 
    
Bangunan Cagar Budaya Masjid Syuhada terletak di Jalan I Dewa Nyoman Oka No. 13, Kotabaru, Gondokusuman, Yogyakarta. Masjid ini didirikan sebagai monumen peringatan untuk para syuhada (pejuang yang gugur) pada peristiwa “Pertempuran Kotabaru” Oktober 1945 yang terjadi pada masa peralihan dari pemerintahan Pendudukan Militer Jepang ke pemerintahan Republik Indonesia yang baru berdiri.
Bangunan Masjid Syuhada bukan merupakan kelengkapan awal dari permukiman Kota Baru yang dirancang sebagai kantung permukiman tertutup bagi penduduk Kota Yogyakarta dari golongan Eropa-Belanda kala itu. Bangunan masjid ini ditambahkan kemudian pada masa pemerintahan Republik Indonesia di lokasi bidang tanah kosong di pertemuan jalan Sultan Boulevard dan Tjode Weg. bidang lahan ini sebelumnya digunakan
| Dimensi Benda | : | Panjang Lebar Tinggi Tebal Diameter Berat | 
| Komponen Pelengkap | : |  | 
| Peristiwa Sejarah | : | Pada peta Yogyakarta tahun 1925 kavling masjid ini pada awalnya berupa bangunan museum purbakala (oudheden museum) yang berada di jalan Sultans Boulevard (saat ini Jalan I Dewa Nyoman Oka). Ketika ibukota Republik Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta, bangunan museum purbakala digunakan sebagai kantor pusat Dinas Purbakala Republik Indonesia. Bangunan kantor lalu dibongkar untuk kemudian di lokasi tersebut bangun masjid (Laporan Tahunan 1950, 1952:12). Bangunan Cagar Budaya Masjid Syuhada mulai dibangun pada 14 Oktober 1949 dan diresmikan pada tanggal 20 September 1952. Tujuan utama dari pembangunan masjid ini adalah untuk mencukupi kebutuhan ruang beribadah bagi umat Islam yang menghuni di wilayah Kotabaru. Selain itu tujuan yang bersifat umum adalah mendirikan penanda sebagai simbol perjuangan kemerdekaan Indonesia serta bentuk apresiasi terhadap peran kota Yogyakarta sebagai ibukota negara (periode 1946–1950). Pendirian bangunan masjid ini juga sekaligus dimaksudkan sebagai monumen hidup untuk memperingati jasa para pahlawan yang gugur dalam peristiwa bersejarah Pertempuran Kotabaru 6-7 Oktober 1945. Penggunaan nama “syuhada” berasal dari bahasa arab yang berarti “pejuang”. Pemilihan nama ini sebagai penghormatan kepada para pejuang yang gugur dalam peristiwa tersebut. Pertempuran Kota baru merupakan peristiwa bersejarah yang signifikan pada periode Perang Kemerdekaan RI. Pertempuran Kota Baru merupakan insiden kedua setelah penyerbuan markas Kempetai di Surabaya pada 1 Oktober 1945. Di Yogyakarta pada 6 Oktober 1945 malam hari para pemuda Badan Keamanan Rakyat (BKR) bersama Polisi Istimewa dan masyarakat menyerbu Kido Butai (markas tentara Jepang) di kompleks bangunan asrama militer di dalam kawasan Kota Baru. Penyerbuan ini berupaya untuk merebut senjata dari tentara Pendudukan Jepang setelah upaya negosiasi gagal tercapai. Insiden pertempuran ini (juga yang terjadi sebelumnya di Surabaya) menimbulkan korban jiwa dari pihak Indonesia. Korban para pemuda lokal ini merupakan awal pejuang kemerdekaan yang gugur. Setelah peristiwa ini rangkaian insiden terjadi bersusulan di berbagai kota di Indonesia dan mengawali periode Perang Kemerdekaan 1945–1949. Para pejuang yang gugur di pertempuran Kota Baru inilah yang menjadi inspirasi penamaan Masjid Syuhada yang didirikan di kawasan Kota Baru, sekaligus sebagai monumen peringatan bagi para martir pertama dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Gagasan untuk mendirikan masjid di Kotabaru tercetus pada saat acara pengajian di rumah keluarga Moch. Joeber Prawiroyuwono. Proses pembangunan masjid Syuhada dimulai pada tanggal 14 Oktober 1949 dengan dibentuknya Panitia Pendirian Masjid Peringatan Syuhada yang disingkat menjadi Panitia Masjid Syuhada. Kepanitiaan pertama diketuai oleh Mohammad Muammal dan yang kedua oleh H. M. Syuja’. Akan tetapi proses pembangunan masjid baru berjalan ketika kepanitiaan diketuai oleh Mr. Assaat dan sejumlah tokoh Islam di masa revolusi kemerdekaan yang berjumlah 17 orang, sehingga dikenal dengan Panitia 17 (Amirin, 2002: 82–83). Panitia pembangunan Masjid Syuhada pertama kali diketuai oleh H. Mua’mmal kemudian oleh H.M. Sudja. Pembangunan fisik dimulai saat panitia pembangunan masjid diketuai oleh Mr. Assaat (Pelaksana Tugas Presiden Republik Indonesia 1949–1950). Inisiasi pembangunan bentuk masjid berawal dari pengajian yang diselenggarakan di rumah M.J. Prawiroyuwono yang berlokasi di Langgenastran, Yogyakarta memunculkan kembali niat untuk membangun masjid untuk memperingati para syuhada. Selanjutnya lewat beberapa pertemuan pengajian diputuskan gagasan untuk mendirikan masjid di Kotabaru. Panitia pembangunan masjid dibentuk pada Jumat, 14 Oktober 1949/21 Dzulhijjah 1368 H dan dikukuhkan oleh menteri agama K.H Masykur (dalam Kabinet Hatta). Panitia tersebut dinamakan dengan Panitia Pendirian Masjid Peringatan Syuhada. Telah ditentukan pula masjid yang akan didirikan bernama “Masjid Syuhada”. Penamaan ini merupakan hasil usulan salah satu anggota panitia R.H Benjamin. Setelah dilakukan penentuan arah kiblat oleh K.H.A Badawi pada 17 Agustus 1950, maka proyek pembangunan dimulai pada tanggal 23 September 1950 melalui upacara peletakan batu pertama oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX (saat itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan RI). Dalam upacara tersebut dibacakan sambutan tertulis dari Presiden Soekarno yang berhalangan hadir. Sambutan tersebut berisi sebagai berikut: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA “Saya mengucap syukur alhamdulillah bahwa pada hari ini telah dapat diletakkan batu-pertama bagi masjid Syuhada’ di Jogyakarta. Saya harap sdr-sdr bekerja segiat-giatnya, agar supaya pembinaan masjid ini berjalan terus dengan pesat, --jangan kiranya pembinaan ini terhenti di tengah jalan. Sekali kita mulai, maka pekerjaan ini harus kita teruskan, sampai selesai. Saudara ada mengetahui, bahwa saya sendiri mengingini masjid Syuhada yang lebih besar daripada yang dirancangkan sekarang ini. Tetapi ini tidak berarti, | 
| Nama Pemilik Terakhir | : | Yayasan Masjid Syuhada | 
| Nama Pengelola | : | Yayasan Asrama dan Masjid Syuhada (YASMA Syuhada) | 
| Alamat Pengelola | : | Jln. I Dewa Nyoman Oka no. 13 | 
| Catatan Khusus | : | Koordinat : 7' 47’10,24” LS - 110' 22’9,44” BT Luas lahan : ± 3.514 m² Luas bangunan lantai basement : 237 m² Luas bangunan lantai satu : 642 m² Luas bangunan lantai dua : 729 m² Luas seluruh bangunan : 1.608 m² |