Dimensi Benda | : |
Panjang Lebar Tinggi Tebal Diameter Berat |
Jenis Struktur | : | Tradisional |
Jenis Bangunan | : | Tradisional |
Fungsi Bangunan | : | Museum |
Komponen Pelengkap | : |
|
Deskripsi Fasad | : | Fasad bangunan ini menghadap ke arah utara. Fasad bangunan berupa gebyok berbahan kayu jati. Menurut warga sekitar, dinding samping awalnya berdinding beton namun diubah menjadi gebyok berbahan kayu senada dengan fasad. Kondisi masih bagus dan terawat. |
Deskripsi Konsol | : | Konsol bangunan sederhana berbahan kayu jati. Kondisi konsol masih bagus dan terawat |
Deskripsi Jendela | : | Jendela pada bangunan ini terbuat dari kayu dan berjenis kupu tarung. Jendela pada bangunan ini juga dilengkapi dengan krepyak. Kondisi jendela bagus dan terawat |
Deskripsi Pintu | : | Pintu pada bangunan ini terbuat dari kayu dan memiliki jenis kupu tarung. Bagian atas pintu terdapat hiasan berupa ukiran suluran. Kondisi pintu masih bagus dan terawat. |
Deskripsi Atap | : | Atap pada bangunan berbentuk limasan dengan genteng keripik. Kondisi bagian atap bagus dan terawat. |
Deskripsi Lantai | : | Lantai berupa tegel berwarna hitam keabu-abuan. Lantai ini masih asli sejak awal dibangun. Kondisi lantai bagus dan terawat. |
Deskripsi Kolom/Tiang | : | Kolom bangunan terbuat dari kayu yang menyambungkan antar gebyok. Kolom tersebut merupakan kolom baru yang dibangun semasa dengan gebyok samping. |
Deskripsi Ventilasi | : | Ventilasi ini berada di atas pintu berbahan kayu dan dimotif suluran tumbuhan. Kondisi ventilasi bagus dan terawat. |
Deskripsi Plafon | : | Plafon pada bangunan ini dibuat dengan bahan anyaman bambu yang juga digunakan di dalam bangunan. Kondisi plafon masih bagus walaupun warna plitur sudah pudar. |
Desain | : | Bangunan tradisional Jawa bertipe limasan. |
Interior | : | Di dalam bangunan, tersimpan beberapa benda yang dahulu digunakan oleh Letkol Soeharto dan pasukan Brigade X Divisi III, yakni meja, kursi, peralatan |
Fungsi Situs | : | Museum |
Fungsi | : | Museum |
Tokoh | : | Letkol Soeharto |
Peristiwa Sejarah | : | Pada 19 Desember 1948, Belanda menyerang Yogyakarta yang saat itu menjadi ibu kota Republik Indonesia. Saat itu, Belanda menyatakan tidak lagi terikat dengan Persetujuan Renville yang telah disepakati kedua belah pihak pada tanggal 17 Januari 1948. Dalam penyerangan yang dikenal sebagai Agresi Militer Belanda II atau Aksi Polisionil bersandi Operatie Kraai (Operasi Gagak), Belanda berhasil menguasai Yogyakarta dan menangkap pemimpin Republik Indonesia: Soekarno dan Mohammad Hatta. Meskipun para pemimpin republik ditangkap, pemerintahan Republik Indonesia masih berdaulat dengan membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia yang berkedudukan di Sumatera.Agresi Militer II membuat beberapa pasukan TNI yang ada di sekitar Yogyakarta melakukan taktik perang gerilya. Salah satu pasukan TNI tersebut adalah pasukan Brigade X Divisi III pimpinan Letkol Soeharto. Penguasaan Yogyakarta oleh Belanda memaksa pasukan Brigade X Divisi III mundur dari kota tersebut. Pasukan tersebut memilih sebuah desa di Kabupaten Bantul yang bernama Bibis sebagai tempat mengatur strategi perang gerilya.Desa Bibis dipilih menjadi markas karena lokasinya yang berbukit sehingga mudah untuk melakukan persembunyian. Pimpinan pasukan Brigade X Divisi III, Letkol Soeharto beserta stafnya tinggal di rumah kepala dukuh yang bernama Harjowiyadi. Rumah tersebut juga dijadikan sebagai markas. Di rumah tersebut Letkol Soeharto beserta pasukannya mengatur strategi perang gerilya melawan tentara Belanda.Selama lima bulan berada di Desa Bibis, pasukan Brigade X Divisi III mendapatkan bantuan dari masyarakat. Bantuan tersebut berupa bahan makanan dan tambahan pasukan dari masyarakat sekitar. Masyarakat Desa Bibis melakukan hal tersebut karena mengikuti anjuran Jenderal Soedirman agar masyarakat ikut membantu TNI. Dalam perjalanannya, Brigade X Divisi III merupakan salah satu pasukan yang ikut menyerang Kota Yogyakarta pada Serangan Umum 1 Maret 1949. |
Konteks | : | Monumen Bibis merupakan salah satu markas TNI selama perang gerilya yang terjadi setelah Agresi Militer Belanda II pada 19 Desember 1948. Monumen ini merupakan markas dari pasukan Brigade X Divisi III pimpinan Letkol Soeharto yang juga terlibat dalam Serangan Umum 1 Maret 1949. |
Nama Pemilik Terakhir | : | Dinas Sosial Bantul |
Alamat Pemilik | : | Komplek Perkantoran Pemkab, Area Sawah, Trirenggo, Kec. Bantul, Bantul |
Nama Pengelola | : | Dinas Sosial Bantul |
Alamat Pengelola | : | Komplek Perkantoran Pemkab, Area Sawah, Trirenggo, Kec. Bantul, Bantul |
Nomer Kontak | : | +622746469008 |
Persepsi Masyarakat | : | Masyarakat sekitar mengetahui bahwa monumen ini merupakan tinggalan bersejarah dan menjadi petilasan Soeharto. |
Catatan Khusus | : | Menurut keterangan warga yang juga anak dari pemilik bangunan sebelumnya, Monumen Bibis merupakan bangunan rumah tradisional jawa yang sudah berdiri sejak lama. Karena letaknya yang jauh dari kota Yogyakarta dan dirasa cukup aman untuk membangun strategi dalam upaya perebutan kemerdekaan kala itu, bangunan ini digunakan sebagai basis pejuang Indonesia yang dipimpin oleh Jendral Soeharto. Pemilik rumah akhirnya mewakafkan bangunannya untuk pemerintah demi keberhasilan perjuangan merebut kembali kemerdekaan Indonesia. Menurut warga yang dianggap sebagai Monumen Bibis tersebut yang sekarangberdinding gebyok. |