Loading

Deskripsi Singkat

Padasan Nyai Siyem merupakan benda peninggalan Sultan Agung yang berasal dari kerajaan Siam (Thailand).

Status : Benda Cagar Budaya
Nama Lainnya : Belum Ada
Alamat : Kompleks Makam Imogiri, Kel. Girirejo, Kec. Imogiri. , Girirejo, Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
7.92019° S, 110.395714° E

SK Walikota/Bupati : SK Bupati Bantul No. 458 Tahun 2016


Lokasi Padasan Nyai Siyem di Peta

Keterawatan : /
Dimensi Benda : Panjang -
Lebar -
Tinggi -
Tebal -
Diameter -
Berat -
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Tokoh : Sultan Agung dan Raja Siam (Thailand)
Peristiwa Sejarah : Padasan Nyai Siyem merupakan salah satu cinderamata yang diterima oleh Sultan Agung dari raja kerajaan Siam (Thailand). Padasan ini digunakan oleh Sultan Agung dan keluarganya untuk bersuci/berwudhu. Ketika Sultan Agung wafat Padasan Nyai Siyem turut dibawa ke Makam Pajimatan Imogiri beserta beberapa benda lainnya seperti cincin yang terbuat dari tongkat Sultan Agung dan daun tujuh rupa. (Sumber: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/nguras-enceh-1/, diakses pada Selasa, 10 Desember 2024)
Konteks : Padasan atau enceh Nyai Siyem merupakan salah satu benda peninggalan Sultan Agung yang masih dikeramatkan hingga kini. Setiap tahunnya, air yang ada di dalam padasan akan dikuras dan diganti dengan air yang baru, tradisi ini dikenal dengan upacara Nguras Enceh. Upacara nguras enceh dilakukan setiap setahun sekali yaitu pada hari Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon pertama di bulan Sura. Pada mulanya enceh yang terdapat di Makam Pajimatan Imogiri hanya digunakan oleh raja untuk berwudhu saja. Namun, karena benda tersebut dianggap sakral dan bertuah maka pada akhirnya enceh – enceh tersebut digunakan sebagai tempat untuk menampung air. Pada zaman dahulu tidak semua orang dapat meminum air yang ada di dalam enceh, hanya anggota keluarga keraton saja yang diperbolehkan mengambil dan menguras air pada masing – masing enceh. Menurut salah satu riwayat, diceritakan bahwa pada tahun 1949 ketika terjadi Agresi Militer Belanda II di Yogyakarta, Presiden Soekarno mengetahui manfaat dari air yang ada di dalam enceh Makam Pajimatan Imogiri. Beliau lantas menghubungi Sri Sultan Hamengkubuwono IX untuk mengijinkan para prajurit yang berperang meminum air enceh tersebut. Setelah meminum airnya, konon kekuatan prajurit langsung kembali pulih. (Sumber: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/nguras-enceh-1/, diakses pada Selasa, 10 Desember 2024)
Riwayat Penemuan : Ditemukan di Kori Supit Urang Makam Imogiri
Riwayat Pengelolaan : Padasan ini pada dasarnya dimiliki oleh Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Keraton Surakarta Hadiningrat. Namun dalam pengelolaannya setiap hari, masing – masing padasan dibagi menjadi dua pengelolaan. Pihak abdi dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat mengelola Padasan Kyai Danumaya dan Padasan Nyai Danumurti. Sementara itu, pihak abdi dalem Kasunanan Surakarta Hadiningrat mengelola Padasan Kyai Mendhung dan Padasan Nyai Siyem.
Riwayat Pemanfaatan : Padasan ini digunakan dalam upacara Nguras Enceh yang diadakan pada setiap tahun di bulan Sura di kompleks Makam Raja di Imogiri. Dalam upacara tersebut, air dalam padasan atau enceh dikuras kemudian diisi kembali. Sebagian masyarakat umum yang menghadiri upacara ini menggunakan air dari Nguras Enceh untuk mencuci muka dan dibawa pulang dalam botol karena dipercaya sebagai perantara tolak bala dan kesembuhan penyakit. (Sumber: https://bantulkab.go.id)
Riwayat Penelitian : Fitriliyani, Winda. 2017. Nilai – Nilai Filosofis Dalam Tradisi Nguras Enceh di Komplek Makam Raja – Raja Mataram. Yogyakarta. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Yogyakarta. Skripsi. Tidak diterbitkan.Lestari, Tiyas Puji. 2020. Transformasi Sarana Upacara Nguras Enceh Makam Raja – Raja Imogiri ke Dalam Motif Batik Kain Panjang. Yogyakarta. Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Yogyakarta. Skripsi. Tidak diterbitkan.Rizqiyah, Eva Laila. 2017. Makna Simbolik Dalam Upacara Nguras Enceh di Lingkungan Makam Raja Mataram Imogiri. Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada. Skripsi. Tidak diterbitkan.Rohmani, N. 2009. Nguras Kong Di Kompleks Makam Raja-Raja Mataram. Skripsi. Tidak diterbitkan. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.Rokhim, Maliki Nur. 2013. Unsur Religi Dalam Tradisi Nguras Enceh di Makam Raja – Raja Imogiri. Yogyakarta. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta. Tidak diterbitkan.
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Keraton Yogyakartda dan Keraton Surakarta
Alamat Pemilik : Kota Yogyakarta dan Kota Surakarta
Riwayat Kepemilikan : Padasan ini pada dasarnya dimiliki oleh Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Keraton Surakarta Hadiningrat. Namun dalam pengelolaannya setiap hari, masing – masing padasan dibagi menjadi dua pengelolaan. Pihak abdi dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat mengelola Padasan Kyai Danumaya dan Padasan Nyai Danumurti. Sementara itu, pihak abdi dalem Kasunanan Surakarta Hadiningrat mengelola Padasan Kyai Mendhung dan Padasan Nyai Siyem
Pengelolaan
Nama Pengelola : Abdi dalem bupati jurukunci Keraton Kasunanan Surakarta
Alamat Pengelola : Dsn. Pajimatan