Kompleks RS Bethesda terdiri dari Ruang Srikandi, Ruang Politeknik, Bangsal Petronella, Ruang I Hemodialisa, Gedung TPA, dan Ruang III.
Ruang Srikandi
Paviliun Srikandi RS Bethesda ini terletak di bagian utara kompleks, di sebelah barat dari gedung TPA. Gedung ini berbentuk memanjang arah utara-selatan dan menghadap ke arah barat. Bangunan ini dibangun oleh Dr. J.G. Scheurer sekitar 1899-1900 M di atas tanah hibah dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII dan awalnya bernama Petronella Hospitaal atau Zendingsziekenhuis. Sama seperti bangunan-bangunan peninggalan kolonial yang lain di Yogyakarta, rumah sakit ini juga dikuasai oleh tentara Jepang pada tahun 1942. dan diganti nama menjadi Jogjakarta Tjuo Bjoin. Pasca Kemerdekaan Indonesia tahun 1945, rumah sakit ini pun berpindah kepemilikkan ke tangan pribumi dan bernama RS. Pusat, sebelum kemudian berganti nama menjadi Rumah Sakit Bethesda pada tahun 1950. Sekarang, Paviliun Srikandi ini digunakan sebagai ruang rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih.
Pada kompleks RS Bethesda ini, bangunan-bangunan yang masih asli kini berada di sisi sebelah barat, sedangkan bagian timur merupakan bangunan-bangunan baru yang didirikan untuk menunjang fasilitas medis dan pelayanan kesehatan untuk masyarakat. Bangunan-bangunan lama RS Bethesda ini memiliki corak arsitektur Indis yang merupakan perpaduan antara gaya Eropa dan tradisional Jawa. Ciri arsitektur gaya Indis pada Paviliun Srikandi ini dapat dilihat pada langit-langit ruang yang tinggi, jendela-jendela dan pintu besar berbentuk louvre/krepyak dengan ventilasi (bouvenlicht), tembok tebal, kolom-kolom di bagian muka (drop-off area), plasteran batu kali pada fondasi yang terekspos, teras terbuka di setiap kamar-kamarnya, dan juga adanya ruang terbuka di dalam yang digunakan sebagai taman. Paviliun Srikandi ini sebagian besar masih mempertahankan bentuk dan komponen asli kecuali plafon dan lantai yang sudah diganti baru menyesuaikan dengan standar ruang perawatan rumah sakit saat ini.
Bangsal Petronella
Gedung Petronella RS Bethesda ini terletak di bagian utara kompleks, di sebelah Bangunan IGD Kompleks RS Bethesda. Gedung ini berdenah bujur sangkar dan menghadap ke arah utara. Gedung ini merupakan bekas bangunan utama dari Petronella Hospitaal, nama asli RS Bethesda. Bangunan ini dibangun oleh Dr. J.G. Scheurer sekitar 1899-1900 M di atas tanah hibah dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII dan awalnya bernama Petronella Hospitaal atau Zendingsziekenhuis. Dahulu, gedung ini digunakan sebagai bangunan IGD dan merupakan gedung yang paling pertama didirikan di kompleks Petronella Hospitaal atau Zendingsziekenhuis. Sama seperti bangunan-bangunan peninggalan kolonial yang lain di Yogyakarta, rumah sakit ini juga dikuasai oleh tentara Jepang pada tahun 1942. dan diganti nama menjadi Jogjakarta Tjuo Bjoin. Pasca Kemerdekaan Indonesia tahun 1945, rumah sakit ini pun berpindah kepemilikkan ke tangan pribumi dan bernama RS. Pusat, sebelum kemudian berganti nama menjadi Rumah Sakit Bethesda pada tahun 1950. Sekarang, di dalam bangunan ini terdapat relief yang ditambahkan pada bagian dinding yang menggambarkan sejarah dibangunnya RS Bethesda Yogyakarta.
Pada kompleks RS Bethesda ini, bangunan-bangunan yang masih asli kini berada di sisi sebelah barat, sedangkan bagian timur merupakan bangunan-bangunan baru yang didirikan untuk menunjang fasilitas medis dan pelayanan kesehatan untuk masyarakat. Bangunan-bangunan lama RS Bethesda ini memiliki corak arsitektur Indis yang merupakan perpaduan antara gaya Eropa dan tradisional Jawa. Ciri arsitektur gaya Indis ini dapat dilihat pada langit-langit ruang yang tinggi, jendela-jendela dan pintu besar dengan ventilasi (bouvenlicht), tembok tebal, plasteran batu kali pada fondasi yang terekspos, kolom-kolom di bagian muka, hiasan puncak atap (nok acroterie), dan juga adanya bentukan dormer atau sebuah jendela yang menonjol keluar dari atap dan memiliki atapnya sendiri, seperti jendela sebuah loteng. Dormer ini berfungsi sebagai pencahayaan dan ventilasi tambahan.
Ruang I Hemodialisa
Ruang I - HD RS Bethesda ini terletak di bagian utara kompleks, di sebelah barat dari gedung TPA. Gedung ini berbentuk memanjang arah barat-timur dan menghadap ke arah utara.Bangunan ini dibangun oleh Dr. J.G. Scheurer sekitar 1899-1900 M di atas tanah hibah dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII dan awalnya bernama Petronella Hospitaal atau Zendingsziekenhuis. Sama seperti bangunan-bangunan peninggalan kolonial yang lain di Yogyakarta, rumah sakit ini juga dikuasai oleh tentara Jepang pada tahun 1942. dan diganti nama menjadi Jogjakarta Tjuo Bjoin. Pasca Kemerdekaan Indonesia tahun 1945, rumah sakit ini pun berpindah kepemilikkan ke tangan pribumi dan bernama RS. Pusat, sebelum kemudian berganti nama menjadi Rumah Sakit Bethesda pada tahun 1950. Sekarang, ruangan ini masih dalam keadaan kosong, namun ke depannya akan difungsikan sebagai ruang perawatan pasien umum.
Pada kompleks RS Bethesda ini, bangunan-bangunan yang masih asli kini berada di sisi sebelah barat, sedangkan bagian timur merupakan bangunan-bangunan baru yang didirikan untuk menunjang fasilitas medis dan pelayanan kesehatan untuk masyarakat. Bangunan-bangunan lama RS Bethesda ini memiliki corak arsitektur Indis yang merupakan perpaduan antara gaya Eropa dan tradisional Jawa. Ciri arsitektur gaya Indis pada Ruang I - HD ini dapat dilihat pada langit-langit ruang yang tinggi, jendela-jendela dan pintu besar berbentuk louvre/krepyak dengan ventilasi (bouvenlicht), tembok tebal, dan juga adanya bentukan dormer atau sebuah jendela yang menonjol keluar dari atap dan memiliki atapnya sendiri, seperti jendela sebuah loteng. Dormer ini berfungsi sebagai pencahayaan dan ventilasi tambahan. Ruang I - HD ini masih mempertahankan bentuk dan komponen asli kecuali plafon dan lantai yang sudah diganti baru menyesuaikan dengan standar ruang perawatan rumah sakit saat ini.
Gedung TPA
Gedung TPA RS Bethesda ini terletak di bagian utara kompleks, di sebelah barat dari gedung Petronella RS Bethesda. Gedung ini berbentuk memanjang arah barat-timur dan menghadap ke arah utara. Gedung ini dulu diperkirakan digunakan sebagai ruang perkantoran/administrasi. Bangunan ini dibangun oleh Dr. J.G. Scheurer sekitar 1899-1900 M di atas tanah hibah dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII dan awalnya bernama Petronella Hospitaal atau Zendingsziekenhuis. Dahulu, gedung ini diperkirakan digunakan sebagai ruang perkantoran/administrasi Petronella Hospitaal atau Zendingsziekenhuis. Sama seperti bangunan-bangunan peninggalan kolonial yang lain di Yogyakarta, rumah sakit ini juga dikuasai oleh tentara Jepang pada tahun 1942. dan diganti nama menjadi Jogjakarta Tjuo Bjoin. Pasca Kemerdekaan Indonesia tahun 1945, rumah sakit ini pun berpindah kepemilikkan ke tangan pribumi dan bernama RS. Pusat, sebelum kemudian berganti nama menjadi Rumah Sakit Bethesda pada tahun 1950. Sekarang, bangunan ini bagian tengah digunakan digunakan sebagai TPA, sayap barat digunakan sebagai kantin, dan sayap timur digunakan sebagai poliklinik. Pada bagian poliklinik, bagian depannya telah ditutupi dengan bangunan kaca yang rencananya akan dibongkar.
Pada kompleks RS Bethesda ini, bangunan-bangunan yang masih asli kini berada di sisi sebelah barat, sedangkan bagian timur merupakan bangunan-bangunan baru yang didirikan untuk menunjang fasilitas medis dan pelayanan kesehatan untuk masyarakat. Bangunan-bangunan lama RS Bethesda ini memiliki corak arsitektur Indis yang merupakan perpaduan antara gaya Eropa dan tradisional Jawa. Ciri arsitektur gaya Indis pada gedung TPA ini dapat dilihat pada langit-langit ruang yang tinggi, jendela-jendela dan pintu besar berbentuk louvre/krepyak dengan ventilasi (bouvenlicht), tembok tebal, lantai beton (concrete tiles) atau yang biasa dikenal dengan tegel (berasal dari nama perusahaan pembuat concrete tiles), kolom-kolom di bagian muka (drop-off area), plasteran batu kali pada fondasi yang terekspos pada bangunan tengah, dan juga adanya bentukan dormer atau sebuah jendela yang menonjol keluar dari atap dan memiliki atapnya sendiri, seperti jendela sebuah loteng. Dormer ini berfungsi sebagai pencahayaan dan ventilasi tambahan. Gedung TPA ini masih mempertahankan bentuk dan komponen asli dengan penggantian pada lantai di dalam ruang-ruang, namun lantai di bagian lobby masih menggunakan lantai asli (concrete tiles/tegel).
Ruang III
Ruang III RS. Bethesda ini terletak di bagian utara kompleks, di sebelah timur gedung TPA sehingga terletak di antara gedung Petronella RS Bethesda dan Gedung TPA. Gedung ini berbentuk memanjang arah barat-timur dan menghadap ke arah utara. Bangunan ini dibangun oleh Dr. J.G. Scheurer sekitar 1899-1900 M di atas tanah hibah dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII dan awalnya bernama Petronella Hospitaal atau Zendingsziekenhuis. Sama seperti bangunan-bangunan peninggalan kolonial yang lain di Yogyakarta, rumah sakit ini juga dikuasai oleh tentara Jepang pada tahun 1942. dan diganti nama menjadi Jogjakarta Tjuo Bjoin. Pasca Kemerdekaan Indonesia tahun 1945, rumah sakit ini pun berpindah kepemilikkan ke tangan pribumi dan bernama RS. Pusat, sebelum kemudian berganti nama menjadi Rumah Sakit Bethesda pada tahun 1950. Sekarang, bangunan ini digunakan sebagai gedung rehabilitasi dan konsultasi AIDS.
Pada kompleks RS Bethesda ini, bangunan-bangunan yang masih asli kini berada di sisi sebelah barat, sedangkan bagian timur merupakan bangunan-bangunan baru yang didirikan untuk menunjang fasilitas medis dan pelayanan kesehatan untuk masyarakat. Bangunan-bangunan lama RS Bethesda ini memiliki corak arsitektur Indis yang merupakan perpaduan antara gaya Eropa dan tradisional Jawa. Ciri arsitektur gaya Indis pada Ruang III ini dapat dilihat pada langit-langit ruang yang tinggi, jendela-jendela dan pintu besar ventilasi (bouvenlicht), tembok tebal, dan juga adanya bentukan dormer atau sebuah jendela yang menonjol keluar dari atap dan memiliki atapnya sendiri, seperti jendela sebuah loteng. Dormer ini berfungsi sebagai pencahayaan dan ventilasi tambahan.
Ruang III ini sebagian besar masih mempertahankan bentuk dan komponen asli kecuali plafon dan lantai yang sudah diganti baru menyesuaikan dengan standar ruang perawatan rumah sakit saat ini.
Referensi:
-Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta. 2014. Lensa Budaya 2: Menguak Fakta Mengenali Keberlanjutan. Yogyakarta: Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta.
-Handinoto. 1996. Perkembangan Kota Dan Arsitektur Kolonial Belanda Di Surabaya 1870-1940. Surabaya: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Kristen PETRA Surabaya dan ANDI.
-Pusparagam Warisan Budaya Kota Yogyakarta.