Bangunan Kolonial 1800 M 1900 M (1894)
Nama Lainnya : Gedung Budi Utomo
SMA Negeri 11 Yogyakarta dikenal juga sebagai Gedung Budi Utomo. Bangunan ini dirancang sebagai kompleks pendidikan pada masa kolonial Belanda, yaitu sebagai Kweekschool voor Inlandsche Onderwijzen Djokjakarta (Sekolah Guru zaman Belanda). Bangunan sekolah ini dibangun pada tahun 1894 dan dibukan pada tanggal 7 April 1897. banguan sekolah ini juga dikenal sebagai Openbare Kweekschool serta disebut sebagai Sekolah Raja yang segala biayanya dari pemerintah Belanda. Pda bulan Oktober 1908, bangunan ini digunakan sebagai kongres Budi Utomo I. Pada tahun 1927 digunakan untuk sekolah guru (Holland Indische Kweekschool). Selanjutnya pada tahun 1965 dipakai sebagai Sekolah Pendidikan Guru (SPG) dan sampai sekarang digunakan untuk SMA Negeri 11 Yogyakarta.
Bagunan SMA Negeri 11 Yogyakarta memiliki gaya arsitektur Indis. Gaya ini memadukan antara unsur lokal dan unsur Eropa. Bentuk atap bangunan SMA Negeri 11 Yogyakarta berbentuk atap limasan yang merupakan ciri khas atap bangunan tradisional Jawa. Pada bagian depan bangunan terdapat teras yang diberi kanopi untuk melindungi dari hujan dan panas. Pada bagian bawah kanopi diberi hiasan lis kayu yang dibentuk sedemikian rupa sehingga menjadi hiasan yang indah. Bentuk bangunan cenderung sederhana. Bangunannya tinggi dan berdinding tebal. Unsur ini sangat lazim dijumpai di Eropa. Pintu dan jendela memiliki ukurang relatif besar. Pada bagian jendela menggunakan penutup berupa lis kayu yang disusun rapi.
Gedung SMA Negeri 11 Yogyakarta masih dalam kondisi yang baik. Fungsinya sebagai sekolah masih tetap dipertahankan dan tidak banyak mengubah bentuk bangunan. Sekolah ini berdekatan dengan SD Tumbuh yang juga merupakan bangunan warisan budaya di Yogyakarta.
Referensi :
Lokasi Bangunan | : |
Jl. A.M Sangaji No. 50
Kel. Cokrodiningratan
Kec. Jetis
Kab. Kota Yogyakarta
Prov. Daerah Istimewa Yogyakarta
Koordinat -7.777506316443441 ; 110.36783217675972 |
SK Menteri | : | Kep.Men P&K RI No. 132/M/1998 |
Koordinat Penemuan | : | ; |
Dimensi Benda | : |
Panjang Lebar Tinggi Tebal Diameter Berat |
Jenis Struktur | : | Kolonial |
Jenis Bangunan | : | Kolonial |
Fungsi Bangunan | : | Sekolah |
Komponen Pelengkap | : |
|
Deskripsi Jendela | : | Daun pintu dan jendela dilengkapi tebeng (ventilasi) pada bagian atasnya. Daun pintu dan jendela tersebut menggunakan model kupu tarung (Masing-masing pintu atau jendela memiliki dua pasang daun). Daun pintu/jendela yang membuka ke arah luar menggunakan krepyak kayu, sedangkan daun pintu/jendela yang membuka ke arah dalam menggunakan panil kayu dan panil kaca. |
Deskripsi Pintu | : | Daun pintu dan jendela dilengkapi tebeng (ventilasi) pada bagian atasnya. Daun pintu dan jendela tersebut menggunakan model kupu tarung (Masing-masing pintu atau jendela memiliki dua pasang daun). Daun pintu/jendela yang membuka ke arah luar menggunakan krepyak kayu, sedangkan daun pintu/jendela yang membuka ke arah dalam menggunakan panil kayu dan panil kaca. |
Deskripsi Atap | : | bangunan berupa atap dengan bentuk limasan dara gepak \berbahan penutup genteng tanah liat serta genteng beton atap pendapa: Atap terdiri atas dua bagian yaitu atap utama berbentuk limasan dara gepak dan atap tambahan berbentuk limas berpenutup genteng tanah liat. Atap utama didukung oleh konstruksi kuda-kuda kayu segitiga sama kaki dengan sambungan gapit baut dan didukung oleh kolom (tiang/saka) kayu utama berjumlah 14 buah. Sedangkan atap tambahan didukung oleh Kuda-kuda segitiga siku-siku dan kolom (tiang/saka) kayu pendukung berjumlah 18 buah. |
Deskripsi Ventilasi | : | Beberapa bagian dinding bagian atas dilengkapi dengan roster sebagai elemen ventilasi. |
Jenis Ragam Hias | : | ragam hias pada teras (terdapat srawing) sebagai sun shading |
Fungsi Situs | : | Sekolah |
Fungsi | : | Sekolah |
Peristiwa Sejarah | : | Gedung Budi Utomo dahulu merupakan bangunan yang didirikan Belanda sebagai Kweekschool voor Inlandsche Onderwijzen Djokjakarta (Sekolah Guru zaman Belanda). Bangunan didirikan tahun 1894 dan dibuka pada 7 April 1897. Bangunan tersebut juga dikenal sebagai Openbare Kweekschool atau disebut Sekolah Raja, yang mana segala biaya operasionalnya dari pemerintah kolonial Belanda. Pada tanggal 3 sampai dengan 5 Oktober 1908, bangunan ini digunakan sebagai tempat menyelenggarakan Kongres Budi Utomo pertama, tepatnya menempati ruang makan Kweekschool (sekarang merupakan bangunan pendapa atau aula SMA 11 Yogyakarta). Kongres tersebut membahas penyusunan AD dan ART organisasi Boedi Oetomo serta masalah kebudayaan dan pendidikan bagi kemajuan bumi putera. Kongres dihadiri sekitar 300 orang peserta dari berbagai kalangan yaitu kaum muda, bangsawan dan pejabat kolonial dengan mayoritas adalah dari kalangan priyayi.Kongres yang diawali dengan paparan Dokter Wahidin Sudirohusodo mengenai pentingnya pendidikan barat bagi kalangan priyayi mendapat dukungan mayoritas peserta kongres. Sementara Dokter Radjiman Wedyodiningrat condong memuja budaya Jawa ketimbang budaya pendidikan Barat. Kedua pendapat ini mendapat tentangan keras dan frontal dari Dokter Tjipto Mangunkusumo. Peserta kongres akhirnya terbagi menjadi dua kubu yang saling berseberangan. Kubu Tjipto Mangunkusumo dengan dukungan Sutomo, menyuarakan pentingnya pendidikan dari bawah. Sementara di sisi seberang, Wahidin Sudirohusodo dan Radjiman Wedyodiningrat teguh dengan pendidikan dari atas. Meskipun perdebatan sengit itu dimenangkan oleh kubu Wahidin Sudirohusodo karena mayoritas murid STOVIA dan peserta kongres tidak tertarik dengan pendidikan dari bawah.Pada tahun 1927 gedung ini digunakan untuk sekolah guru (Holland Inlandsche Kweekschool). Selama penjajahan Jepang difungsikan untuk SGL (Sekolah Guru Laki-laki). Pada masa Revolusi Kemerdekaan Republik Indonesia sekolah ini ditutup.Pada tahun 1950 gedung ini pernah dipakai untuk asrama tentara. Namun, hal itu tidak berlangsung lama karena dikembalikan lagi fungsinya untuk sekolah guru. Pada saat Mohammad Yamin menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Sekolah Guru Laki-laki (SGL) berganti nama menjadi Sekolah Guru A (SGA). Selanjutnya pada tahun 1965 gedung ini dipakai sebagai Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Yogyakarta.SPG Yogyakarta ditetapkan sebagai pusat latihan guru SD pada tahun 1970. Kemudian pada tahun 1971 dijadikan sebagai home base I di DIY. Pada tahun 1979 di kompleks sekolah didirikan Perpustakaan Perintis. Akhirnya, pada tahun 1989, pemerintah mengalihkan fungsi SPG menjadi SMA 11 Yogyakarta.Sekarang gedung ini digunakan untuk SMU 11 Yogyakarta. Bangunan ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya melalui Kep.Men P&K RI No. 132/M/1998. |
Nilai Sejarah | : | Bangunan yang didirikan oleh pemerintahan Kolonial Belanda pada tahun 1894 dan dibuka pada tanggal 7 April 1897 menjadi bukti sejarah yang penting bagi sejarah perjuangan bangsa yaitu sebagai tempat peristiwa Konggres Boedi Oetomo pada tanggal 3 sampai dengan 5 Oktober 1908. |
Nilai Ilmu Pengetahuan | : | Bangunan memiliki arti khusus ilmu pengetahuan yakni memiliki keunikan arsitektur yang berguna bagi obyek pembelajaran terutama ilmu arsitektur, sipil, dan sejarah terutama terkait dengan sejarah pendidikan. |
Nilai Pendidikan | : | Bagi Pendidikan, sudah jelas bahwa keberadaan Bangunan ini telah berhasil menjadi tempat untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat khususnya Yogyakarta. Keberadaan sekolah ini sebagai tempat pendidikan formal telah merubah sistem nilai dan budaya yang berkembang di masyarakat pada umumnya serta membawa dampak positif dalam mencerdaskan kehidupan bangsasehingga Yogyakarta dikenal sebagai kota pendidikan dan budaya. |
Nama Pemilik Terakhir | : | Pemda DIY |
Alamat Pemilik | : | Kraton Yogyakarta |
Riwayat Kepemilikan | : | Kraton Yogyakarta |
Nama Pengelola | : | SMA Negeri 11 Yogyakarta |
Alamat Pengelola | : | SMA Negeri 11 Yogyakarta |
Catatan Khusus | : | Ditetapkan dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 132/M/1998. |