Loading

Masuk Jogjacagar


Deskripsi Singkat

Bangunan Kolonial (Belanda/Cina) 1624 1670 (1899)

Kompleks RS Bethesda terdiri dari Ruang Srikandi, Ruang Politeknik, Bangsal Petronella, Ruang I Hemodialisa, Gedung TPA, dan Ruang III.

Ruang Srikandi
Paviliun Srikandi RS Bethesda ini terletak di bagian utara kompleks, di sebelah barat dari gedung TPA. Gedung ini berbentuk memanjang arah utara-selatan dan menghadap ke arah barat. Bangunan ini dibangun oleh Dr. J.G. Scheurer sekitar 1899-1900 M di atas tanah hibah dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII dan awalnya bernama Petronella Hospitaal atau Zendingsziekenhuis. Sama seperti bangunan-bangunan peninggalan kolonial yang lain di Yogyakarta, rumah sakit ini juga dikuasai oleh tentara Jepang pada tahun 1942. dan diganti nama menjadi Jogjakarta Tjuo Bjoin. Pasca Kemerdekaan Indonesia tahun 1945, rumah sakit ini pun berpindah kepemilikkan ke tangan pribumi dan bernama RS. Pusat, sebelum kemudian berganti nama menjadi Rumah Sakit Bethesda pada tahun 1950. Sekarang, Paviliun Srikandi ini digunakan sebagai ruang rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih.
Pada kompleks RS Bethesda ini, bangunan-bangunan yang masih asli kini berada di sisi sebelah barat, sedangkan bagian timur merupakan bangunan-bangunan baru yang didirikan untuk menunjang fasilitas medis dan pelayanan kesehatan untuk masyarakat. Bangunan-bangunan lama RS Bethesda ini memiliki corak arsitektur Indis yang merupakan perpaduan antara gaya Eropa dan tradisional Jawa. Ciri arsitektur gaya Indis pada Paviliun Srikandi ini dapat dilihat pada langit-langit ruang yang tinggi, jendela-jendela dan pintu besar berbentuk louvre/krepyak dengan ventilasi (bouvenlicht), tembok tebal, kolom-kolom di bagian muka (drop-off area), plasteran batu kali pada fondasi yang terekspos, teras terbuka di setiap kamar-kamarnya, dan juga adanya ruang terbuka di dalam yang digunakan sebagai taman. Paviliun Srikandi ini sebagian besar masih mempertahankan bentuk dan komponen asli kecuali plafon dan lantai yang sudah diganti baru menyesuaikan dengan standar ruang perawatan rumah sakit saat ini.

Bangsal Petronella 
Gedung Petronella RS Bethesda ini terletak di bagian utara kompleks, di sebelah Bangunan IGD Kompleks RS Bethesda. Gedung ini berdenah bujur sangkar dan menghadap ke arah utara. Gedung ini merupakan bekas bangunan utama dari Petronella Hospitaal, nama asli RS Bethesda. Bangunan ini dibangun oleh Dr. J.G. Scheurer sekitar 1899-1900 M di atas tanah hibah dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII dan awalnya bernama Petronella Hospitaal atau Zendingsziekenhuis. Dahulu, gedung ini digunakan sebagai bangunan IGD dan merupakan gedung yang paling pertama didirikan di kompleks Petronella Hospitaal atau Zendingsziekenhuis. Sama seperti bangunan-bangunan peninggalan kolonial yang lain di Yogyakarta, rumah sakit ini juga dikuasai oleh tentara Jepang pada tahun 1942. dan diganti nama menjadi Jogjakarta Tjuo Bjoin. Pasca Kemerdekaan Indonesia tahun 1945, rumah sakit ini pun berpindah kepemilikkan ke tangan pribumi dan bernama RS. Pusat, sebelum kemudian berganti nama menjadi Rumah Sakit Bethesda pada tahun 1950. Sekarang, di dalam bangunan ini terdapat relief yang ditambahkan pada bagian dinding yang menggambarkan sejarah dibangunnya RS Bethesda Yogyakarta.
Pada kompleks RS Bethesda ini, bangunan-bangunan yang masih asli kini berada di sisi sebelah barat, sedangkan bagian timur merupakan bangunan-bangunan baru yang didirikan untuk menunjang fasilitas medis dan pelayanan kesehatan untuk masyarakat. Bangunan-bangunan lama RS Bethesda ini memiliki corak arsitektur Indis yang merupakan perpaduan antara gaya Eropa dan tradisional Jawa. Ciri arsitektur gaya Indis ini dapat dilihat pada langit-langit ruang yang tinggi, jendela-jendela dan pintu besar dengan ventilasi (bouvenlicht), tembok tebal, plasteran batu kali pada fondasi yang terekspos, kolom-kolom di bagian muka, hiasan puncak atap (nok acroterie), dan juga adanya bentukan dormer atau sebuah jendela yang menonjol keluar dari atap dan memiliki atapnya sendiri, seperti jendela sebuah loteng. Dormer ini berfungsi sebagai pencahayaan dan ventilasi tambahan.

Ruang I Hemodialisa 
Ruang I - HD RS Bethesda ini terletak di bagian utara kompleks, di sebelah barat dari gedung TPA. Gedung ini berbentuk memanjang arah barat-timur dan menghadap ke arah utara.Bangunan ini dibangun oleh Dr. J.G. Scheurer sekitar 1899-1900 M di atas tanah hibah dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII dan awalnya bernama Petronella Hospitaal atau Zendingsziekenhuis. Sama seperti bangunan-bangunan peninggalan kolonial yang lain di Yogyakarta, rumah sakit ini juga dikuasai oleh tentara Jepang pada tahun 1942. dan diganti nama menjadi Jogjakarta Tjuo Bjoin. Pasca Kemerdekaan Indonesia tahun 1945, rumah sakit ini pun berpindah kepemilikkan ke tangan pribumi dan bernama RS. Pusat, sebelum kemudian berganti nama menjadi Rumah Sakit Bethesda pada tahun 1950. Sekarang, ruangan ini masih dalam keadaan kosong, namun ke depannya akan difungsikan sebagai ruang perawatan pasien umum.
Pada kompleks RS Bethesda ini, bangunan-bangunan yang masih asli kini berada di sisi sebelah barat, sedangkan bagian timur merupakan bangunan-bangunan baru yang didirikan untuk menunjang fasilitas medis dan pelayanan kesehatan untuk masyarakat. Bangunan-bangunan lama RS Bethesda ini memiliki corak arsitektur Indis yang merupakan perpaduan antara gaya Eropa dan tradisional Jawa. Ciri arsitektur gaya Indis pada Ruang I - HD ini dapat dilihat pada langit-langit ruang yang tinggi, jendela-jendela dan pintu besar berbentuk louvre/krepyak dengan ventilasi (bouvenlicht), tembok tebal, dan juga adanya bentukan dormer atau sebuah jendela yang menonjol keluar dari atap dan memiliki atapnya sendiri, seperti jendela sebuah loteng. Dormer ini berfungsi sebagai pencahayaan dan ventilasi tambahan. Ruang I - HD ini masih mempertahankan bentuk dan komponen asli kecuali plafon dan lantai yang sudah diganti baru menyesuaikan dengan standar ruang perawatan rumah sakit saat ini.

Gedung TPA
Gedung TPA RS Bethesda ini terletak di bagian utara kompleks, di sebelah barat dari gedung Petronella RS Bethesda. Gedung ini berbentuk memanjang arah barat-timur dan menghadap ke arah utara. Gedung ini dulu diperkirakan digunakan sebagai ruang perkantoran/administrasi. Bangunan ini dibangun oleh Dr. J.G. Scheurer sekitar 1899-1900 M di atas tanah hibah dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII dan awalnya bernama Petronella Hospitaal atau Zendingsziekenhuis. Dahulu, gedung ini diperkirakan digunakan sebagai ruang perkantoran/administrasi Petronella Hospitaal atau Zendingsziekenhuis. Sama seperti bangunan-bangunan peninggalan kolonial yang lain di Yogyakarta, rumah sakit ini juga dikuasai oleh tentara Jepang pada tahun 1942. dan diganti nama menjadi Jogjakarta Tjuo Bjoin. Pasca Kemerdekaan Indonesia tahun 1945, rumah sakit ini pun berpindah kepemilikkan ke tangan pribumi dan bernama RS. Pusat, sebelum kemudian berganti nama menjadi Rumah Sakit Bethesda pada tahun 1950. Sekarang, bangunan ini bagian tengah digunakan digunakan sebagai TPA, sayap barat digunakan sebagai kantin, dan sayap timur digunakan sebagai poliklinik. Pada bagian poliklinik, bagian depannya telah ditutupi dengan bangunan kaca yang rencananya akan dibongkar.
Pada kompleks RS Bethesda ini, bangunan-bangunan yang masih asli kini berada di sisi sebelah barat, sedangkan bagian timur merupakan bangunan-bangunan baru yang didirikan untuk menunjang fasilitas medis dan pelayanan kesehatan untuk masyarakat. Bangunan-bangunan lama RS Bethesda ini memiliki corak arsitektur Indis yang merupakan perpaduan antara gaya Eropa dan tradisional Jawa. Ciri arsitektur gaya Indis pada gedung TPA ini dapat dilihat pada langit-langit ruang yang tinggi, jendela-jendela dan pintu besar berbentuk louvre/krepyak dengan ventilasi (bouvenlicht), tembok tebal, lantai beton (concrete tiles) atau yang biasa dikenal dengan tegel (berasal dari nama perusahaan pembuat concrete tiles), kolom-kolom di bagian muka (drop-off area), plasteran batu kali pada fondasi yang terekspos pada bangunan tengah, dan juga adanya bentukan dormer atau sebuah jendela yang menonjol keluar dari atap dan memiliki atapnya sendiri, seperti jendela sebuah loteng. Dormer ini berfungsi sebagai pencahayaan dan ventilasi tambahan. Gedung TPA ini masih mempertahankan bentuk dan komponen asli dengan penggantian pada lantai di dalam ruang-ruang, namun lantai di bagian lobby masih menggunakan lantai asli (concrete tiles/tegel).

Ruang III
Ruang III RS. Bethesda ini terletak di bagian utara kompleks, di sebelah timur gedung TPA sehingga terletak di antara gedung Petronella RS Bethesda dan Gedung TPA. Gedung ini berbentuk memanjang arah barat-timur dan menghadap ke arah utara. Bangunan ini dibangun oleh Dr. J.G. Scheurer sekitar 1899-1900 M di atas tanah hibah dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII dan awalnya bernama Petronella Hospitaal atau Zendingsziekenhuis. Sama seperti bangunan-bangunan peninggalan kolonial yang lain di Yogyakarta, rumah sakit ini juga dikuasai oleh tentara Jepang pada tahun 1942. dan diganti nama menjadi Jogjakarta Tjuo Bjoin. Pasca Kemerdekaan Indonesia tahun 1945, rumah sakit ini pun berpindah kepemilikkan ke tangan pribumi dan bernama RS. Pusat, sebelum kemudian berganti nama menjadi Rumah Sakit Bethesda pada tahun 1950. Sekarang, bangunan ini digunakan sebagai gedung rehabilitasi dan konsultasi AIDS.
Pada kompleks RS Bethesda ini, bangunan-bangunan yang masih asli kini berada di sisi sebelah barat, sedangkan bagian timur merupakan bangunan-bangunan baru yang didirikan untuk menunjang fasilitas medis dan pelayanan kesehatan untuk masyarakat. Bangunan-bangunan lama RS Bethesda ini memiliki corak arsitektur Indis yang merupakan perpaduan antara gaya Eropa dan tradisional Jawa. Ciri arsitektur gaya Indis pada Ruang III ini dapat dilihat pada langit-langit ruang yang tinggi, jendela-jendela dan pintu besar ventilasi (bouvenlicht), tembok tebal, dan juga adanya bentukan dormer atau sebuah jendela yang menonjol keluar dari atap dan memiliki atapnya sendiri, seperti jendela sebuah loteng. Dormer ini berfungsi sebagai pencahayaan dan ventilasi tambahan.
Ruang III ini sebagian besar masih mempertahankan bentuk dan komponen asli kecuali plafon dan lantai yang sudah diganti baru menyesuaikan dengan standar ruang perawatan rumah sakit saat ini.

Referensi:
-Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta. 2014. Lensa Budaya 2: Menguak Fakta Mengenali Keberlanjutan. Yogyakarta: Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta.
-Handinoto. 1996. Perkembangan Kota Dan Arsitektur Kolonial Belanda Di Surabaya 1870-1940. Surabaya: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Kristen PETRA Surabaya dan ANDI.
-Pusparagam Warisan Budaya Kota Yogyakarta.

Informasi Cagar Budaya

Dari Kawasan : Kawasan Kotabaru
Lokasi Bangunan : Jln. Jenderal Sudirman No. 70 Kel. Kotabaru Kec. Gondokusuman Kab. Kota Yogyakarta Prov. Daerah Istimewa Yogyakarta
Koordinat -7.78326 ; 110.37765
No. Registrasi Nasional : RNCB.20111017.02.000188
No. Registrasi Daerah : RNCB.20111017.02.000185
SK Gubernur : SK Gub. No 210/KEP/2010 2010-09-02

Lokasi Rumah Sakit Bethesda


Koordinat Penemuan : ;
Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi
Tebal
Diameter
Berat
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Jenis Struktur : Kolonial
Dimensi Struktur
Jenis Bangunan : Kolonial
Fungsi Bangunan : Medis
Komponen Pelengkap :
  1. Pintu,Asli
  2. Ventilasi,Asli
  3. Jendela,Asli
  4. Kolom/Tiang,Asli
  5. Lantai,Diganti
  6. Plafon,Diganti
  7. Atap,Asli
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Deskripsi Fasad : Ruang Srikandi Bentuk fasad masih terlihat masih seperti tampak aslinya. Bentuk simetris fasad dan ketinggian ruang yang relatif tinggi sangat mencerminkan ciri khas arsitektur indische.Bangsal PetronellaBentuk fasad masih terlihat masih seperti tampak aslinya. Bentuk simetris fasad dan ketinggian ruang yang relatif tinggi sangat mencerminkan ciri khas arsitektur indischeRuang I HemodialisaPenerapan arsitektur tradisional pada fasad ditunjukkan pada bukaan pintu dan jendela yang banyak, sertaatap limasan-pelana dan tritisan sebagai elemen shading. Penerapan arsitektur Eropa diterapkan melalui proporsi bangunan.
Deskripsi Konsol : Ruang Srikandi Konsol berupa balok kayu yang mengecil secara bertahap semakin ke arah luar. Sebagian bentuk konsol tertutup plafon tambahan.Bangsal PetronellaKonsol berupa balok kayu yang mengecil secara bertahap semakin ke arah luar. Sebagian bentuk konsol tertutup plafon tambahan.
Deskripsi Jendela : Ruang Srikandi Jendela frame kayu dengan dua daun jendela. Daun jendela krepyak membuka ke arah luar dan daun jendela kaca membuka ke arah dalam. Terdapat kisi-kisi besi diantaranya. Daun jendela krepyak memiliki dua bagian yang dapat dibuka masing-masing. Kondisi asli dan terawat. Jendela pojok dengan frame kayu dan dua jendela kaca. Bentuk jendela berbelok mengikuti bentuk dinding. Jendela antar ruang menggunakan frame kayu dengan tiga daun pintu jendela kaca. Kondisi asli dan terawat. Jendela mati dengan frame kayu dan bukaan kaca berpola grid.Bangsal PetronellaJendela frame kayu dengan dua daun jendela kaca yang membuka ke arah luar. Terdapat ventilasi kaca di atasnya. Kondisi asli dan terawat. Jendela pojok dengan frame kayu dan dua jendela kaca. Salah satu berupa jendela kaca mati dan satunya berupa jendela kaca yang dibuka ke arah atas. Pada bagian atas terdapat ventilasi kaca kecil.Jendela antar ruang menggunakan frame kayu dengan dua daun jendela kaca. Pada bagian atas terdapat ventilasi kaca dengan ukuran besar. Kondisi asli dan terawat.Ruang I HemodialisaJendela berlapis dengan kusen bercat hijau. Pada lapisan luar, terdapat bukaan hidup berupa 2 daun pintu kayu dan kisi-kisi bercat hijau dan krem. Pada bagian dalam jendela hidup dengan bukaan berupa kaca dengan frame kayu. - Jendela mati dengan frame kayu bercat hijau dan bukaan berupa kaca bening. - Jendela hidup dengan kusen cat hijau, bukaan berupa kaca dan frame kayu cat hijau.
Deskripsi Pintu : Ruang Srikandi Pintu pada bagian luar bangunan menggunakan frame kayu dengan dua daun pintu kaca.Pintu pada ruang utama bangunan induk menggunakan frame kayu dengan dua daun pintu kayu. Pada bagian atas pintu terdapat ventilasi kaca. Kondisi asli dan terawat.Bangsal PetronellaPintu pada bagian dalam bangunan menggunakan frame kayu dengan dua daun pintu kayu dengan aksen vertikal. Pada bagian atas terdapat ventilasi kaca. Kondisi asli dan terawat. Pintu pada bagian dalam bangunan menggunakan frame kayu dengan dua daun pintu kayu dengan kisi-kisi krepyak. Pada bagian atas pintu terdapat ventilasi kaca. Kondisi asli dan terawat. Pintu pada bagian ruang utama menggunakan frame kayu dengan dua daun pintu kayu dengan aksen vertikal. Pada bagian atas terdapat ventilasi kaca. Kondisi asli dan terawat.Ruang I HemodialisaPintu dengan kusen bercat hijau tua dengan 2 daun pintu kaca bening dan kayu bercat hijau dan putih. - Pintu dengan kusen bercat hijau tua dengan 2 daun pintu besar dan kecil dengan kaca bening dan kayu bercat hijau dan putih. - Pintu dengan kusen bercat cokelat muda dengan 2 daun pintu kaca bening dan kayu bercat cokelat mudan dan krem.
Deskripsi Atap : Ruang Srikandi Bentuk ataps berupa limasan pada keseluruhan massa bangunan. Genteng menggunakan genteng tanah liat berwarna merah tua. Terdapat penutup tritisan yang merupakan tambahan. Kondisi masih asli dan terawat.Bangsal PetronellaBentuk atap berupa limasan pada keseluruhan massa bangunan. Terdapat perbedaan ketinggian atap limasan pada bagian depan fasad dan massa utama di belakangnya. Genteng menggunakan genteng tanah liat berwarna merah tua. Terdapat tonjolan bentuk atap pelana yang berfungsi sebagai ventilasi udara. Kondisi masih asli dan terawat.Ruang I HemodialisaAtap berbentuk limasan dan pelana dengan genten bata merah sebagai material penutup atap.
Deskripsi Lantai : Ruang Srikandi Lantai menggunakan tegel merah polos sebagai pengisi utama ruang. Kondisi asli dan terawat.Bangsal PetronellaLantai menggunakan keramik putih sebagai pengisi utama dan keramik abu-abu sebagai aksen pembatas ruang dan sirkulasi. Kondisi asli dan terawat.Ruang I HemodialisaLantai ruang dalam berupa keramik polos berwarna krem. - Lantai berupa keramik putih polos – keramik hijau bercorak – keramik putih polos.
Deskripsi Kolom/Tiang : Ruang Srikandi Pada bangunan, dinding yang tebal merangkap fungsi sebagai penyangga struktur.Bangsal PetronellaPada bangunan, dinding yang tebal merangkap fungsi sebagai penyangga struktur. Pada bagian selasar terdapat kolom-kolom penyangga struktur atap yang terbuat dari kayu dan memiliki dudukan pada bagian bawahnya. Kondisi asli dan terawat.Ruang I HemodialisaKolom berupa kayu yang berada di area tritisan
Deskripsi Ventilasi : Ruang Srikandi Ventilasi berupa bukaan dengan frame kayu dan daun ventilasi kaca yang dibuka ke arah bawah. Berfungsi sebagai sirkulasi udara dan cahaya. Kondisi asli dan terawat.Ventilasi menggunakan frame kayu dengan tiga daun ventilasi kaca. Fungsi sebagai sirkulasi udara dan pencahayaan alami.Bangsal PetronellaVentilasi berupa bukaan dengan frame kayu dan daun ventilasi kaca yang dibuka ke arah bawah. Berfungsi sebagai sirkulasi udara dan cahaya. Selain itu terdapat ventilasi berupa roster persegi dengan celah berbentuk huruf ‘x’ sebagai sirkulasi udara. Kondisi asli dan terawat.Ruang I HemodialisaVentilasi berupa frame kayu dengan kaca mati dan dilengkapi dengan railing besi berpola horixontal bercat putih. - Ventilasi berupa frame kayu dengan kaca mati dan dilengkapi dengan railing besi berpola horixontal bercat putih.- Ventilasi berupa bukaan kaca bening dengan frame kayu hijau.- Ventilasi berupa kisi-kisi kayu vertikal.
Deskripsi Plafon : Ruang Srikandi Plafon terbuat rangka dan papan kayu. Kondisi asli dan terawat.Bangsal PetronellaPlafon terbuat rangka dan papan kayu. Terda[at skylight pada plafond yang terbuat dari frame kayu dan kaca sebagai pencahayaan alami. Kondisi asli dan terawat.Ruang I HemodialisaPlafond gypsum bercat putih
Jenis Ragam Hias : Ruang Srikandi Terdapat ornamen pada ventilasi dan daun jendela berupa kaca patri dengan pola geometri. Terdapat ornamen pada talang air hujan berupa bentuk lengkungan yang terbelah dua, ke atas dan kebawah.Ruang PoliteknikBangsal PetronellaRuang I HemodialisaGedung TPARuang III
Arsitek : Bangunan ini dirancang oleh arsitek asal Belanda bernama Stegerhoek
Fungsi Situs : Medis
Fungsi : Medis
Tokoh : dr. Jan Gerrit Scheurer dkk yang dapat membuat sebuah rumah sakit pertama di Yogyakarta, khususnya rumah sakit yang diperuntukkan untuk golongan Inlander (pribumi)
Peristiwa Sejarah : Sejarah Rumah Sakit Bethesda tidak dapat dilepaskan dari dinamika zending yang ada di Yogyakarta. Dalam catatan pada Repertorium van Nederlandse zendings- en missie-archieven 1800-1960 diterangkan bahwa, rumah sakit yang dibangun di Yogyakarta itu merupakan rumah sakit yang memberikan layanan kesehatan guna mengembangkan misi gereja, yang pada waktu itu dikenal dengan Gereformeerde Kerken. Gereformeerde Kerken, atau lengkapnya Christelijke Gereformeerde Kerken, adalah suatu kelompok gereja Kristen Protestan di Belanda, yang dalam bahasa Inggris disebut Christian Reformed Churches in the Netherlands. Sejak kebangkitan gerakan zending itu, pada tahun 1897 perkembangan agama Kristen di Yogyakarta semakin pesat. Hal ini berkat usaha seorang dokter berkebangsaan Belanda bernama dr. Jan Gerrit Scheurer. Sebelumnya, ia pernah membuka praktek dokter di Gilingan, Solo (1895-1896) bersama istrinya yang bernama Geriitjen van de Riet, dan dibantu oleh Yoram, Sambiyo Reksohusodo dan Kalam Efrayim. Di dalam rumah sewanya itu, kamar makan dirombak menjadi kamar bedah, meja makannya digunakan untuk meja operasi atau bedah. Sebelum memeriksa orang sakit, lebih dahulu dibacakan Alkitab dan berdoa. Tiap hari Minggu diadakan kumpulan untuk merenungkan Firman Tuhan dengan tanya jawab. Dr. Jan Gerrit Scheurer dan pembantu-pembantunya bekerja giat dilandasi sifat kasih sayang. Ketika Residen Surakarta, Hora Siccama mengetahui bahwa dr. Jan Gerrit Scheurer juga memberitakan Injil, izin praktek pun dicabut. Ia pun kemudian pindah ke Purworejo lagi. Tapi kemudian ia mendapat kepercayaan dari Sinode Middelburg untuk membangun sebuah rumah sakit di Yogyakarta. Sebuah yayasan yang disebut “Rumah Sakit Dr. Scheurer” didirikan dengan dukungan penuh dari tokoh Gereformeerde terkemuka, seperti Abraham Kuyper dan dr. F.L. Rutgers. Di kota ini ia bertempat tinggal di sebuah rumah sewa yang terletak di Jalan Bintaran. Pada 17 Maret 1897 merupakan awal kerjanya saat mendirikan rumah darurat dari bambu di samping rumahnya untuk tempat praktek pengobatan. Bangunan ini selesai pada bulan Juli 1897. Digantungkan sebuah papan bertuliskan, “Gusti Yesus Poenika Djoeroe Wiloedjeng Sedjatos”. Mulailah kerja yang akan dicatat oleh sejarah sebagai gerak perkembangan agama Kristen di daerah Kota Yogyakarta. Pada 1 Juli 1897 poliklinik sederhana itu dibuka dengan pemuda Yoram sebagai pegawainya. Tidak ada upacara pembukaan dan tidak ada pesta, yang ada hanya semangat kerja dan cinta-kasih untuk mereka yang menderita serta memerlukan perawatan kesehatan. Pada bulan-bulan pertama orang yang datang ke poliklinik untuk berobat antara 10-15 orang. Hanya dalam waktu satu setengah tahun yang datang berobat tercatat sebanyak 15.367 orang. Selama itu dr. Jan Gerrit Scheurer telah berhasil menjalankan operasi dengan narcose sebanyak 12 kali hanya dengat peralatan sederhana dan di atas meja makan. Kebutuhan akan ruangan dalam perawatan orang-orang sakit semakin terasakan. Terpaksa direncanakan membangun sebuah rumah sakit dengan kapasitas 150 tempat tidur. Berbagai instansi membantu keinginan dr. Jan Gerrit Scheurer ini, khususnya dari Sri Paduka Sultan Hamengku Buwono VIII. Sebidang tanah di daerah Gondokusuman, seluas 30.000 meter persegi dihadiahkan. Tanah ini sebelumnya merupakan kebun tebu milik Onderneming Muja-Muju, Sultan memberikan ganti kepada perkebunan tebu Muja-Muju untuk menempati daerah lain. Saat itu, tanah yang akan dipakai sebagai bangunan rumah sakit berada di luar dari apa yang disebut Kota Yogyakarta. Pada 20 Mei 1899 peletakan batu pertama pembangunan rumah sakit dilakukan oleh anak dr. Jan Gerrit Scheurer. Simbolisme ini melambangkan keinginan sang dokter agar cita-citanya diteruskan oleh anaknya. Pada 1 Maret 1900 dapat diselesaikan dua zaal untuk merawat penderita pria dan wanita. Pada 13 Maret 1900 ada 15 pasien yang dirawat di bangunan itu, di antaranya seorang wedana dari Madiun yang harus dioperasi. Kehadiran wedana ini ternyata cukup memberikan arti bagi rumah sakit. Masyarakat lebih mengharapkan berperanannya rumah sakit ini khusunya bagi mereka yang tinggal di Kota Yogyakarta. Ada kaitan kehadiran seorang pejabat di rumah sakit sebagai pasien dengan pengharapan dan kepercayaan masyarakat yang semakin besar atas usaha-usaha di bidang kesehatan masyarakat dari Zending. Pembangunan rumah sakit berjalan terus dan perencanaan pembangunan dikerjakan secara cuma-cuma oleh Stegerhoek dan Stuur. Di samping itu dana berupa uang sebesar 10.000 dan 5.000 gulden diperoleh dari seorang pensiunan pendeta bernama Coeverden Andriani. Permintaan sang pendeta yaitu, agar rumah sakit ini diberi nama “Petronella”, sebuah nama dari istrinya yang dicintainya. Perkembangan rumah sakit yang berawal dari poliklinik di Bintaran kini telah memiliki tiga zaal laki-laki dan dua zaal wanita hanya dalam waktu beberapa tahun. Nama yang diberikan untuk rumah sakit yakni Zendingshospitaal “Petronella”. Masyarakat waktu itu mengenalnya sebagai “Dokter Tulung”. Kata ‘tulung’ berasal dari pitulungan (bahasa Jawa) yang bermakna pertolongan, karena dalam pelayanan terhadap pasien, rumah sakit ini tidak memandang apa dan siapa pasien itu, namun mengutamakan pertolongan lebih dahulu. Direktur rumah sakit untuk kali pertamanya dipegang oleh dr. Jan Gerrit Schuerer, karena memang dialah yang merintis rumah sakit ini. Kepemimpinan dr. Jan Geriit Schuerer berakhir pada tahun 1906, dan digantikan oleh H.S. Pruys. Semula ia adalah dokter militer dan pembantu dr. Jan Gerrit Scheurer. Semasa kepemimpinan dr. H.S. Pruys yang menjabat dari tahun 1906 sampai tahun 1918, pendidikan untuk juru rawat semakin diintensifkan dan untuk pendidikan jenis ini diterbitkan buku pelajaran dalam bahasa Jawa. Pendidikan di bidang kebidanan mulai dirintis. Selam bertugas di Rumah Sakit Petronella, dr. H.S. Pruys tidak pernah mengambil cuti ke Negeri Belanda. Pada tahun 1918 ia harus meninggalkan kerja yang dicintainya karena menderita sakit. Ditunjuk sebagai pengganti adalah dr. J. Offringa, yang sejak tahun 1912 telah mendampingi dr. H.S. Pruys. Kebijakan dari pimpinan dr. J. Offringa membuahkan semakin banyaknya orang-orang yang membutuhkan perawatan kesehatannya datang ke Rumah Sakit Petronella. Banyaknya pasien yang berobat ke Rumah Sakit Petronella menjadikan perlunya penambahan ruangan atau perluasan rumah sakit ini. Tahun 1920 dr. J. Offringa mengajukan rencana kepada Gereformeerde Kerken in Nederland di Amsterdam untuk memperbesar Petronella Ziekenhuis agar dapat menampung 500 pasien. Rencana ini diterima oleh Gereformeerde Kerken in Nederland, bahkan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII memberikan tanah yang luas membujur ke barat dan berbatasan dengan Jalan Bedog, serta di bagian selatannya dengan Militaire Hospitaal. Tahun 1924 pembangunan dimulai dan selesai pada tahun 1925. Bantuan ini didapatkan tidak saja dari pemerintah daerah dan pusat tetapi juga dari pabrik-pabrik gula, onderneming-onderneming tembakau, perusahaan kereta api de Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij. Selesainya pembangunan gedung baru itu tepat juga 25 tahun usia rumah sakit ini sejak peletakan batu pertama pada 20 Mei 1899. Setelah kepempinan dr. J. Offringa (1918-1930), kepemimpinan rumah sakit berturut-turut dipegang oleh dr. K.P. Groot (1930-1942) dan dr. L.G.J. Samallo (1942-1949). Ketika masa pendudukan Jepang (1942-1945), rumah sakit ini namanya diganti dengan Yogyakarta Tjuo Bjoin, dan kemudian setelah terlepas dari penjajahan Jepang, rumah sakit ini dikenal sebagai Rumah Sakit Pusat. Agar masyarakat umum mengetahui bahwa Rumah Sakit Pusat ini merupakan salah satu rumah sakit pelayanan kasih (Kristen), maka pada 28 Juni 1950 diganti dengan nama Rumah Sakit Bethesda yang mempunyai arti kolam penyembuhan. Sekarang, Rumah Sakit Bethesda ini merupakan rumah sakit swasta kelas utama tipe B yang ada di Kota Yogyakarta. Pemiliknya adalah Yayasan Kristen Untuk Kesehatan Umum (YAKKUM) yang bermarkas di Solo. Rumah sakit ini dikenal sebagai pusat layanan kesehatan yang terkemuka di Kota Yogyakarta, karena dikenal memiliki standar kesehatan yang tinggi dengan sumber daya manusianya yang berkualitas, dan mengutamakan pelayanan yang cepat terhadap pasien-pasiennya
Konteks : Bangunan ini memiliki arti penting dalam perkembangan dunia kesehatan khususnya bagi Yogyakarta. Karena merupakan rumah sakit pertama yang dibangun di tanah Yogyakarta dan rumah sakit pertama yang diperuntukkan untuk kaum Inlander (pribumi). Hal tersebut juga tidak dapat dipisahkan dengan adanya politik etis dari pihak Belanda terhadap bangsa Indonesia. 
Riwayat Rehabilitasi : Pihak rumah sakit tidak memiliki data (arsip) soal rehabilitasi yang pernah dilakukan oleh pengelola rumah sakit sebelumnya
Nama Pemilik Terakhir : Kraton Yogyakarta
Riwayat Pengelolaan
Nama Pengelola : Yayasan YAKKUM
Alamat Pengelola : Jl. Adi Sumarmo 51 Tohudan Colomadu, Karanganyar, Surakarta
Nomer Kontak : (0274) 586688 & 5622
Persepsi Masyarakat : Masyarakat menilai bahwa dengan dipertahankannya bentuk bangunan dari RS. Betehsda membuat mereka tidak hanya berobat untuk sakit saja, melainkan dapat belajar dan melihat bangunan pada masa-masa Kolonial. Selain itu pula masyarakat juga dapat belajar sejarah khususnya sejarah dari RS. Bethesda ini. Masyarakat menilai bahwa dengan dipertahankannya bentuk bangunan dari RS. Betehsda membuat mereka tidak hanya berobat untuk sakit saja, melainkan dapat belajar dan melihat bangunan pada masa-masa Kolonial. Selain itu pula masyarakat juga dapat belajar sejarah khususnya sejarah dari RS. Bethesda ini.
Catatan Khusus : Komponen Pelengkap Ruang SrikandiPintu,AsliVentilasi,AsliJendela,AsliKolom/Tiang,AsliLantai,DigantiPlafon,DigantiAtap,AsliDesain: Bangunan ini memiliki desain yang cukup menarik darifasad bangunannya. Selain dari hiasan batu sungai pada dinding fasadnya mulai dari kaki dinding Interior: Interior bangunan ini memang sudah disesuaikan untuk kebutuhan rumah sakit, sehingga ada beberapa perubahan yang dilakukan oleh pihak pemilikRuang Politeknik- Bangsal PetronellaPintu,AsliVentilasi,AsliJendela,DigantiKolom/Tiang,AsliLantai,DigantiPlafon,AsliAtap,Asli Desain: Bangunan Petronella memiliki desain yang menarik yaitu berbentuk salib. Selain itu fasad bangunan yang memiliki hiasan batu alam pada dindingInterior: Interior bangunan ini dapat dibagi menjadi dua yaitu untuk kantor dan tempat pertemuan (capel). Ruang I HemodialisaPintu,AsliVentilasi,AsliJendela,AsliKolom/Tiang,AsliLantai,DigantiPlafon,AsliAtap,Asli Desain: Desain bangunan ini sangat khas indis karena ada tambahan panel kayu pada samping beranda dan atap bangunan yang berbentuk limasan. Interior: Penataan interior diseuaikan dengan fungsi bangunan yang sekarang menjadi ruangan rawat inap dari pasien RS. Bethesda. Terdapat meja perawat dan admin. Gedung TPAPintu,AsliVentilasi,AsliJendela,AsliKolom/Tiang,AsliLantai,DigantiPlafon,AsliAtap,Asli Ruang IIIPintu,AsliVentilasi,AsliJendela,AsliKolom/Tiang,AsliLantai,DigantiPlafon,DigantiAtap,Asli Mendapatkan penghargaan Pelestari Cagar Budaya Tahun 2010