemasangan usuk ri gereh. Pada sistem ri gereh usuk dipasang tegak lurus dengan blandar sehingga terdapat usuk yang bertumpu pada dudur.

Terdapat Pawestren di sisi selatan dengan atap emper. Langit-langit masjid berbentuk persegi (bujur sangkar). Pintu utama masjid yang menghubungkan ruang utama dan ruang serambi memiliki gaya kupu tarung (dua daun pintu). Daun pintu ini memiliki ukuran tinggi 195 cm dan lebar 195 cm. Sementara pintu samping yang terletak di kanan kiri pintu utama masjid memiliki ukuran tinggi 195 cm dan lebar 125 cm. Ruang utama masjid juga dilengkapi dengan jendela (ventilasi) dengan teralis yang terbuat dari kayu berbentuk persegi. Tampaknya jendela dulu berdaun jendela, namun sekarang daun jendela itu tidak ada. Jendela ini justru ditutup dengan tripleks. Jumlah jendela sebanyak 3 buah.


Masjid ini dibangun dengan gaya arsitektur tradisional Jawa. Bagian atap masjid memakai model tajug pada ruang utama dan limasan pada serambi. Bagian kemuncak atap model tajug dilengkapi mustoko. Beberapa komponen penyusun atap seperti usuk dan reng disusun ngruji payung dengan penutup atap berupa genteng. Dinding masjid terbuat dari susunan bata yang diplester. Lantai masjid saat ini sudah dipasangi keramik.
Seperti masjid-masjid kuno di Jawa, masjid ini memiliki ruang utama, serambi, pawestren (tempat ibadah bagi jamaah perempuan), dan tempat wudlu. Ruang utama masjid berdenah bujur sangkar. Di dalam ruang utama terdapat empat tiang Sokoguru penopang atap tajug dan mihrab (tempat pengimaman). Selain itu, ruang utama juga dilengkapi dengan beberapa jendela dan pintu dengan kusen yang terbuat dari kayu. Di sisi selatan ruang utama terdapat pawestren, sedangkan di sisi utara ruang utama terdapat tempat wudlu.
Serambi berada di sisi timur ruang utama dan berdenah persegi panjang. Di dalam serambi terdapat tiang-tiang kayu penopang atap limasan dan pagar kayu yang terpasang di beberapa sisi. Di sisi timur serambi terdapat anak tangga sebagai akses untuk masuk serambi.
Kondisi masjid saat ini telah mengalami beberapa perubahan seperti penambahan keramik pada lantai, penggantian jendela kaca di dinding sisi timur ruang utama yang berbatasan langsung dengan serambi, mencat dinding agar terlihat menarik, dan penggantian beberapa komponen penyusun atap.

Referensi


Informasi Warisan Budaya

Dari WBCB : Makam Banyusumurup
Lokasi Bangunan : Dsn. Banyusumurup Kel. Girirejo Kec. Imogiri Kab. Bantul Prov. Daerah Istimewa Yogyakarta
Koordinat 110°23'44.689 ; 7°55'46.5

Lokasi Masjid Keraton Banyusumurup


Koordinat Penemuan : ;
Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi
Tebal
Diameter
Berat
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Jenis Struktur : Tradisional
Dimensi Struktur
Jenis Bangunan : Tradisional
Fungsi Bangunan : Religi/Keagamaan
Komponen Pelengkap :
  1. Pintu,Asli
  2. Ventilasi,Ditambahkan
  3. Jendela,Asli
  4. Kolom/Tiang,Asli
  5. Lantai,Diganti
  6. Plafon,Ditambahkan
  7. Atap,Diganti
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Tata Letak Dalam Ruang Kawasan : Masjid yang berada di lingkup Banyusumurup ini berdekatan dengan makam Banyusumurup. Berbeda dengan masjid-masjid makam raja lainnya, masjid ini berada sekitar 1 km dari makam melewati rumah-rumah warga. Berbeda dengan masjid raja lainnya, masjid ini sudah menghadap kiblat dengan baik jika masjid lainnya masih menghadap ke barat. Berarti masjid ini dibangun setelah pembangunan masjid masjid makam raja lainnya.
Deskripsi Fasad : Bangunan yang menghadap kearah tenggara ini telah banyak mengalami perubahan dan penambahan, seperti bangunan dengan jendela kaca pada bagian dalem. Serta bagian depan yang diberi penambahan atap galvalum agar tempat parkir motor terlindung dari panas dan hujan
Deskripsi Konsol : (a) Konsol I Konsol ini berbentuk berbeda dengan konsol-konsol yang ada pada bangunan rumah-rumah lainnya. Kemungkinan bahwa kkonsol ini konsol yang telah ada dari jaman amangkurat I. berwarna hijau tua dengan bentuk persegi dengan sisi bagian atas yang memanjang dan sisi bagian bawah menyangga nya.(b) Konsol II Berbeda dengan konsol kedua ini sama dengan konsol-konsol lainnya yang ditemui didaerah ini.
Deskripsi Jendela : (a) Jendela I Gambar diatas merupakan tampak jendela dari dalam bangunan. Jendela ini hanya memiliki satu lapis, berupa dua daun jendela berwarna krem dengan kusen berwarna hijau tua. Jendela yang sering disebut dengan jendela kupu tarong ini diperkiraan tidak berubah dari masa awal pembangunan masjid yaitu pada abad 17.(b) Jendela II Pada jendela kaca seperti gambar diatas terletak di bagian depan masjid. Jendela ini merupakan penambahan pada masjid.
Deskripsi Pintu : (a) Pintu utama dalem masjid Pintu yang terletak memisahkan serambi dengan dalem masjid ini merupakan pintu yang masih asli dari awal pembuatannya. Pintu dengan kusen bewarna hijau tua dengan panil kayu massif berwarna krem dengan list hijau tua.(b) Pintu samping dalem masjid Pintu ini berada disamping kearah tempat wudhu. Pintu dengan dua daun pintu ini juga merupakan pintu asli masjid ini yang belum mengalami penggantian. Hanya berupa pengecatan-pengecatan.
Deskripsi Atap : Joglo dan limasan
Deskripsi Lantai : Masjid ini berlantaikan keramik berwarna biru laut dari serambi hingga dalem masjid.
Deskripsi Kolom/Tiang : (a) Kolom/soko dibagian luar Kolom dibagian serambi masjid masih menggunakan kolom/ soko asli dari jaman berdirinya bangunan. Terlihat dari umpak dan kayu yang sudah ratusan tahun laanya.(b) Kolom/soko guru Soko guru yang menumpu bagian atap tajug ini juga masih asli seperti kolom dibagian serambi masjid.
Deskripsi Ventilasi : bangunan ini tidak memiliki ventilasi
Deskripsi Plafon : bangunan ini tidak memiliki plafon
Jenis Ragam Hias : (a) Ragam hias pada umpak Bentuk ragam hias pada umpak terlihat dari bentuk umpak yang berliuk-liuk. Liuk-liuk ini lah yang disebut raggam hias Padma. Yang mengartikan seperti teratai.
Desain : Bangunan ini seperti masjid-masjid makam raja lainnya, beratap limasan pada bagian depan dan beratap tajug pada bagian belakang. Yang membedakan nya a
Interior : Bagian dalam bangunan telah banyak mengalami perubahan, seperti pada lantai bangunan yang diberi lantai keramik dan diberi karpet.
Fungsi Situs : Religi/Keagamaan
Fungsi : Religi/Keagamaan
Tokoh : Masjid Banyusumurup diperkirakan didirikan pada tahun 1688 M, pada masa Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan (ISKS) Amangkurat Agung I bertahta.
Peristiwa Sejarah : Nama banyusumurup yang berarti air yang mengalir, asal-usul nama tersebut bermula ketika Sultan Agung Hanyokrokusumo sedang mencari tempat yang cocok untuk menjadi peristirahatan terakhirnya. Saat melintasi sebuah daerah, beberapa prajurit Sultan Agung mulai kehabisan persedian air, pada daerah tersebut tidak ditemukannya sumber air. Kemudian, Sultan Agung Hanyokrokusumo menancapkan tongkat yang dibawanya dan ketika tongkat tersebut diangkat muncullah air jernih yang menyembur dari dalam tanah. Tempat dimana Sultan Agung menancapkan tongkatnya kemudian diberi nama banyusumurup.
Konteks :  Terdapat kemiripan arsitektural pada bangunan Masjid Keraton Banyusumurup dengan masjid-masjid lain di kawasan Imogiri.
Riwayat Rehabilitasi : Penambahan atap galvalume dibagian depan masjid ini dilakukan pada tahun2013. Perubahan-perubahan lain tidak bergitu dicatat karena hanya berupapengecatan ulang dan pembersihan. Untuk penggantian kaca dan keramiktelah dilakukan sebelum tahun 2000an sehingga narasumber tidak tahusecara pasti.
Nama Pemilik Terakhir : Keraton Yogyakarta Dan Kerato Surakarta
Alamat Pemilik : Keraton Yogyakarta Dan Kerato Surakarta
Riwayat Pengelolaan
Nama Pengelola : Masyarakat Dsn. Banyusumurup & Takmir Masjid
Alamat Pengelola : Dsn. Banyusumurup
Persepsi Masyarakat :  Masjid ini merupakan masjid penting pada daerah ini. selain berfungsi sebagai monument sejarah, juga merupakan masjid yang sering dipergunakan untuk beribadah karena masjid ini merupakan masjid satu-satunya yang berada di Banyusumurup.
Catatan Khusus :  Pemberian label masjid sebagai cagar budaya perlu dilakukan oleh pemerintah, dikarenakan keberadaan masjid banysuumurup yang masih memiliki kaitan dengan keberadaan makam banyusumurup. Sehingga penambahan maupun perubahan yang dilakukan masyarakat harus mendapat perhatian agar tidak menyalahi peraturan perundang-undangan yang ada maupun pedoman pelestarian cagar budaya/warisan budaya.