Loading

Rumah Tradisional Milik Sri Hartinah

Status : Bangunan Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

 Bangunan ini dibangun sekitar pada abad 18 karena terdapat geganja yang bertuliskan tahun 1826. akan tetapi jika dilihat dari susunan ruang yang ada bangunan berdiri sekitar abad 17.

Bahan utama bangunan berupa kayu.  

Bahan pelengkap bangunan berupa besi dan tanah liat serta beton.

  Berdasarkan denah, rumah milik Sri Hartinah, terdiri
atas enam bangunan. Dua joglo di bagian depan berfungsi
sebagai pendapa dan dalem. Satu bangunan limasan di sisi
timur berfungsi sebagai gandhok tengen. Dua bangunan
kampung di sisi barat berfungsi sebagai gandhok kiwa dan
satu bangunan kampung di sebelah selatan sebagai pawon.
Rumah Joglo milik Sri Hartinah menghadap ke utara,
memiliki halaman di sebelah utara dan dibatasi jalan
kampung.
Pendapa
Bangunan pendapa menggunakan model joglo lawakan.
Konstruksi atap brunjung. Pendapa memiliki emper di
bagian utara dengan empat saka kayu yang terdapat ukiran
dan di bagian barat memiliki lima saka kayu tanpa ukiran.
Lantai pendapa berupa plesteran semen.
Pendapa ini memiliki tujuh pintu dan dua jendela; tiga
pintu di sisi utara, tiga pintu di sisi barat, dan satu pintu
serta dua jendela di sisi timur. Pendapa ini memiliki empat
sakaguru terbuat dari kayu berdiri di atas umpak kayu
bermotif hias. Dua batang kili (kayu panjang di bawah
pangeret atau pamidhangan, menancap miring pada saka
dengan purusnya) dan dua batang sunduk (kayu yang
berada di bawah blandar atau pamidhangan, berkedudukan
miring serta masuk ke dalam saka) menghubungkan
sakaguru menggunakan teknik sambung purus.
Blandar pamidhangan terdiri atas dua batang blandar

pamidhangan panyelak, dan dua batang blandar
pamidhangan pamanjang. Santen (komponen kayu yang
merangkai sunduk dan blandar pamidhangan) bermotif hias
ukiran dan disungging, berada di antara sunduk dan blandar
pamidhangan. Blandar lar-laran di bagian pamanjang dan
panyelak masing-masing terdiri dari tiga batang bersusun
tumpangsari membentuk piramida terbalik. Pengunci
dengan bentuk nanasan berada di keempat sudut blandar
lar-laran, digunakan untuk mengunci dua blandar lar-laran
paling atas dengan dudur brunjung.
Di bagian tengah pamidhangan terdapat dhadha paesi
berhias ukiran dan disungging. Blandar singup di tengah
uleng tersusun dari lima batang balok. Langit-langit
pamidhangan ditutup dengan papan kayu berhias ukiran.
Usuk dipasang model ri gereh. Atap joglo ditutup dengan
genteng dan bubungan vlaam.
Dalem
Bangunan dalem menggunakan model joglo lambang
teplok. Konstruksi di bagian sakaguru, hampir sama dengan
bagian pendapa. Dua batang kili dan dua batang sunduk
menghubungkan sakaguru menggunakan teknik sambung
purus. Blandar pamidhangan terdiri atas dua batang
blandar pamidhangan panyelak, dan dua batang blandar
pamidhangan pamanjang. Blandar lar-laran bagian
pamanjang dan panyelak masing-masing terdiri dari empat
batang bersusun tumpangsari. Dua santen, bermotif hias
ukiran di antara blandar pamajang. Dhadha paesi di dalem

ini juga berhiaskan ukiran dengan tidak disungging. Langit-
langit pamidhangan ditutup dengan kepang bambu. Dalem

memiliki emper tengen yang saat ini digunakan sebagai
tempat makan.
Lantai pada bagian dalem berupa plesteran semen
dengan peninggian 20 cm. Dalem memiliki lima pintu yang
bergaya seblak kupu. Di sisi utara terdapat tiga pintu
dengan kaca di setiap daun pintunya sedangkan di sisi timur
dan barat daun pintu sepenuhnya terbuat dari kayu. Di
dinding sisi timur dan barat terdapat jendela yang masing
masing memiliki tiga buah daun jendela
Sakaguru terbuat dari kayu berdiri di atas umpak batu
putih berlapis kayu bermotif hias. Dua batang kili dan dua
batang sunduk menghubungkan sakaguru menggunakan
teknik sambung purus. Blandar pamidhangan terdiri atas
dua batang blandar pamidhangan panyelak, dan dua batang
blandar pamidhangan pamanjang. Santen, bermotif hias
ukiran, berada di antara sunduk dan blandar pamidhangan
pamanjang. Blandar lar-laran di bagian pamanjang dan
panyelak masing-masing terdiri dari tiga batang bersusun
tumpangsari membentuk piramida terbalik. Pengunci

berbentuk buah keben berada di keempat sudut blandar lar-
laran, digunakan untuk mengunci dua blandar lar-laran

paling atas dengan dudur brunjung.
Di bagian tengah pamidhangan terdapat dhadha paesi
berhias ukiran. Langit-langit pamidhangan ditutup dengan
anyaman bambu. Usuk dipasang model ri gereh. Atap joglo
ditutup dengan genteng dan bubungan vlaam.
Gandhok Tengen dan Gandhok Kiwa
Gandhok tengen dan gandhok kiwa roboh karena gempa
bumi tahun 2006. Kedua bangunan gandhok sudah

dibangun kembali, namun tidak memperhatikan prinsip-
prinsip pemugaran dalam arkeologi. Bangunan sudah

berubah bentuk, tidak ada pembagian ruang seperti semula.
Saat ini gandhok tengen dimanfaatkan untuk gudang,
sedangkan gandhok kiwa digunakan untuk garasi.
Pawon
Pawon atau dapur berada di bagian belakang bangunan
dalem. Bangunan ini termasuk bangunan baru.

 

 

Status : Bangunan Cagar Budaya
Periodesasi : Tradisional Jawa
Tahun : 1826
Nama Lainnya : Joglo R. Hardjosoedarmo
Alamat : Dusun Payaman Utara RT 10 RW 18, Girirejo, Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
7.92907972° S, 110.389602° E

SK Menteri : SK Menteri No PM.89/PW.007/MKP
SK Gubernur : SK Gub DIY No. 210/KEP/2010
SK Walikota/Bupati : SK Bupati No. 416 Th 2017


Lokasi Rumah Tradisional Milik Sri Hartinah di Peta

Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi
Tebal
Diameter
Berat
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Jenis Struktur : Tradisional
Dimensi Struktur
Jenis Bangunan : Tradisional
Fungsi Bangunan : Rumah/Permukiman
Komponen Pelengkap :
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Tata Letak Dalam Ruang Kawasan : Bangunan ini bergaya arsitektur vernacular jawa. Bangunan dengan bentuk atap joglo yang difungsikan sebagai ruang tamu ini, terlihat tidak banyak mengalami penambahan dan perubahan. Dengan bahan material kayu dari tembok hingga umpak. Bangunan dengan sebutan joglo kembar ini memiliki joglo depan dengan sebutan omah lanang dan joglo bagian belakang dengan sebutan joglo wedok dengan pringgitan sebagai pemisah diantaranya.
Deskripsi Fasad : Bangunan dengan atap joglo yang menjulang tinggi ini sangat kental akan arsitektur vernacular jawa. Dengan tembok yang masih berbahan panil massif kayu serta terdapat beberapa ukiran pada kolom atau soko bangunan serta lantai yang masih berupa rabat beton.
Deskripsi Konsol : Sama halnya konsol-konsol lainnya yang terdapat di jawa atau wilayah mataram, kayu memanjang pada sumbu x dan y yang di sokong oleh kayu miring membentuk sudut miring pada sisi bawahnya.
Deskripsi Jendela : Pada bangunan ini hanya ditemukan satu jenis jendela, yaitu jendela dengan dua daun jendela dan pada sisi luarnya terdapat kisi-kisi yang terbuat dari kayu. Jendela jenis ini banyak di jumpai pada bangunan-bangunan vernacular jawa atau pada bangunan Kerajaan Mataram.
Deskripsi Pintu : a.Pintu yang terdapat pada joglo depan ini merupakan pintu dengan gabungan dari beberapa panil kayu yang disusun membentuk dua daun pintu.b. Pintu ini terletak pada pringgitan yaitu ruang yang menghubungkan antara joglo depan dan belakang. Pintu yang sudah berusia ratusan tahun ini keropos dibagian bawah daun pintu.c. Pintu yang terdapat pada bangunan tambahan yang difungsikan untuk ruang penyimpanan barang ini masih asli meskipun bangunan nya adalah bangunan baru.
Deskripsi Atap :  Bangunan memiliki dua jenis atap, yaitu joglo dan atap kampong. Untuk atap joglo terdapat pada ruang tamu dan ruang Dalem atau ruang keluarga. Sedangkan untuk pringgitan dan gudang menggunakan atap kampong
Deskripsi Lantai :  Lantai yang ada pada rumah berupa rabat beton.
Deskripsi Kolom/Tiang : (a) Soko guru yang terdapat pada bangunan ini masih asli tanpa ada penambahan maupun penggantiaan bagian-bagian tertentu. Umpak masih terbuat dari kayu dengan tumpangsari yang berada di atasnya yang juga masih asli. Kondisi yang baik akan tetapi kurang terawat. Soko dengan material kayu jati ini sudah sangat jarang ditemui karena umpak yang terdapat pada rumah ini masih menggunakan kayu.(b)  Soko pengeret atau soko disekeliling soko guru ini juga sama dengan soko guru. Umpak yang masih terbuat dari kayu dengan kondisi baik akan tetapi kurang terawat. Terdapat ukiran disetiap kolom. Kayu yang berbahan jati ini masih dapat dijumpai dengan baik disetiap sudut rumah.
Deskripsi Ventilasi : Ventilasi yang tedapat pada rumah hanya celah yang terdapat diantara blandar dengan tembok.
Deskripsi Plafon : tidak terdapat plafon
Jenis Ragam Hias : (a) Saton dengan motif lung-lungan pada kolom. Pada kolom luar terdapat ragam hias dengan bentuk saton yang dilengkapi dengan motif sulur-sulur tanaman daun yang biasa disebut dengan lung-lungan.(b) Padma pada umpak. Padma pada umpak kayu ini masih terlihat jelas gura dan liyuk-liyuknya. Meskipun umpak sudah sedikit tertimbun rabat beton karena pembangunan rabat beton dilakukan belakangan.(c) Probo, Lung-lungan dan tlacapan pada dadapeksi. Lunglungan berupa sulur-sulur daun yang memanjang. Probo pada tengah dadpeksi.(d) Padma pada pamidhangan
Desain : Bangunan dengan sebutan joglo kembar ini struktur ruang yang ada sama dengan bangunan Dalem Surakarta. Dengan pendopo yang bersambung dengan pringgita
Interior : Rumah ini dipenuhi dengan ukir-ukiran dan ragam hias yang masih asli. Berbahan kayu dan diukir dengan sangat baik. Beberapa sudut bangunan sudah menja
Fungsi Situs : Rumah/Permukiman
Fungsi : Rumah/Permukiman
Tokoh : Pemilik bernama R. Hardjosoedarmo, merupakan kakak dari lurah pertama di Imogiri, yakni pemilik rumah Joglo Lurah Dongkol.
Peristiwa Sejarah : Menurut narasumber, bangunan ini didirikan sejak tahun 1862, angka tahun tersebut terlihat pada salah satu Geganja yang disimpan oleh pemilik bangunan. Rumah ini juga dipakai untuk tempat koperasi Batik Karangtunggal yang terdapat di Imogiri mirip dengan Joglo Lurah Dongkol yang juga dipakai sebagai tempat sentra pembuatan batik. Benda-benda peninggalan pembuatan batik masih tersimpan di halaman belakang rumah. Benda pusaka berupa keris dan dua buah tombak juga masih disimpan pemilik. Rumah tradisional milik Ibu Sri Hartinah dibangun padabulan November pada tahun 1920an. Rumah ini merupakanrumah tinggal Bapak Harjo Sudarmo. Pada tahun 1982-1995, joglo dimanfaatkan sebagai tempat usaha batik tulis.Gempa Jogja pada tahun 2006 tidak menimbulkankerusakan yang parah pada konstruksi joglo. Bentuk joglomasih asli dari awal pembangunannya.Pada tahun 2016 dan 2017, pernah dimanfaatkansebagai tempat pengambilan gambar untuk film dandokumenter. Pemanfaatan joglo pada saat ini ialah sebagairumah tinggal, tempat pengajian rutin, tempat pertemuanwarga, dan kegiatan posyandu anak.
Konteks : Bangunan ini memiliki arsitektural jawa, pada tiang kayu pendopo terdapat ukiran hiasan. Sejauh penelusuran tim inventarisasi hanya rumah ini satu satunya rumah yang memiliki tiang dengan ukiran tersebut. Hal menarik lainnya adalah pada umpak yang berbahan kayu, yang hanya terdapat di bangunan Joglo ini. Sedangkan pada rumah-rumah lain di Imogiri tidak terdapat umpak dengan berbahan kayu, semuanya berbahan batu. Arstiektural joglo yang memiliki bahan hampir semuanya kayu dari umpak hingga tembok yang berbahan kayu hanya terdapat pada bangunan ini.
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Ibu Sri Hartinah (anak dari R. Hardjosoedarmo pemilik joglo)
Alamat Pemilik : Dsn. Payaman, Kel. Girirejo, Kec. Imogiri, Bantul.
Riwayat Kepemilikan : 08122956156 (Ibu Retno)
Pengelolaan
Nama Pengelola : Ibu Retno (anak dari Ibu Sri Hartinah)
Alamat Pengelola : Dsn. Payaman, Kel. Girirejo, Kec. Imogiri, Kabupaten Bantul.
Nomer Kontak : 08122956156 (Ibu Ret
Persepsi Masyarakat : Bangunan ini dikenal masyarakat sebagai bangunan joglo tertua dikawasan Imogiri. Pemilik merupakan kakak dari Lurah pertama di Imogiri yakni pemilik Joglo Lurah Dongkol.
Catatan Khusus : Bangunan Ini tercatat sebagai warisan budaya di Dinas Kebudayaan DIY dengan nama Joglo Sri Hartinah. Setelah tim melakukan surve pada bangunan tersebut dan mewawancara dari ahli waris bangunan ini, pemilik rumah tidak mengetahui bahwa bangunan rumah tersebut merupakan Cagar Budaya sedangkan data list cagar budaya yang terdapat pada Dinas Kebudayaan Provinsi menyebutkan bahwa terdapat tiga SK cagar budaya pada bangunan joglo ini. Yakni: SK Bupati No. 416 Th 2017; SK Gub DIY No. 210/KEP/2010; dan SK Menteri No PM.89/PW.007/MKP/2011. Pemilik sekaligus narasumber menyebutkan bahwa bangunan ini belum pernah mendapat penghargaan atau sertifikat mengenai pemberian status Bangunan Cagar Budaya. Menurut kami kemungkinan terdapat kesalahan dalam memasukkan data SK pada bangunan tersebut. Pemiliki sekaligus narasumber (ahli waris) mengusulkan apabila bangunan rumahnya dijadikan bangunan cagar budaya agar nama Joglo Sri hartinah diganti menjadi Joglo R. Hardjosoedarmo. Menerima Penghargaan Penghargaan Pelestari Cagar Budaya Tahun 2018