Loading

Petilasan Gilanglipuro (Selo Gilang-Gilanglipuro)

Status : Situs Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Petilasan Gilanglipuro secara administratif terletak di Padukuhan Kauman, Kalurahan Gilangharjo, Kapanewon Pandak, Kabupaten Bantul. Petilasan Gilanglipuro merupakan lokasi tempat Danang Sutawijaya, yakni pendiri dinasti Mataram Islam, pernah bersemedi untuk memohon petunjuk dan keselamatan dari serangan Kerajaan Pajang. Semedi tersebut dilakukan di atas batu yang kemudian dikenal sebagai ‘watu gilang’.

Area Petilasan Gilanglipuro mencakup sebidang tanah yang dikelilingi oleh tembok berplester, bangunan tempat Watu Gilang, serta bangunan baru tempat peziarah beristirahat. Gapura pintu masuk petilasan berada di sisi timur. Gapura berukuran 252 cm x 235 cm, serta tingginya 300 cm. Gapura ditutup dengan pintu berdaun dua yang terbuat dari kayu. Pintu berukuran 183 cm x 100 cm, sedangkan daun pintu berukuran 183 cm x 50 cm dengan ketebalan 3 cm. Gapura ditutup dengan atap kampung.

Bangunan tempat Watu Gilang Petilasan Gilanglipuro Nomor Inventaris C.124  berada berdenah persegi empat dengan emper pada bagian depannya. Watu Gilang merupakan objek utama dalam Petilasan Gilanglipuro. Watu Gilang Petilasan Gilanglipuro terbuat dari batu andesit masif yang dipahat berbentuk persegi panjang dengan profil berbentuk takikan pada satu sisinya. Watu gilang ditempatkan di atas landasan yang terbuat dari plesteran semen berukuran 205 cm x 106 serta tingginya 44 cm. Landasan tersebut diberi selubung dari kain berwarna putih. Watu Gilang Petilasan Gilanglipuro juga diberi struktur penutup berupa kerodong kayu dan kelambu dari kain yang juga berwarna putih. Struktur kerodong tersebut berukuran 225 cm x 150 cm serta tingginya 163,5 cm. Tiang kerodong didirikan di atas umpak kecil berukuran 6,5 cm x 6 cm. Tiang kerodong kayu berukuran 6,5 cm x 3,5 cm.

Watu Gilang berada di dalam bilik bangunan berdenah persegi dengan emper pada bagian depannya. Bangunan menghadap arah timur. Bilik bangunan berukuran 4,5 m x 4,5 m dengan tinggi dinding 3,3 m; serta tinggi atapnya 3,91 m. Bilik memiliki kolom di keempat sisinya yang masing-masing berukuran 48 cm x 48 cm. Pada dinding timur bilik terdapat sebuah pintu yang terbuat dari kayu berdaun dua. Pintu berukuran 172 cm x 100 cm, sedangkan daun pintunya berukuran 171 cm x 50 cm, serta ketebalannya 2,5 cm.

Pada dinding utara dan selatan bilik masing-masing terdapat sebuah jendela dari kayu berdaun dua berukuran 104 cm x 81 cm, serta daun jendelanya berukuran 80 cm x 54 cm dengan ketebalan 2,5 cm. Ambang jendela berukuran 11 cm x 14 cm. Masing-masing jendela dilengkapi dengan kisi-kisi berukuran 3 cm x 3 cm sebanyak lima buah. Lantai bilik terbuat dari plesteran. Bilik tersebut telah ditinggikan 19 cm dari emper.

Emper berukuran 3,83 cm x 2 m. Ketinggian atap pada tritisan emper 2,24 m. Emper ditopang oleh dua buah pilar berukuran 42,5 cm x 42,5 cm. Pada sisi utara dan selatan emper terdapat dinding pembatas yang lebarnya 32 cm dengan ketinggian 65 cm. Lantai emper juga terbuat dari plesteran. Lantai emper ditinggikan 15 cm dari permukaan tanah.

Bangunan petilasan tempat Watu Gilang berada didirikan di atas sebidang tanah yang dikelilingi oleh tembok pada keempat sisinya. Tembok keliling petilasan pada sisi barat lebih tinggi dibandingkan tembok keliling pada sisi timur. Hal ini diperkirakan karena adanya peninggian tembok. Perubahan ini dapat diketahui pada tembok sisi utara petilasan yang menampakkan perbedaan tinggi tembok, yakni 2,2 m dengan tembok lama yang tingginya 1,6 m saja. Tembok tersebut tebalnya 33 cm.

Status : Situs Cagar Budaya
Periodesasi : Islam
Nama Lainnya : Belum Ada
Alamat :

SK Walikota/Bupati : SK BUP Bantul 547/2022


Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi
Tebal
Diameter
Berat
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Tokoh : Danang Sutawijaya / Panembahan Senopati
Peristiwa Sejarah : Petilasan Gilanglipuro merupakan lokasi tempat Watu Gilang Petilasan Gilanglipuro berada. Watu Gilang digunakan oleh Danang Sutawijaya untuk bersemedi ketika memohon perlindungan dari serangan Kerajaan Pajang. Watu Gilang tersebut berada di belik yang terdapat di hutan Wanalipura.  Disebutkan bahwa setelah Danang Sutawijaya berhasil menumpas pemberontakan Adipati Harya Penangsang, ia mengembara ke Hutan Wanalipura untuk bersemedi. Danang Sutawijaya menemukan sebuah belik/mata air dan batu ‘gilang’ yang digunakannya untuk bermunajat. Ketika sedang bersemedi, Danang Sutawijaya didatangi oleh Ki Juru Mertani dan Ki Ageng Pamanahan. Keduanya kemudian menyaksikan datangnya cahaya (wahyu) yang turun ke tubuh Danang Sutawijaya. Cahaya  tersebut bersabda kepada Danang Sutawijaya: “Kau kelak akan menjadi raja dan akan disegani seantero Jawa lalu disempurnakan oleh cucumu (Sultan Agung) yang menjadikan masa kejayaan Kerajaan Mataram. Kemudian akan banyak bencana, gempa bumi, gunung meletus, dan timbul tenggelamnya Mataram akan menjadi tanda-tanda dari akhir zaman.” Setelah menyampaikan sabda tersebut, Ki Juru Mertani memperingatkan bahwa Kerajaan Pajang akan menyerang Mataram dengan dipimpin oleh Pangeran Benowo. Oleh karena itu Danang Sutawijaya perlu bermunajat dan memohon petunjuk kepada Allah SWT. Pada akhirnya Kerajaan Pajang gagal menyerang Mataram karena Pangeran Benowo menjadi korban letusan Gunung Merapi pada tahun 1491. Setelah munajat tersebut, Danang Sutawijaya mengambil nama Panembahan Senopati yang bermakna Senopati/Panglima Perang sekaligus sebagai Panembahan yang artinya Ulama. Panembahan Senopati berniat untuk mendirikan istana di Hutan Wanalipura akan tetapi tidak jadi karena wilayah sebelah barat dan timur Wanalipura merupakan daerah perdikan Ki Ageng Mangir Wanabaya dan Ki Ageng Wanadara. Istana kemudian didirikan di Kotagede. Pada tahun 1568 di tempat Watu Gilang dan belik di mana Danang Sutawijaya/Panembahan Senopati pernah bersemedi didirikan bangunan petilasan. Pembangunan petilasan ini diprakarsai oleh Susuhunan Pakubuwono II. Kemudian pada tahun 1746 belik ditimbun tanah lalu di atas tanah tersebut didirikan bangunan petilasan yang baru.  Adapun watu gilang yang dipergunakan Danang Sutawijaya untuk bersemedi pernah tercatat dalam kegiatan Herinventarisasi di Kecamatan Srandakan dan Pandak Kabupaten Bantul D.I.Yogyakarta Tahun 1984. Watu Gilang memperoleh Nomor Inventaris C.124.
Konteks : Cikal bakal Mataram Islam
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Kesultanan Yogyakarta
Pengelolaan
Nama Pengelola : 3 juru kunci dari Kraton Yogyakarta salah satunya Pak Untoro (abdi dal
Alamat Pengelola : Kauman, RT 04, Pandak, Gilangharjo, Bantul
Nomer Kontak : 085228148744
Catatan Khusus :