SMA “17†1 Yogyakarta ini terletak di Jl. Tentara Pelajar no.24, kelurahan Bumijo, kecamatan Jetis, Yogyakarta dengan koordinat geografis X -7.78524 dan Y 110.36119. Sekolah ini berada di kawasan Kecamatan Jetis bagian barat, yang dahulu merupakan perluasan dari kantong pemukiman masyarakat Belanda di Kota Yogyakarta. Belum diketahui secara pasti fungsi bangunan asli pada saat didirikan, namun diperkirakan bangunan ini dipergunakan sebagai kantor.
Bangunan ini merupakan bangunan peninggalan kolonial Belanda, dan belum diketahui secara pasti kapan bangunan ini didirikan. Namun jika dilihat dari corak arsitektur dan letaknya di Jetis yang merupakan perluasan kantong pemukiman orang Belanda, kemungkinan bangunan ini dibangun sekitar tahun 1920an hingga akhir 1930an. Pada tahun 1942, setelah Jepang menduduki Yogyakarta, bangunan ini pernah dijadikan sebagai markas bagi para tentara Imperial Jepang. Pada masa selanjutnya, tahun 1945 setelah Indonesia merdeka, bangunan ini digunakan sebagai asrama Tentara Pelajar Resimen Brigade X dan kemudian pada tahun 1949 digunakan sebagai asrama Brigade VII. Bangunan ini juga kemudian pernah digunakan sebagai kantor dari Boedi Oetomo. Selanjutnya, pada tahun 1984 bangunan ini dihibahkan kepada Yayasan Pengembangan Pendidikan 17, sebuah yayasan yang didirikan oleh para veteran dari Brigade 17. Yayasan Pendidikan 17 ini sebelumnya telah mendirikan sebuah institusi pendidikan yaitu SMA “17†1 di Jl. Tentara Rakyat Mataram 55. Hibah bangunan baru di Jetis ini menandai perkembangan SMA “17†1 Yogyakarta yang mulai menampung siswa lebih banyak sehingga harus menempati dua tempat berbeda. Berdasarkan keterangan pada catatan seorang karyawan SMA “17†1, sejak tahun 2000an mulai terjadi sengketa kepemilikan terhadap bangunan sekolah yang memuncak pada tahun 2012/2013 dan berujung pada perusakan gedung sekolah SMA “17†1 sehingga kini bangunan ini tampak terbengkalai. Coretan-coretan vandal banyak mewarnai dinding bangunan ini. Sangat disayangkan bahwa kini bangunan bersejarah ini telah rusak dan menjadi gedung kosong yang ditinggalkan.
Meskipun hampir keselurahan bangunan sudah hancur dan hanya menyisakan satu bangunan depan, namun masih dapat dilihat bahwa bangunan sekolah ini memiliki corak khas arsitektur Indis yang merupakan perpaduan antara gaya Eropa dan tradisional Jawa. Ciri arsitektur Indis ini dapat dilihat pada sisa-sisa jendela-jendela dan pintu besar berbentuk louvre/krepyak dengan ventilasi (bouvenlicht), tembok tebal, ornamen plasteran batu kali pada fondasi yang terekspos, dan juga adanya bentukan gavel (segitiga yang tampak di bagian muka) di bawah atap lobi dilengkapi dengan atap jerkinhead yang menghasilkan kesan bahwa gavel menjadi terpotong (tidak berbentuk segitiga/truncated gavel).
Keseluruhan komponen bangunan sudah terbengkalai dan rusak. Sisa-sisa komponen yang tampak pada bangunan depan yaitu jendela, pintu, ventilasi, lantai, plafon, dan atap semuanya telah rusak meskipun masih bertahan pada bentuk aslinya. Pada bagian tengah kompleks hanya terdapat sisa-sisa dinding bangunan kelas.
Referensi:
-Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta. 2014. Lensa Budaya 2: Menguak Fakta Mengenali Keberlanjutan. Yogyakarta: Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta.
-Handinoto. 1996. Perkembangan Kota Dan Arsitektur Kolonial Belanda Di Surabaya 1870-1940. Surabaya: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Kristen PETRA Surabaya dan ANDI.
-http://sma17yogyakarta.blogspot.co.id/
Dimensi Benda | : |
Panjang Lebar Tinggi Tebal Diameter Berat |
Fungsi Bangunan | : | Niaga |
Komponen Pelengkap | : |
|
Fungsi Situs | : | Niaga |
Fungsi | : | Niaga |
Nama Pemilik Terakhir | : | Yayasan 17 |
Alamat Pemilik | : | Jl. Tentara pelajar 24 |