Loading

Gedung Sekolah Menengah Atas Negeri 11 Yogyakarta (Eks Kweekschool voor Inlandsche Ondenuijzers)

Status : Bangunan Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Bangunan Gedung Sekolah Menengah Atas Negeri 11 Yogyakarta?(Eks Kweekschool voor Inlandsche Onderwijzers) menghadap barat ke arah jalan A. M. Sangaji, tata letak bangunan memanjang dari barat ke timur. Penghubung antar unit bangunan menggunakan dorloop (selasar beratap tanpa dinding).  

Kompleks gedung sekolah ini terdiri atas bangunan lama dan bangunan baru, bangunan lama berderet dari depan ke belakang (barat-timur) terdiri dari tiga unit bangunan serta diapit dua unit bangunan di utara dan selatan masing-masing bangunan memanjang dari timur ke barat menghadap ke halaman dalam, serta satu bangunan terpisah di bagian depan barat laut. Sedangkan bangunan baru berada dibagian timur (belakang) dan sisi selatan lahan.  

Secara umum bangunan-bangunan yang ada masih memperlihatkan gaya arsitektur Indis dengan atap limasan beserta penutup atap genting serta plafon berupa bilah kayu dan anyaman bambu. Dinding bangunan relatif tinggi yang terdapat roster (lubang ventilasi), bovenlicht (jendela atas pintu), berbagai jenis bukaan pintu dan jendela dari panel kayu, serta terali besi. Terdapat peninggian permukaan lantai dan di satu bangunan masih menggunakan penutup lantai asli berupa ubin abu-abu.  

Bangunan lama terdiri dari beberapa unit yaitu : 

(1) Bangunan A  
Posisi keletakan sebagai muka dari keseluruhan kompleks berada paling depan menghadap ke jalan (ke arah barat). Denah bangunan segi empat berukuran 28,9 m x 16,6 m terdiri dari empat ruangan: dua ruang sayap utara dan selatan yang identik berukuran 28,9 m x 6.3 m dengan akses masing-masing dari teras depan dan teras belakang; dua ruang di tengah berukuran 6,3 m x 6,3 m yang berhadapan dan dipisahkan oleh lorong di tengahnya serta akses masuk masing-masing melalui pintu di lorong dan teras belakang. Lorong tersebut mengarah ke teras belakang dan menerus dengan doorlop (selasar beratap) sebagai penghubung bangunan ini dengan unit bangunan di belakangnya (timur). 

Atap model limasan dengan emper di sisi utara dan selatan serta teras depan dan belakang. Penutup atap berupa genting model Jatiwangi. Dipasang listplang kayu dan talang dari bahan logam. Sepanjang atap emper dan teras terdapat papan-papan yang disusun vertikal memanjang yang menempel dari tepi plafon atap emper yang berupa srawing. Ornamen srawing ini menempel pada konstruksi bingkai kayu.  

Plafon hanya di bagian lorong dengan bahan bilah kayu, sedangkan ruang lainnya dengan bahan asbes eternit 1x1 meter. 

Pada bagian dinding terdapat lubang ventilasi (roster) bentuk persegi motif silang terdapat di bagian atas dinding. Dinding utara dan selatan masing-masing terdapat enam jendela rangkap daun ganda panel krepyak kayu di sisi luar dan panel kaca di sisi dalam serta empat jendela bentuk yang sama di dinding muka (barat) masing-masing dua mengapit pintu lorong di bagian tengah. Semua pintu di unit bangunan A berupa pintu rangkap daun ganda dengan panel kayu kombinasi krepyak di sisi luar dan panel kaca di sisi dalam. Di setiap bingkai atas pintu terdapat bovenlicht dengan terali besi.  

Lantai pada bangunan A sudah menggunakan keramik.  

Bangunan A ini diperkirakan berfungsi awal sebagai ruang kelas dan ruang administrasi. Saat ini digunakan sebagai ruang tata usaha, ruang pertemuan, dan ruang kepala sekolah SMAN 11 Yogyakarta. 

(2) Bangunan B 
Bangunan ini berada di belakang (timur) bangunan A yang dihubungkan dengan doorlop. Bangunan B memiliki atap limasan dan berdenah persegi panjang berukuran 24 m x 8 m. Tata ruang berupa dua ruangan saling berhadapan di sisi utara dan selatan, masing-masing berukuran 11 m x 8 m yang dipisahkan lorong selasar lebar 2 m. Akses menuju masing-masing ruang hanya terdapat di sisi lorong berupa satu pintu rangkap daun ganda dengan panel kayu kombinasi krepyak di sisi luar dan panel kaca di sisi dalam. Di setiap bingkai atas pintu terdapat bovenlicht terali besi. 

Dinding keliling dipasang keramik setinggi 90 centimeter. Pada dinding sisi muka (barat), terdapat masing-masing 7 jendela mengapit bukaan akses lorong di bagian tengah dinding. Bukaan dinding berupa jendela rangkap, daun tunggal dengan kombinasi panel kayu dan krepyak di sisi luar dan panel kaca di sisi dalam. Pada dinding belakang (timur) terdapat masing-masing 5 jendela mengapit di bagian atas bukaan akses lorong. Jendela ini berbentuk persegi 90 cm x 90 cm dengan penutup panel kaca. Tiga bentuk jendela yang sama terdapat pada dinding sisi utara sementara di dinding selatan tidak terdapat jendela. Di semua sisi dinding bangunan terdapat roster masing-masing 2 lubang setiap bagian atas jendela, serta 4 lubang roster di atas bukaan lorong masing-masing depan dan belakang, dan 6 lubang roster di dinding sisi selatan. 

Atap model limasan, pada teritisan dipasang lisplang kayu dan ditopang oleh kosol dari besi bulat berjarak 1 meter. Plafon dari asbes eternit 1x1 meter. 

Penutup lantai dengan keramik ukuran 30x30 cm 

(3) Bangunan C 
Berupa aula yang berada di tengah kompleks, merupakan bangunan terbuka (tanpa dinding). Bangunan ini terdiri atas dua bagian: bagian pertama merupakan sisi depan (sisi barat) bangunan C yang terdapat dua ruangan tertutup masing-masing berukuran 10,7 m x 6,5 m. Di antara kedua ruang tertutup tersebut terdapat ruang terbuka berukuran 10,5 m x 6,5 m dengan penyangga 4 kolom pasangan bata berplester. Masing-masing kedua ruangan tertutup (utara dan selatan) memiliki akses pintu ke ruang tengah terbuka, empat jendela di dinding barat menghadap selasar, satu jendela di dinding samping dan tiga jendela di dinding belakang (sisi timur).  

Bagian kedua menempel di belakang (sisi timur) berupa aula berbentuk bangsal tanpa dinding berukuran 23,5 m x 15,5 m. Aula ini memiliki atap yang terdiri atas dua bagian yaitu atap utama berbentuk kampung dara gepak dengan penutup atap genting tanah liat dan emper keliling. Atap utama didukung oleh konstruksi kuda-kuda kayu segitiga sama kaki dengan sambungan gapit baut dan didukung oleh tiang kayu utama berjumlah 14 (masing-masing 5 tiang di sisi utara dan selatan, serta 4 tiang di sisi timur Atap utama didukung oleh konstruksi kuda-kuda kayu segitiga sama kaki dengan sambungan gapit baut dan didukung oleh tiang kayu utama berjumlah 14 (masing-masing 5 tiang di sisi utara dan selatan, serta 4 tiang di sisi timur). Atap kedua yang berada lebih rendah dari atap utama berupa atap emper didukung oleh kuda-kuda segitiga siku-siku dan tiang kayu pendukung berjumlah 18 (masing-masing 6 tiang di sisi utara, selatan, dan timur). Tiang dan kuda-kuda pada atap emper ini berfungsi juga sebagai pendukung struktur tiang dan kuda-kuda penyangga atap utama yang ukurannya sangat tinggi.  

Plafon menggunakan bahan anyaman bambu serta penutup lantai berupa tegel abu-abu 20 cm x 20 cm. Setiap konstruksi kayu dicat warna abu-abu serta tembok bangunan berwarna putih krem. 

(4) Bangunan D 
Bangunan ini berupa deretan kamar berukuran 3,85 m  x 4,4 m yang berdasarkan gambar tapak bangunan pada peta Kota Yogyakarta tahun 1925 diperkirakan memanjang barat utara sepanjang ± 135 m terletak di sisi utara kaveling lahan kompleks bangunan yang menghadap selatan ke halaman tengah dengan selasar lebar 2 m di depannya. Masing-masing kamar hanya terdapat pintu jendela tunggal dengan jeruji besi di bagian sisi dalam jendela dan bovenlicht di atas pintu. Pada dinding sisi belakang tiap kamar terdapat roster berupa empat lubang berjajar bentuk persegi panjang. 

Penutup latai dengan keramik ukuran 30x30 cm, sedangkan plafon dalam ruangan menggunakan anyaman kulit bambu, diselasar tidak dipasang plafon. 

Bangunan ini diperkirakan berfungsi sebagai asrama, saat ini hanya tersisa memperlihatkan bentuk asli terdiri atas 10 ruang. 

(5) Bangunan E 
Bangunan ini berupa deretan kamar berukuran 3,85 m  x 4,4 m yang berdasarkan gambar tapak bangunan pada peta Kota Yogyakarta tahun 1925 diperkirakan memanjang barat utara sepanjang ± 135 m terletak di sisi selatan kaveling lahan kompleks bangunan yang menghadap utara ke halaman tengah dengan selasar lebar 2 m di depannya. Masing-masing kamar hanya terdapat pintu jendela tunggal dengan jeruji besi di bagian sisi dalam jendela dan bovenlicht di atas pintu. Pada dinding sisi belakang tiap kamar terdapat roster berupa empat lubang berjajar bentuk persegi panjang. 

Penutup latai dengan keramik ukuran 30x30 cm, sedangkan plafon dalam ruangan menggunakan anyaman kulit bambu, diselasar tidak dipasang plafon. 

Bangunan ini diperkirakan berfungsi sebagai asrama, saat ini hanya tersisa memperlihatkan bentuk asli terdiri 5 ruang di unit sisi selatan.  

(6) Bangunan F 
Bangunan ini terletak di depan barat laut dengan ukuran 12 m x 20,7 m menghadap ke barat yang terdiri dari komponen teras, dan empat ruangan masing-masing di kiri dan kanan dan satu ruangan di ujung timur. Ruang-ruang ini terhubung dengan lorong ditengah dan setiap kamar terdapat jendela di sisi luar dan satu pintu di bagian lorong yang berupa daun pintu ganda panil kayu dengan bovenlicht terali besi, pada ruang ujung timur terdapat tiga pintu keluar kearah timur, utara dan selatan. Jendela sisi utara dengan daun panil krepyak sedangkan sisi selatan daun panil kaca dengan konsol plat besi atap seng. Pada bagian teras bangunan terdapat pagar terbuat dari beton setinggi kurang lebih 80 cm. Pada fasad bangunan terdapat tiga pintu dengan bouvenlich berteralis besi diatasnya. Plafon di bagian teras, lorong dan satu ruang di sebelah utara masih menggunakan kayu sedangkan sisanya sudah berganti plafon asbes eternit 1x1 m.  

Status : Bangunan Cagar Budaya
Periodesasi : Kolonial (Belanda/Cina)
Tahun : 1894
Nama Lainnya : SMA Negeri 11 Yogyakarta
Alamat : Jalan A.M. Sangaji Nomor 50 , Cokrodiningratan, Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
7.777362° S, 110.368077° E

SK Menteri : SK Mendikbud 132/M/1998
SK Walikota/Bupati : SK WALKOT Yogyakarta 252/2024


Lokasi Gedung Sekolah Menengah Atas Negeri 11 Yogyakarta (Eks Kweekschool voor Inlandsche Ondenuijzers) di Peta

Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi
Tebal
Diameter
Berat
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Jenis Struktur : Kolonial
Dimensi Struktur
Jenis Bangunan : Kolonial
Fungsi Bangunan : Sekolah
Komponen Pelengkap :
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Deskripsi Jendela : Daun pintu dan jendela dilengkapi tebeng (ventilasi) pada bagian atasnya. Daun pintu dan jendela tersebut menggunakan model kupu tarung (Masing-masing pintu atau jendela memiliki dua pasang daun). Daun pintu/jendela yang membuka ke arah luar menggunakan krepyak kayu, sedangkan daun pintu/jendela yang membuka ke arah dalam menggunakan panil kayu dan panil kaca.
Deskripsi Pintu : Daun pintu dan jendela dilengkapi tebeng (ventilasi) pada bagian atasnya. Daun pintu dan jendela tersebut menggunakan model kupu tarung (Masing-masing pintu atau jendela memiliki dua pasang daun). Daun pintu/jendela yang membuka ke arah luar menggunakan krepyak kayu, sedangkan daun pintu/jendela yang membuka ke arah dalam menggunakan panil kayu dan panil kaca.
Deskripsi Atap : bangunan berupa atap dengan bentuk limasan dara gepak \berbahan penutup genteng tanah liat serta genteng beton atap pendapa:  Atap terdiri atas dua bagian yaitu atap utama berbentuk limasan dara gepak dan atap tambahan berbentuk limas berpenutup genteng tanah liat. Atap utama didukung oleh konstruksi kuda-kuda kayu segitiga sama kaki dengan sambungan gapit baut dan didukung oleh kolom (tiang/saka) kayu utama berjumlah 14 buah. Sedangkan atap tambahan didukung oleh Kuda-kuda segitiga siku-siku dan kolom (tiang/saka) kayu pendukung berjumlah 18 buah.
Deskripsi Ventilasi : Beberapa bagian dinding bagian atas dilengkapi dengan roster sebagai elemen ventilasi.
Jenis Ragam Hias : ragam hias pada teras (terdapat srawing) sebagai sun shading
Fungsi Situs : Sekolah
Fungsi : Sekolah
Peristiwa Sejarah : 1. Bangunan didirikan tahun 1894 dan dibuka pada 7 April 1897 digunakan untuk sekolah Kweekschool voor Inlandsche Onderwijzen Djokjakarta (Sekolah Pendidikan Untuk Guru Pribumi). Bangunan tersebut juga dikenal sebagai Openbare Kweekschool atau disebut “Sekolah Raja” karena biaya operasionalnya disubsidi Pemerintah Kerajaan Belanda. Pada tahun 1927 gedung ini digunakan sebagai Hollandsch Inlandsche Kweekschool (HIK). Selama penjajahan Jepang difungsikan untuk SGL (Sekolah Guru Laki-laki). Pada masa Revolusi Kemerdekaan Republik Indonesia sekolah ini ditutup.  2. Pada tahun 1950 gedung ini pernah dipakai untuk asrama tentara. Namun, hal itu tidak berlangsung lama karena dikembalikan lagi fungsinya untuk sekolah guru. Pada saat Mohammad Yamin menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Sekolah Guru Laki-laki (SGL) berganti nama menjadi Sekolah Guru A (SGA). Selanjutnya pada tahun 1965 gedung ini dipakai sebagai Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Yogyakarta. 3. SPG Yogyakarta ditetapkan sebagai pusat latihan guru SD pada tahun 1970. Kemudian pada tahun 1971 dijadikan sebagai home base I di DIY (dikenal juga dengan sebutan SPG Jetis I). Pada tahun 1979 di kompleks sekolah didirikan Perpustakaan Perintis. Akhirnya, pada tahun 1989, pemerintah mengalihkan fungsi SPG menjadi SMA N 11 Yogyakarta. 4. Sekarang gedung ini digunakan untuk SMA N 11 Yogyakarta. Bangunan ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 132/M/1998. Sekolah ini pernah menjadi tempat terjadinya peristiwa penting yaitu pada tanggal 3–5 Oktober 1908 digunakan sebagai tempat penyelenggaraan Kongres Budi Utomo pertama. Peristiwa tersebut menempati ruang makan Kweekschool (saat ini merupakan bangunan aula SMA N 11 Yogyakarta). Kongres tersebut membahas penyusunan AD dan ART organisasi Boedi Oetomo serta masalah kebudayaan dan pendidikan bagi kemajuan pribumi. Kongres dihadiri sekitar 300 orang peserta dari berbagai kalangan kaum muda, bangsawan dan pejabat kolonial dengan mayoritas adalah dari kalangan priayi. Susunan panitia kongres adalah sebagai berikut: 1. Ketua: Dr. Wahidin Soedirohusodo 2. Wakil Ketua: R. M. Pandji Brotoadmodjo 3. Penulis I: Dwidjosewojo 4. Penulis II: Sosrosoegondo 5. Bendahara: Ario Notodirodjo Boedi Oetomo merupakan organisasi terbuka dan bersifat lintas daerah yang fokus pada bidang pendidikan dan kebudayaan sekaligus sebagai penanda awal gerakan Kebangkitan Nasional di awal abad XX. Gerakan ini menjadi dasar nasionalisme kebangsaan Indonesia yang berujung kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Kongres I Boedi Oetomo menghasilkan keputusan antara lain: 1. Tujuan perkumpulan ialah mengusahakan kemajuan yang selaras buat negeri dan bangsa, terutama dengan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan, perdagangan, teknik, industri dan kebudayaan. 2. Menetapkan ketua pengurus besar yang pertama yaitu R.T.A.Tirto Koesoemo (Bupati Karanganyar) dan wakilnya dr.Wahidin Soedirohoesodo. Juga telah pula dibentuk pengurus besar yang beranggotakan antara lain: i. R.T.A. Tirto Koesoemo (Bupati Karanganyar) ii. M.B. Dwidjosewojo (guru kweekschool Yogyakarta) yang kemudian menjadi salah seorang pendiri Asuransi "Boemipoetra" iii. R. Koewatin Sosrosoegondo (guru kweekschool Yogyakarta) iv. M. Tjipto Mangoenkoesoemo (dokter dari Demak) v. M.B. Wahidin Soedirohoesodo (dokter pensiunan, Yogyakarta) vi. R.M. Arjo Soerjodipoetro (Kepala Kejaksaan Bondowoso) vii. R.A. Danoekoesoemo (Bupati Magelang) viii. R.M. Pandji Gondoatmodjo (Paku Alam Yogyakarta) ix. R.M. Pandji Gondosoenarjo (Kejaksaan Surakarta). Menetapkan Yogyakarta sebagai Pusat Perkumpulan Boedi Oetomo. 
Nilai Sejarah : Bangunan ini menjadi tempat berlangsungnya Kongres Budi Oetomo yang merupakan organisasi yang menjadi tonggak pergerakan kebangkitan nasional, dan menjadi organisasi pelopor munculnya organisasi-organisasi kebangsaan pada masa pendudukan Belanda.
Nilai Ilmu Pengetahuan : Bangunan pendidikan yang bergaya arsitektur Kolonial. Bangunan ini juga dapat menjadi objek pembelajaran ilmu teknik sipil yang terkait dengan sistem struktur fondasi, dinding, dan atap bangunan pendidikan bergaya Kolonial.
Nilai Pendidikan : Keberadaan Sekolah Menengah Atas Negeri 11 Yogyakarta yang dahulunya sekolah keguruan telah berhasil meningkatkan pendidikan tingkat menengah atas khususnya para calon guru di kota Yogyakarta.
Nilai Budaya : Merupakan bukti nyata hasil karya manusia, menggambarkan nilai budaya yang tinggi terkait semangat kebangsaan, kreatif, kerja keras, kerja sama, terkait dengan bangunan pendidikan di Kota Jogja. Dapat menumbuhkan kesadaran akan kebangsaan Indonesia.
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Kraton Yogyakarta/Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta
Pengelolaan
Nama Pengelola : Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta
Persepsi Masyarakat : -
Catatan Khusus : Koordinat pada SK: (UTM) 49 M 430324; 9140263