Loading

Pendopo Agung Tamansiswa

Status : Bangunan Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Bangunan Pendopo Agung Tamansiswa merupakan bangunan utama yang berada di kompleks bangunan pendidikan (sekolah) Tamansiswa. Bangunan ini terletak di halaman depan kompleks yang dikenal sebagai "Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa". 

Bangunan pendopo merupakan bangunan terbuka (tanpa batas atau sekat). Pendopo ini berdenah persegi panjang menghadap barat ke Jalan Taman Siswa. Bentuk arsitektur pendopo berupa Joglo Lawakan Lambang Téplok. Struktur atap terdiri dari atap brunjung dan atap penanggap, sedangkan antara brunjung dan penanggap renggang (tidak menyambung). Penutup atap menggunakan genting tanah liat tipe kodok.  

Bangunan pendopo ini memiliki kekhasan struktur atap Joglo Lambang Téplok. Namun tidak seperti bentuk Joglo Lambang Téplok pada lazimnya, karena lebar sunduk pamanjang dan sunduk panyelak di bawah pamidhangan berukuran sama dengan ukuran saka guru. Pada bagian struktur atap, jarak antara pamidhangan atas dan pamidhangan bawah cukup tinggi sehingga pendopo ini seolah memiliki pamidhangan ganda, yaitu pamidhangan atas dilengkapi dengan dhadha paesi dan tumpangsari, sedang pamidhangan bawah hanya dilengkapi dengan balok panitih njawi.  

Pada bagian struktur atap, jarak antara pamidhangan atas dan pamidhangan bawah cukup tinggi sehingga dilengkapi dengan panel krepyak berbahan kayu. Pada arah memanjang (sisi barat dan timur) dipasang 6 panel, sedang pada arah lebar (sisi utara dan selatan/panyêlak) terdapat 5 panel. Antar panel krepyak tersebut diberi batang kayu vertikal berornamen sebagai penguat sekaligus pengaku. Batang vertikal pada arah memanjang (sisi barat dan timur) berjumlah 5 batang, sedang pada arah melebar (sisi utara dan selatan) berjumlah 4 batang. pada langit-langit pendopo bagian tengah (uleng) terdapat tumpangsari 5 (lima) susun.  

Untuk mencegah defleksi balok pamidhangan atas dan pamidhangan bawah serta untuk memperkukuh kedudukan panel krepyak, pada sisi luar panel (eksterior) ditambah dengan batang diagonal yang hanya dapat  terlihat dari sisi luar (eksterior) pendopo. Brunjung pendopo dilengkapi dengan dhadha paesi berukir diberi warna merah dan prada, serta singup bersusun empat dan bidang pyan (plafon brunjung) berupa eternit

Langit-langit terbuat dari eternit dengan ukuran 1 m x1 m, warna putih. Pada bagian langit-langit ini terdapat 4 (empat) buah tempat lampu, masing-masing sebuah pada tiap sisi. Ukuran tempat lampu 2 m x 3 m di  sisi utara dan selatan serta  2 m  x 4 m di sisi barat dan timur.

Bangunan Pendopo memiliki 16 (enam belas) tiang penyangga yang terdiri atas 4 (empat) saka guru (tiang utama) dan 12 (dua belas) saka penanggap (tiang pendukung). Ukuran saka guru adalah 22 cm x 22 cm, tinggi 6,25 m yang berdiri di atas umpak berukuran 70 cm x 70 cm x 80 cm. Ukuran saka penanggap 15 cm x 15 cm, tinggi 3.75 m, yang berdiri di atas umpak berukuran 32 cm x 32 cm x 30 cm. Semua umpak diberi hiasan mirong dengan warna cat yang sama untuk semua umpak di bangunan ini. 

Jarak saka guru yang satu dengan lainnya pada arah utara-selatan adalah 6 m, sedangkan saka guru arah barat-timur 5 m. Jarak dari saka guru dengan saka penanggap adalah 5 m. Saka guru dilengkapi dengan ornamen wajikan dicat prada, sedang saka penanggap polos tanpa ornamen. 

Ukuran denah lantai 16,55 m x 15,55 m dengan penutup lantai berupa tegel warna abu-abu berukuran 20 cm x 20 cm. Permukaan lantai pendopo lebih tinggi 40 cm dari permukaan lantai emper dan lebih tinggi 60 cm dengan permukaan halaman.  Pada tepi jerambah pendopo di sisi depan terdapat prasasti peringatan peletakan batu pertama sebagai penanda pendirian bangunan pendopo yang dimulai pada 10 Juli 1938. Posisi keletakannya ini membuat prasasti dapat dibaca oleh setiap orang yang memasuki pendopo dari kuncungan pendopo

Bangunan Pendopo Agung Tamansiswa terdapat bagian kuncungan dan emperan:

a. Kuncungan 

Kuncungan merupakan bagian depan pendopo yang berfungsi sebagai akses masuk utama sekaligus tempat pemberhentian kendaraan. Pada bangunan Pendopo Agung Tamansiswa terdapat di sisi depan (barat) dan belakang (timur). Kuncungan depan memiliki atap berbentuk kampung dara gepak dengan penutup atap genting tanah liat tipe kodok, berdenah persegi panjang berukuran 6,25 m x 8,25 m. Bagian depan kuncungan disangga oleh 6 tiang (masing-masing 3 tiang di sisi utara dan selatan). Tiang berukuran 15 em x 15 em, tinggi 3,25 m. Masing-masing tiang disangga umpak yang berukuran lebar atas 14 em, lebar bawah 29 em, dan tinggi 33 m. Pada bagian bawah umpak terdapat landasan (batur) tinggi 70 m dengan permukaan berupa pasangan batu (rubble wal). Keberadaan batur menyebabkan dasar umpak kuncungan berada lebih tinggi dibanding dengan lantai pendopo.

Bangunan kuncungan belakang Pendopo Agung Tamansiswa ini disebut dengan istilah gombak. Bangunan gombak ini disangga oleh 2 tiang penyangga berukuran 15 cm x 15 cm, tinggi 3,25 m. Masing-masing tiang disangga umpak yang berukuran lebar atas 14 cm, lebar bawah 29 cm, serta tinggi 33 cm. Permukaan lantai menjadi satu level dengan lantai pendopo, penutup lantai sama berupa tegel warna abu-abu ukuran 20 cm x 20 cm. 

Antara pendopo dengan gombak dibatasi dengan dinding kayu (singgetan). Dinding kayu ini tersebut disusun dengan sistem knockdown (tidak permanen). Gombak difungsikan untuk menyimpan perangkat gamelan.

b. Emper

Bangunan emper berada di sisi utara dan selatan pendopo. Atap emper berbentuk Panggang Pe. Langit-langit berupa eternit berukuran 1 m x 1 m. Pada bagian depan dan belakang lisplang masing-masing emper terdapat srawing berbahan kayu berupa papan kayu yang disusun vertikal.  Denah emperan sisi utara dan selatan berukuran 6,30 m x 15,55 m. Masing-masing emperan memiliki saka sebanyak 7 tiang berukuran 10 cm x 10 cm, tinggi 2,65 m. Tiap tiang berdiri di atas umpak berbentuk empat bersegi yang berukuran 28 cm x 28 cm x 16 cm. Penutup lantai berupa tegel warna abu-abu kekuningan berukuran 20 cm x 20 cm.

Dibangun oleh Genvangenis Laan, bangunan ini kemudian ditempati oleh Masj Ajeng Ramsinah sebelum dibeli oleh Taman Siswa pada 14 Agustus 1934. Setelah 4 tahun ditempati oleh Ki Hajar Dewantara, kemudian beliau membangun pendopo di sebelah selatan bangunan pada 11 Juli 1938. Setelah itu, bangunan ini terus dikelola oleh Taman Siswa hingga pada 2 Mei 1970 diresmikan penggunaannya sebagai museum. Berada di atas lahan seluas 2.720 meter persegi, bangunan bergaya tradisional ini masih menggunakan komponen bangunan asli kecuali atap yang telah diganti.

Status : Bangunan Cagar Budaya
Periodesasi : Tradisional Jawa
Tahun : 1755
Bagian dari : Kraton Yogyakarta
Kawasan : Kawasan Cagar Budaya Kraton
Alamat : Jalan Taman Siswa Nomor 25 , Wirogunan, Mergangsan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
7.805452° S, 110.378317° E

No. Registrasi Nasional RNCB.20100108.04.000172
SK Gubernur : Keputusan Gubernur no 64/KEP/2023


Lokasi Pendopo Agung Tamansiswa di Peta

Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi
Tebal
Diameter
Berat
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Jenis Struktur : Tradisional
Dimensi Struktur
Jenis Bangunan : Tradisional
Fungsi Bangunan : Sekolah
Komponen Pelengkap :
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Deskripsi Fasad :
Deskripsi Konsol :
Deskripsi Pintu :
Deskripsi Atap :
Deskripsi Lantai :
Deskripsi Kolom/Tiang :
Deskripsi Plafon :
Jenis Ragam Hias :
Fungsi Situs : Sekolah
Fungsi : Sekolah
Tokoh :
Peristiwa Sejarah : Bangunan Pendopo Agung Tamansiswa merupakan simbol utama dari keberadaan Perguruan Tamansiswa sebagai lembaga pendidikan modern versi  pribumi pada periode awal abad ke-20. Bangunan pendopo ini didirikan setelah pemindahan Perguruan Tamansiswa dari lempuyangan (station weg/saat ini Jalan Gadjah Mada) ke bangunan tempat tinggal di daerah Wirogunan (gevangenis  laan/saat ini Jalan Taman Siswa). Ki Hadjar Dewantara berkehendak pindah ke bangunan ini jika pendopo telah didirikan. Setelah pendiriannya bangunan pendopo ini kemudian menjadi pusat kegiatan pendidikan Perguruan Tamansiswa yang merupakan cikal bakal sistem pendidikan nasional yang berakar dari nilai-nilai luhur budaya bangsa. Kronologi perkembangan Pendopo Agung Tamansiswa antara lain: a). 14 Agustus 1935 Perguruan Tinggi  Tamansiswa Yogyakarta membeli pekarangan dan rumah beserta isinya yang terletak di daerah Wirogunan. Proses pembelian lahan di sekitarnya juga berlanjut guna memenuhi kebutuhan ruang dan lahan yang cukup luas. Pada saat itu Ki Hajar Dewantara belum pindah. Beliau berencana pindah ketika fasilitas pendidikan di lokasi tersebut telah terpenuhi semua, termasuk pembangunan pendopo. b). 10 Juli 1938 peletakan batu pertama pembangunan pendopo di lokasi Wirogunan. Peletakan batu pertama dilakukan oleh Nyi Hadjar Dewantara adalah atas permintaan Ki Hadjar Dewantara dan disaksikan oleh umum. Dana pembangunan pendopo mencapai f 4.000,00 (empat ribu gulden) dengan partisipasi pengumpulan dana dari beberapa pihak, antara lain:   1) Komisi pendirian: B.P.H.Surjodiningrat; Insinyur Suratin Sosrosugondo, G.P.H. Tedjokusumo, Ki Penewu Katri Kartisuseno, R. Sindutomo sebagai pelaksana dan R. Rudjit.   2) Ni Kumo Ratih Wonoboyo sebagai Ketua organisasi Wismarini.   3) Majelis Ibu Pawiyatan Tamansiswa.   4) Majelis Luhur Tamansiswa.   5) Sumbangan dari para siswa Tamansiswa seluruh Indonesia sebesar  satu benggol (saat itu bernilai 2,5 sen =1/40 gulden) untuk setiap bualannya. Penggalangan dana dari para siswa per bulan ini kemudian dikenal dengan gerakan “sebenggolan”.   6) PSSI (Persatuan Sepakraga Seluruh Indonesia) dengan menyumbangkan seluruh penghasilan dari penyelenggaraan pertandingan sepakbola di berbagai tempat  untuk Tamansiswa.   7) Sumbangan dari para alumni Tamansiswa, yang saat itu bernama PBMTS (Persatuan Bekas Murid Taman Siswa).c). 27 September 1938 dilakukan upacara pemasangan “molo”, yaitu balok kayu yang terpasang pada bagian paling atas pada atap bangunan. Molo juga berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan kasau di bagian tertinggi bangunan. Salah satu prosesi dalam pemasangan molo adalah menancapkan paku emas yang dilakukan oleh  B.P.H.Surjodiningrat. d). 16 November 1938 Pendopo Agung Tamansiswa diresmikan yang dirangkai dengan penyelenggaraan Kongres Tamansiswa. Di saat yang sama  Ki Hadjar Dewantara beserta keluarga resmi menempati bangunan rumah yang bersebelahan dengan Pendopo. Bangunan rumah tersebut saat ini menjadi Museum Dewantara Kirti Griya.e). 16–22 November 1938 diselenggarakan Rapat Besar Umum (Kongres) Tamansiswa ke III bertempat di pendopo. Sejak saat itu kongres Tamansiswa selalu dilakukan di Pendopo Agung Tamansiswa.f). 1952, Majelis Luhur Tamansiswa melakukan perluasan pendopo dengan menambah tratag berbentuk atap Panggang Pe di sisi kanan dan kiri Pendopo serta penambahan ruang di belakang pendopo untuk menyimpan gamelan. g). 2007, Kompleks Pendopo Agung Tamansiswa ditetapkan sebagai Cagar Budaya melalui  Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. h). 2015, Kompleks Pendopo Agung Tamansiswa ditetapkan sebagai Situs Cagar Budaya bersama Bangunan Cagar Budaya Museum Dewantara Kirti Griya melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 
Konteks :
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Yayasan Persatuan Perguruan Tamansiswa
Pengelolaan
Nama Pengelola : Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta
Catatan Khusus : Dulu pemilik pertama Genvangenis Laan, ditempati Masj Ajeng Ramsinah sebelum dibeli Taman Siswa 14 Agustus 1934, setelah 4th ditempati Ki Hajar Dewantara dibangun pendopo sebelah selatan bangunan 11 Juli 1938