Bagian dari Penanda Eksistensi Kraton Yogyakarta
Rumah tinggal ini diperkirakan berdiri pada tanggal 30 Maret 1882 dan menjadi rumah kediaman Yoseph Henry Paul Sagers. Kemudian pada masa pendudukan Jepang tahun 1942-1945, bangunan tersebut digunakan oleh pihak tentara kekaisaran Jepang, diperkirakan sebagai kantor administrasi / markas komando. Fungsi bangunan berubah lagi setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya dan gedung ini digunakan sebagai asrama penampungan istri-istri orang Belanda sebelum dikembalikan ke negara asalnya. Kini bangunan tersebut tercatat dimiliki oleh R.Ay. Siti Noerkandar Mursamto, dan difungsikan sebagai kantor oleh Majalah Praba dan CV. Wahana Tunggal Proteksi Kebakaran.
Masih dapat dilihat bahwa bangunan ini memiliki corak khas arsitektur Indis yang merupakan perpaduan antara gaya Eropa dan tradisional Jawa. Pada akhir abad 19, pemerintah Kolonial Belanda mulai menerapkan gaya arsitektur Indis sebagai standar dalam pembangunan gedung-gedung baik milik pemerintah maupun swasta. Ciri arsitektur Indis ini dapat dilihat pada tapak bangunannya yang berhalaman cukup luas, ornamen hiasan dinding di hampir seluruh dinding luar, langit-langit yang tinggi, jendela-jendela dan pintu besar dengan ventilasi (bouvenlicht) lebar, bentukan arch pada fasad di depan pintu masuk, tembok tebal, lantai beton (concrete tiles) atau yang biasa dikenal dengan tegel (berasal dari nama perusahaan pembuat concrete tiles), dan bentukan gavel dari kayu pada muka bangunan.
Sebagai bangunan Cagar Budaya yang menunjukkan eksistensi kebudayaan indis Bintaran, rumah tinggal ini masih mempertahankan komponen asli bangunan dengan penambahan pintu dan atap. Kondisi rumah ini sebagian depan masih cukup terawat, namun di bagian “belakang†bangunan tampak sedikit terbengkalai karena jarang digunakan.
Pemilik/pengelola bangunan ini menerima penghargaan Pelestari Warisan Budaya / Cagar Budaya dari Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2005.
Dimensi Benda | : |
Panjang Lebar Tinggi Tebal Diameter Berat |
Jenis Struktur | : | Kolonial |
Jenis Bangunan | : | Kolonial |
Fungsi Bangunan | : | Rumah/Permukiman |
Komponen Pelengkap | : |
|
Deskripsi Fasad | : | Fasad bangunan telah mengalami perubahan. Hal ini ditunjukkan dengan pengalifungsian bangunan teras disisi barat dan timur. Awalnya bangunan teras terbuka kemudian ditambahkan jendela. |
Deskripsi Konsol | : | Konsol terbuat dari bahan kayu dan kondisinya mengalami keruakan berupa keropos. |
Deskripsi Jendela | : | Terdapat beberapa jenis jendela pada bangunan ini. Pertama jendela di bagian fasad depan, tepatnya di ruangan yang menjorok kea rah utara. Jendela pada bagian tersebut berbahan kaca dan lis kayu. Lis membagi kaca pada daun jendela menjadi tiga bagian, yakni bagian atas berbentik persegi panjang dan bagian bawah dibagi menjadi berbentuk persegi. Bagian atas jendela terdapat bouven dan atap kanopi. Pada bagian atap kanopi sudah mengalami kerusakan.Jendela tipe kedua adalah bagian tambahan yang digunakan untuk menutup teras depan. Jendela terbuat dari bahan dominan kaca dan gawangan dari kayu.Jendela tipe ketiga berada di sisi barat dan timur bangunan. Jendela ini berbentuk persegi panjang dengan bahan penyusun berupa kaca dan lis serta gawanga dari kayu. Lis jendela membagi kaca menjadi enam bagian dengan masing masing berjumlah tiga di atas dan bawah. Seperti jendela pertama, pada tipe ketiga ini memiliki bouven dan kanopi.Keempat adalah jendela di sisi selatan bangunan. Jenis keempat ini terdiri dari sepasang jendela. Tiap jendela terdiri dari dua buah daun yang dibatasi gawangan (frame). Bahan yang digunakan adalah kaca dan kayu. Pada daun jendela terdapat lis yang membuat kaca terbagi menjadi dua bagian. Sisi atas jendela terdapat bouven dari kaca yang bisa dibuka tutup.Kelima adalah jendela yang berada di bagian gandhok kiwo sisi belakang, tepatnya dibangunan yang sudah hancur. Tipe lima ini terdiri dari dua lapis daun jendela. Pada lapisan luar menggunakan krepyak, sedang sisi dalam berbahan kaca dan kayu.Keenam adalah jendela yang terdapat pada bagian dapur. Tipe keenam ini merupakan jendela dengan daun pintu tunggal dari kayu dan terdapat tralis. |
Deskripsi Pintu | : | Pintu pada eksisting bagunan ini dapat terbagi kedalam enam tipe seperti komponen jendela. Pertama adalah pintu utama di bagian depan, sisi utara bangunan. Tiper pertama ini merupakan pintu bertipe kupu tarurng dengan cat berwarna putih. Pada bagian atas pintu terdapat bouven berbahan kaca dan kayu serta terdapat kanopi dari seng.Kedua adalah pintu dibagian dalam yang menghubungkan ruang tamu dengan kamar. Pintu ini bertipe kupu tarung dengan dun pintu dua lapis. Pada lapis luar menggunakan krepyak dan bagian dalam menggunakan daun pintu berbahan kaca serta kayu. Bagian atas pintu terdapat bouven dengan bahan kaca warna kuning dan biru.Pintu ketiga merupakan tambahan yang menghubungkan ruang tamu dengan bekas teras. Bekas teras kini digunakan sebagai kantor jual beli alat pemadam kebakaran. Pintu ini bertipe kupu tarung dengan bahan kayu dan dicat warna putih. Bagian atas terdapat bouven yang berbentuk sama dengan yg terletak di atas pintu tipe dua.Keempat adalah pintu di sisi timur rumah, yang digunakan sebagai akses masuk dari sisi samping. Pintu ini bertipe kupu tarung. Bagian daun pintu terbuat dari kaca dan kayu. bagian gawangan (frame) terbuat dari kayu. bagian atas pintu terdapat kanopi yang sudah rusak.Kelima adalah pintu di sisi timur, tepat di selatan pintu ketiga. Pintu ini bertipe kupu tarung dengan daun pintu berlapis. Pada lapisan luar menggunakan krepyak. Bagian atas pintu terdapat kanopi yang sudah rusak.Keenam adalah pintu yang berada di dapur bagian belakang rumah. Pada pintu ini terdiri dari daun pintu tunggal dan atas pintu terdapat bouven dengan tralis kayu. pintu dicat dengan warna hijau tua. |
Deskripsi Atap | : | Kondisi eksistingg pada bangunan terdapat beberapa jenis atap. Pertama atap limasan pada bangunan utama dengan penutup sirap. Kedua atap joglo pada bangunan tambahan di sisi barat depan dengan penutup berupa sirap. Ketiga atap jenis kampung pada bagian gendhok kiwo dan bagian dapur. Atap jenis ketiga ini menggunakan penutup berupa genteng kerpik. |
Deskripsi Lantai | : | Pada bangunan ini bagian lantai mengguankan tegel motif dan tegel abu-abu. |
Deskripsi Kolom/Tiang | : | Kolom pada bagngunan ini menggunakan beton. |
Deskripsi Ventilasi | : | Ventilasi pada bangunan dapat dilihat dari penggunaan tebengan/bouven pada bagian atas pintu amupun jendela. Biasanya pada bagian tersebut mengguankan bahan kayu dan kaca warna, |
Deskripsi Plafon | : | Pada bagian langit-langit menggunakan plafond hias. Kondisi plafond sudah banyak mengalami kerusakan. |
Jenis Ragam Hias | : | Ragam hias dapat dilihat pada bagian plafond dan tegel. Selain itu pada dinding siis luar diberi hiasan geomtris dari bahan semen. |
Desain | : | Tata ruang rumah menyerupai konsep ndalem pada bangunan tradisional Jawa. Terdapat bangunan utama dan tambahan di sisi samping maupun belakang. Pembed |
Interior | : | Pada bagian interior terdapat penambahan tegel motif, plafond hias, dan kaca warna untuk bouven menambah unsur artistic pada bangunan. |
Fungsi Situs | : | Rumah/Permukiman |
Fungsi | : | Rumah/Permukiman |
Tokoh | : | Yoseph Henry Paul SagersGPH. Boeminoto |
Peristiwa Sejarah | : | Perpindahan pemukiman Belanda dari Benteng Vredeburg.Alih fungsi aset Pemerintah Kolonial Belanda kepada Kraton Yogyakarta. |
Konteks | : | Berdasarkan informasi dari warga sekitar diketahui bahwa bangunan Arama Kalimantan Barat didirikan sebagai rumah tinggal aparatur pabrik gula. |
Nama Pemilik Terakhir | : | Sultan Ground |
Nama Pengelola | : | Keluarga R.Ay. Siti Noerkadar Mursamto MHK |
Alamat Pengelola | : | Jl. Bintaran Tengah (Kapten Laut Samadikun) No.04 |
Nomer Kontak | : | 0898-3490-031 |
Catatan Khusus | : | Pada bagian dinding menggunakan bata. Bagian struktur atap dominan menggunakan kayu. Penutup atap menggunakan genteng dan sirap. Campuran semen-pasir-gamping sebagai campuran pelapis dinding dan perekat. Cat sebagai pemberi warna. |