Loading

Gedung SMP Negeri 8 Yogyakarta

Status : Bangunan Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Gedung SMP Negeri 8 Yoyakarta terletak di Jl. Prof. Dr. Kahar Muzakir No. 2 Yogyakarta. Bangunan ini didirikan pada masa pemerintahan Belanda sebagai bangunan Neutral Mulo School. Gedung ini pernah digunakan oleh Jend. Soedirman untuk pertemuan pada saat perang mempertahankan kemerdekaan. Di ruang aula pernah digunakan sebagai tempat pelantikan Jend. Soedirman. Gedung ini juga pernah difunsikan untuk Sekolah Guru Putra serta asramanya. Kemudian gedung ini difungsikan menjadi SMP Negeri 7 Yogyakarta dan sekarang digunakan SMP Negeri 8 Yogyakarta.

Bangunan Gedung SMP Negeri 8 Yogyakarta memiliki arsitektur Kolonial. Pada bagian depan bangunan terdapat jendela dengan ukuran besar khas kolonial. Di salah satu bangunan ruang kelas terdapat menara untuk sirkulasi udara. Ciri menara ini hampir ada di semua bangunan kolonial. Tiang-tiang kayu yang menyangga serambi ruang kelas berbentuk sangat sederhana dan dicat abu-abu. Bentuk atapnya limasan memanjang menggunakan genteng berbahan pasir. Di halaman sekolah dilapisi dengan batako untuk kegiatan upacara dan olahraga. pada tahun 1994 ruang tata usaha yang semulanya dua ruang dijebol diding pembatasnya dan diajadikan satu ruangan. Dinding pada aula dan ruang pertemuan ditambahkan dengan laipsan kayu.

Secara keseluruhan bangunan SMP Negeri 8 Yogyakarta masih dalam keadan yang baik. Hanya ada beberapa penambahan komponen bangunan untuk keperluan pendidikan dan lainnya.

Referensi: Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta. 2014. Lensa Budaya 2: Menguak Fakta Mengenali Keberlanjutan. Yogyakarta: Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta.

Status : Bangunan Cagar Budaya
Periodesasi : Kolonial (Belanda/Cina)
Nama Lainnya : MULO
Alamat : Jl. Prof Dr. Kahar Muzakir No.2 Terban, Terban, Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
7.78183° S, 110.37311° E

SK Menteri : Per. Menbudpar. No. PM25/PW.00


Lokasi Gedung SMP Negeri 8 Yogyakarta di Peta

Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi
Tebal
Diameter
Berat
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Fungsi Bangunan : Sekolah
Komponen Pelengkap :
  1. Pintu,Asli
  2. Ventilasi,Asli
  3. Jendela,Asli
  4. Kolom/Tiang,Asli
  5. Lantai,Asli
  6. Plafon,Asli
  7. Atap,Diganti
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Tata Letak Dalam Ruang Kawasan : Berbentuk simetris dengan memanjang arah timur-barat
Deskripsi Fasad : Kompleks bangunan SMP N 8 Yogyakarta merupakan bangunan bergaya arsitektur Indis. Bangunan menghadap kearah utara. Bangunan depan yang membujur arah barat – timur sepanjang 123,30 meter.
Deskripsi Konsol : Bagian atas pintu dan jendela terdapat topi atau konsul berupa struktur cor beton setebal 12 cm. Konsul di atas pintu selebar 190 cm, dan di atas jendela 90 cm. Diatas konsul tersebut terdapat bouven dari kaca patri warna-warni. Pada kanan kiri bouven tersebut terdapat roster berbentuk jajaran genjang. Di atas konsul terdapat dua buah tiang bendera yang terpasang menggunakan klem besi menempel pada dinding antara roster dan bouven sedangkan bagian atas di klem pada lisplank.
Deskripsi Jendela : Di kanan kiri pintu utama ini terdapat jendela tiga lubang berupa jendela panil kaca dengan pengaman teralis besi. Sistem bukaan jendela tersebut terbagi dua, yaitu atas dan bawah. Bagian bawah membuka ke samping sedangkan bagian atas berfungsi sebagai bouven.
Deskripsi Pintu : Bangian tengah atau pintu utama berupa pintu geser terbuat dari besi berukuran 2,5 x 3 meter yang di depannya terdapat trap atau undak sebanyak tiga trap yang menjorok ke depan 40 cm.
Deskripsi Atap : Bangunan memiliki atap berbentuk limasan dengan fasad depan simetris.  Pada bagian atap. yaitu pada setiap ujung kerpus terdapat  nok acroterie (hiasan kemuncak) berbentuk seperti pion dari bahan plat (seng). Sebagai penutup atap menggunakan bahan genteng beton. Bagian tepi atau tritisan atap menjorok selebar 70 cm. Pada bagian atap bangunan diatas ruang kelas no. 4 atau sayap timur terdapat hiasan atap berupa menara semu berbentuk segi empat dengan atap bentuk tajug.
Deskripsi Lantai : Bagian lantai dari ruangan ini berupa lantai ubin atau tegel berukuran 20 x 20 cm warna abu-abu dan variasi pola geometris dengan warna merah dan hitam. Lantai teras ini berupa ubin atau tegel abu-abu berukuran 20 x 20 cm. Bagian dalam ruang kelas juga menggunakan lantai ubin abu-abu 20 x 20 cm dengan paduan warna merah membentuk garis geometris selebar satu deret tegel.  
Deskripsi Ventilasi : Pada kanan kiri pintu utama terdapat ventilasi memanjang atas –bawah berukuran 40 cm x 178 cm dan berteralis besi.
Fungsi Situs : Sekolah
Fungsi : Sekolah
Peristiwa Sejarah : Bangunan SMP N 8 Yogyakarta berada di Jl. Kahar Muzakir, keberadaannya tidak lepas dari latar belakang sejarah segitiga kawasan hunian yang didirikan oleh pemerintah Kolonial Belanda. Segitiga kawasan tersebut adalah Kotabaru, Sagan, dan Terban Kawasan Kotabaru adalah sebuah kawasan hunian yang didesain dengan konsep garden city yang dilengkapi dengan sarana pendukung yang lengkap, mulai dari drainage, taman, sarana olah raga, sarana pendidikan, peribadatan (gereja), dan rumah sakit. Kawasan Kotabaru merupakan ikon kawasan hunian pada masa Kolonial Belanda. Namun dengan berkembangnya usaha perkebunan, pemerintah Kolonial Belanda memerlukan perluasan kawasan hunian menuju ke utara yaitu Terban dan Sagan.Kawasan Terban dan Sagan, sebagai kawasan pengembangan Kotabaru, memiliki beberapa sarana pendukung kehidupan sosial penghuninya, antara lain: sekolah. Pendirian sekolah di kawasan ini tidak hanya oleh pemerintah Kolonial, tetapi juga oleh pihak swasta. Salah satu sekolah yang didirikan oleh pihak swasta adalah Neutral MULO (sekolah setingkat SMP milik yayasan Neutral). Dalam perjalanan kehidupannya sekolah ini tentu saja telah mengalami berbagai pengembangan dan perubahan fungsi. Perubahan-perubahan yang terjadi antara lain perubahan nama hingga sekarang disebut sebagai SMP N 8 Yogyakarta.Sejarah perkembangan pendidikan modern di Indonesia tidak terlepas dari Politik Etis Kolonial Belanda, dengan Trilogi Van Deventer yaitu Pendidikan (edukasi), perpindahan penduduk (Transmigrasi), dan pengairan (Irigasi). Dengan Trilogi Van Deventer inilah pemerintah Kolonial Belanda dituntut memajukan kesejahteraan rakyat Indonesia yang telah memberikan kekayaan kepada negeri Belanda. Dalam bidang pendidikan, pemerintah Belanda menjalankan “Politik Pemisahan” (Segregation), yaitu politik deskriminasi ras menjadi tiga golongan yaitu Belanda, Timur Asing (Cina), dan Pribumi.Pada akhir abad 19 terdapat dua macam sekolah yaitu sekolah kelas satu yang memberi pendidikan selama lima tahun dan sekolah kelas dua yang hanya sekedar memberi pelajaran menulis, membaca, dan berhitung. Sekolah kelas satu diperuntukkan bagi anak-anak pegawai negeri dan orang-orang kaya, sedangkan di sekolah kelas dua diperuntukkan bagi anak-anak pribumi pada umumnya.Untuk keperluan anak-anak dari kelas atas didirikan HIS (Hollandsch Inlandsche School) sebagai perubahan dari sekolah kelas satu yang terjadi pada tahun 1914 dan merupakan bagian dari sekolah Barat, ELS (European Lagere School) yang merupakan sekolah dasar khusus untuk anak-anak Belanda atau anak-anak orang Indonesia yang berpangkat tinggi, dan MULO (Meer Uitgebreid Leger Onderwijs) yang merupakan sekolah lanjutan pertama. Lulusan MULO dapat melanjutkan sekolah ke AMS (Algeemene Middelbare School). Pendirian sekolah-sekolah ini selain dilakukan oleh pemerintah juga dilakukan swasta, salah satunya adalah Neutrale Onderwijs Stichting.SEJARAH SMP N 8 YOGYAKARTAPada awal berdirinya SMP N 8 Yogyakarta adalah milik yayasan Neutrale Onderwijs Stichting (Yayasan Neutral). Pada awal abad 20 panitia Neutrale Onderwijs Stichting berusaha untuk mendirikan sekolah guna mencukupi kebutuhan anak-anak yang tidak mendapat tempat di HIS atau anak-anak dari sekolah kelas dua yang ingin meneruskan belajar bahasa Belanda. Pendirian sekolah yang dilakukan Neutrale Onderwijs Stichting dilakukan secara berangsur-angsur sejak tahun 1914. Pada awal pengajaran “Neutrale Onderwijs Stichting”, KGPAA Paku Alam VII menjadi ketua perkumpulan ini sampai beliau wafat.Bangunan sekolah yang didirikan oleh Neutrale Onderwijs Stichting adalah:tiga buah sekolah HIS (Hollandsch Inlandsche School) yang merupakan perubahan dari sekolah kelas satu dan merupakan bagian dari sekolah barat;sebuah sekolah ELS (European Lagere School) yang merupakan sekolah dasar khusus anak-anak Belanda dan hanya anak-anak Indonesia yang berpangkat tinggi saja yang diterima disekolah ini;sebuah sekolah Schakel yang dapat menampung murid-murid tamatan Vervolk School; dansebuah sekolah MULO.Pada awal berdirinya bangunan ini digunakan sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan, yaitu sebagai gedung Neutraale MULO (sekolah setingkat SMP dengan pengantar bahasa Belanda), yang terletak di jalan Jati No. 2 Yogyakarta (sekarang jalan Prof Dr. Kahar Muzakir). Pada masa pendudukan Jepang, tepatnya 1 April 1943, gedung ini digunakan sebagai tempat pendidikan SGP (Sekolah Guru Putri) atau SGB II dibawah pimpinan Sri Umiyati, adik Dr. Sutomo (Pendiri Budi Utomo).SGB II didirikan pada tanggal 7 Nopember 1942. Sekolah Guru Putri ini pada awalnya didirikan di Jetis dengan nama Sekolah Guru Perempuan. Jumlah murid di SGB II mulai tahun 1942-1948 kira-kira berjumlah 300 orang, mereka berasal dari Normaalschool, HIK van Deventerschool dan Inhcemsche. Pelajaran SGB II putri dicapai dalam waktu 4 tahun. Pada waktu itu sekolah mulai dengan 10 kelas, yaitu:Kelas 1 terdiri dari 3 bagianKelas II terdiri dari 2 bagianKelas III terdiri dari 2 bagianKelas IV terdiri dari 3 bagianSaat terjadinya Clash II dan kota Yogyakarta diduduki Belanda, maka SGP mulai 18 Desember 1948 sampai dengan 29 Juni 1949 ditutup dan dibuka kembali 8 Agustus 1949. Pada tahun 1954 bangunan ini digunakan sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan SGB (sekolah Guru B), dan pada tahun 1956 menjadi SGB II (SGB I di Kweekschool/ sekarang SMA N. 11). Dalam perkembangan selanjutnya bangunan ini juga digunakan untuk belajar mengajar SMP N. 7 Yogyakarta sampai tahun 1970-an dan kemudian SMP N. 7 menempati gedung baru di Tegalrejo. Sejak saat itu gedung ini secara penuh digunakan untuk beajar mengajar SMP N. 8 Yogyakarta sampai sekarang.
Nilai Sejarah : Arti khusus Sejarah, bangunan Gedung SMP N. 8 Yogyakarta merupakan bukti peristiwa sejarah pendidikan di Kota Yogyakarta khususnya sebagai sekolah setingkat menengah pertama (SMP) di Yogyakarta (dahulu sebagai  Neutralle MULO)
Nilai Ilmu Pengetahuan : Memiliki arti khusus ilmu pengetahuan yang berguna bagi obyek pembelajaran ilmu arsitektur utamanya adalah bangunan pendidikan bergaya arsitektur Indish. Bangunan ini juga dapat menjadi obyek pembelajaran ilmu teknik Sipil yang terkait dengan sistem struktur pondasi, dinding dan atap yang bergaya Indish,
Nilai Pendidikan : Dalam bidang pendidikan, sebagai bukti perkembangan penting dalam sejarah terutama sejarah pendidikan di Kota Yogyakarta.
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Dinas Pendidikan Pemerintah Kota Yogyakarta
Pengelolaan
Nama Pengelola : SMP Negeri 8 Yogyakarta
Catatan Khusus : Pada tahun 1994 ruang tata usaha yang semulanya dua ruang dijebol dinding pembatasnya dan dijadikan satu ruangan. Dinding pada aula dan ruang pertemuan ditambahkan.