Loading

Masuk Jogjacagar


Deskripsi Singkat

Bangunan Islam 1 M 1500 M

Bangsal Srimanganti terletak di Kompleks Sri Manganti yang terletak di sebelah selatan kompleks Kemandungan dan dihubungkan oleh Regol Srimanganti. Bangsal Srimanganti berfungsi sebagai persinggahan sultan pada saat akan kembali ke Kedhaton. Di sini sultan akan dihaturkan minuman dan dijemput oleh permaisuri dan putra-putra sultan. Menurut K.P.H. Brongtodiningrat (1978: 22), bahwa Bangsal Srimanganti ini menggambarkan saat manusia akan menginjak alam barzah. Singgah di Bangsal Srimanganti untuk minum dan istirahat mengingatkan manusia bahwa hidup di dunia ibarat mampir ngombe (mampir minum). Sekarang di lokasi ini ditempatkan beberapa pusaka keraton yang berupa alat musik gamelan. Selain itu juga difungsikan untuk penyelenggaraan even pariwisata keraton.

Bangsal srimanganti memiliki gaya arsitektur jawa yaitu joglo. Pada bagian atap berbentuk jogjo yang bertumpuk tiga, atap yang paling atas dengan atap kedua dibatasi oleh struktur lambang gantung, sedangkan atap kedua dan atap paling bawah tidak dibatasi dengan lambang gantung. Susunan joglo seperti ini dalam arsitektur jawa sering disebut dengan Joglo Mangkurat. Pada bagian langit-langit terdapat susunan tumpang sari di atas saka guru. Usuknya berbentuk paniyung, yaitu usuknya mengerucut ke satu titik di puncak atap. Susunan lantainya terbagi menjadi dua, yaitu lantai dasar dengan dikelilingi tiang-tiang penyangga dan lantai yang ditinggikan dengan empat saka guru yang mengelilinginya. Susunan lantai menggunakan tegel kunci bermotif flora.

Di sekitar bangsal srimanganti terdapat bangunan lainnya seperti bangsal pacaosan dan bangsal bupati nayaka. Di sisi barat terdapat bangunan baru yang berfungsi sebagai kantor keamanan kraton. Kondisi bangsal srimanganti sekarang ini masih dalam keadaan baik dan masih difungsikan sebagai tempat pagelaran tari.

Sumber: Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kota Yogyakarta. 2007. Toponim Kota Yogyakarta. Yogyakarta: Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kota Yogyakarta.

Sumber : 

Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kota Yogyakarta. 2007. Toponim Kota Yogyakarta. Yogyakarta: Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kota Yogyakarta.
Nandar, Ismi R. 1982. Arsitektur Tradisional Daerah Jawa Tengah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Jawa Tengah.

Informasi Cagar Budaya

Dari WBCB : Kraton Yogyakarta
Dari Kawasan : Kawasan Cagar Budaya Kraton
Lokasi Bangunan : Kompleks Kraton Yogyakarta Kel. Panembahan Kec. Kraton Kab. Kota Yogyakarta Prov. Daerah Istimewa Yogyakarta
Koordinat -7.806670036707055 ; 110.36332612998969
SK Gubernur : Keputusan Gubernur DIY Nomor 1 2020-06-16

Lokasi Kraton: Bangsal Srimanganti


Koordinat Penemuan : ;
Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi
Tebal
Diameter
Berat
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Fungsi Bangunan : Rumah/Permukiman
Komponen Pelengkap :
  1. Ventilasi,Asli
  2. Kolom/Tiang,Asli
  3. Lantai,Asli
  4. Plafon,Asli
  5. Atap,Diganti
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Deskripsi Atap : Konstruksi atap disangga oleh 4 saka guru tinggi 6,28 m, penampang 30 cm x 30 cm, dan 12 saka penanggap berukuran tinggi 2,72 m, penampang 22 cm x 22 cm, serta 20 saka penitih berukuran tinggi 1,70 m, penampang 18 cm x 18cm. Terdapat 8 buah saka santen berukuran tinggi 2,70 m dan penampang bulat berdiameter 17 cm. Masing-masing saka santen ini terdapat dua buah di sisi utara dan sisi selatan pada blandar penanggap pamanjang dan blandar emper pamanjang. Semua tiang di cat hitam dan memiliki omamen Wajikan dicat perada di setiap sisinya, serta memiliki umpak batu beromamen padma (kecuali saka santen yang tidak memiliki omamen Wajikan dan umpak).
Deskripsi Lantai : Lantai Bangsal Sri Manganti berupa tegel wama bermotif berukuran 20 cm x 20 cm. Permukaan lantai di bawah atap brunjung dan penanggap rata dalam satu bidang (jerambah)dan lebih tinggi 35 cm dari lantai di bawah atap emper ( jogan). Namun permukaan lantai di bawah atap empdr pada bagian selatan tepat di tengah sepanjang   7,27   m ditinggikan   menyamai   permukaan jerambah. Tepat di sisi utara peninggian lantai jogan ini, yaitu di tengah permukaan lantai di bawah atap penanggap bagian selatan terdapat gilang palenggahan Dalem yang merupakan landasan tempat duduk sultan. Tepat di sisi utara bagian timur laut dan di sisi selatan bagian tenggara bangsal terdapat tambahan atap emper berupa tratag berbahan seng gelombang tebal disangga 3 tiang besi berdiameter 9 cm. Masing-masing tratag ini berukuran panjang 8,5 m dan lebar 3 m. Permukaan lantai tratag ditutup conblok berada 45 cm di bawah permukaan lantai emper.
Desain : Joglo Mangkurat
Fungsi Situs : Rumah/Permukiman
Fungsi : Rumah/Permukiman
Peristiwa Sejarah : Bangsal Sri Manganti merupakan salah satu komponen kelengkapan dari Kraton Yogyakarta yang dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwana I. Bangsal Sri Manganti semula berfungsi sebagai bangsal umum, sampai dengan masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono V bangsal ini berfungsi sebagai tempat menerima tamu yang sekaligus sebagai tempat pertunjukan tari-tarian.Kemudian sesudah masa tersebut tempat menerima tamu berpindah ke Bangsal Kencana (untuk tamu agung). Pada saat keraton mempunyai hajat besar, bangsal ini digunakan untuk tempat bagi para bangsawan dan kerabat kerajaan. Bangunan selasar beratap di sisi timur Bangsal Sri Manganti pada awalnya berupa tratag beratap anyaman bambu, pada bentuk ini disebut Pantiwarsa. Bangunan ini dipugar oleh Sultan Hamengku Buwana VIII dengan mengganti atap anyaman bambu menjadi seng gelombang dan lantai tegel bermotif kemudian berganti nama menjadi Pantiwarda. Fungsi bangunan ini sebagai pelindung aksesibilitas antara Regol Sri Manganti dengan Kori/ Regol Danapratapa. Perbaikan-perbaikan ringan merupakan kegiatan pemeliharaan rutin yang dilakukan oleh Kraton Yogyakarta. Perbaikan dalam skala besar atau total dalam bentuk kegiatan rehabilitasi, baru dilaksanakan pada tahun 2018 oleh Dinas Kebudayaan DIY.
Nama Pemilik Terakhir : Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Riwayat Pengelolaan
Nama Pengelola : Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Catatan Khusus : Tempat sultan menyambut tamu-tamu penting.Beberapa perubahan fungsi Bangsal Sri Manganti di antaranya:(a) sebagai tempat lenggah siniwaka atau lenggah pahargyan tingalan Dalem tahunan;(b) tempat menunggu pisowanan Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Anom pada saat Pasowanan Garebeg dan tempat menunggu para Pangeran Sentana Dalem, Bupati Nayaka golongan lebet (dalam) beserta stafnya pada saat pahargyan ketika Kangjeng Prameswari ambabar (melahirkan);(c) tempat menabuh Gamelan Sekaten Kangjeng Kyai Nagawilaga pada tanggal 6 Mulud setiap tahun sebagai tanda permintaan pamit serta permohonan restu sultan sebelum dibawa ke Masjid Gedhe Kraton Yogyakarta;(d) tempat pasaosan/ pacaosan (piket) abdi Dalem Bupati Nayaka di emper Bangsal Sri Manganti sisi utara dan tempat pasaosan/ pacaosan (piket) abdi Dalem Mantrijero di emper Bangsal Sri Manganti sisi barat;(e) bangsal Sri Manganti saat ini menjadi tempat pentas seni pertunjukan bagi pengunjung wisatawan berupa karawitan, seni tari, wayang kulit, wayang golek, dan macapatan (pembacaan tembang puisi Jawa);