Bangsal Sri Manganti merupakan bangunan utama dikompleks Sri Manganti Kraton Yogyakarta. Selain bangsal ini terdapat beberapa bangunan lain yang berada dalam halaman berbentuk persegi panjang berorientasi timur-barat dengan ukuran 43 m x 106 m yang dikelilingi pagar tembok yang merupakan bagian dari Cepuri Kraton Yogyakarta. Pada halaman Sri Manganti ini terdapat bangunan utama lain selain Bangsal Sri Manganti, yaitu Bangsal Trajumas dan Tepas Dwarapura yang berada di sisi timur Bangsal Pecaosan di sisi utara dan selatan, Tepas Security Kraton di sisi barat.
Bangunan Sri Manganti terbuat dari konstruksi bahan kayu jati dengan bentuk arsitektur Joglo Mangkurat, yaitu bangunan yang memiliki kombinasi konstruksi lambang gantung yang terletak pada sambungan brunjung dengan atap penanggap, dan konstruksi lambangsari yang terletak pada sambungan antara atap penanggap dengan èmpèr. Bangunan ini memiliki denah berbentuk nyaris bujur sangkar berukuran 24,25 m x 21,43 m. Bahan penutup atap berupa sirap metal warna hitam. Di bagian brunjung sisi dalam terdapat pamidhangan yang disangga empat saka guru. Di tengah-tengah kedua balok pamidhangan pamanjang terdapat balok penghubung berukir berwarna merah dan perada (prada) yang disebut dhadha paèsi (dikenal pula dengan nama dhadha peksi). Dhadha paèsi Bangsal Sri Manganti ini merupakan satu-satunya balok yang diukir pada bangunan tersebut. Di atas pamidhangan dan dhadha paèsi dilengkapi dengan susunan balok tumpangsari.
Konstruksi atap disangga oleh 4 saka guru tinggi 6,28 m, penampang 30 cm x 30 cm, dan 12 saka penanggap berukuran tinggi 2,72 m, penampang 22 cm x 22 cm, serta 20 saka penitih berukuran tinggi 1,70 m, penampang 18 cm x 18cm. Terdapat 8 buah saka santen berukuran tinggi 2,70 m dan penampang bulat berdiameter 17 cm. Masing-masing saka santen ini terdapat dua buah di sisi utara dan sisi selatan pada blandar penanggap pamanjang dan blandar èmpèr pamanjang. Semua tiang di cat hitam dan memiliki ornamen Wajikan dicat perada di setiap sisinya, serta memiliki umpak batu berornamen padma (kecuali saka santen yang tidak memiliki ornamen Wajikan dan umpak).
Lantai Bangsal Sri Manganti berupa tegel warna bermotif berukuran 20 cm x 20 cm. Permukaan lantai di bawah atap brunjung dan penanggap rata dalam satu bidang (jerambah)dan lebih tinggi 35 cm dari lantai di bawah atap èmpèr (jogan). Namun permukaan lantai di bawah atap èmpèr pada bagian selatan tepat di tengah sepanjang 7,27 m ditinggikan menyamai permukaan jerambah. Tepat di sisi utara peninggian lantai jogan ini, yaitu di tengah permukaan lantai di bawah atap penanggap bagian selatan terdapat gilang palenggahan Dalem yang merupakan landasan tempat duduk sultan.
Tepat di sisi utara bagian timur laut dan di sisi selatan bagian tenggara bangsal terdapat tambahan atap emper berupa tratag berbahan seng gelombang tebal disangga 3 tiang besi berdiameter 9 cm. Masing-masing tratag ini berukuran panjang 8,5 m dan lebar 3 m. Permukaan lantai tratag ditutup conblok berada 45 cm di bawah permukaan lantai èmpèr.
Di sisi timur Bangsal Sri Manganti terdapat bangunan selasar beratap yang menghubungkan Régol Sri Manganti dengan Régol Danapratapa. Bangunan selasar yang dinamai Bangsal Pantiwarda ini membentang utara-selatan sepanjang 40,5 m, lebar 3 m dengan tinggi 4,5 m. Bagian ujung utara dan selatan selasar berbelok ke timur sepanjang 6,46 m menuju masing-masing sisi barat regol. Bangunan selasar beratap ini berbentuk Limasan Jebengan (Apitan) Klabang Nyander. Bahan penutup atap berupa seng gelombang disertai plafon eternit dengan tepi atap dilengkapi lisplang (rété-rété)bermotif banyu tumètès. Konstruksi atap disangga oleh 22 tiang dengan material/bahan besi cor setinggi 3,49 m.
| Dimensi Benda | : |
Panjang Lebar Tinggi Tebal Diameter Berat |
| Komponen Pelengkap | : |
|
| Deskripsi Atap | : | |
| Deskripsi Lantai | : |
| Peristiwa Sejarah | : | Bangsal Sri Manganti merupakan salah satu komponen kelengkapan dari Kraton Yogyakarta yang dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwana I. Bangsal Sri Manganti semula berfungsi sebagai bangsal umum, sampai dengan masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono V bangsal ini berfungsi sebagai tempat menerima tamu yang sekaligus sebagai tempat pertunjukan tari-tarian. Kemudian sesudah masa tersebut tempat menerima tamu berpindah ke Bangsal Kencana (untuk tamu agung). Pada saat keraton mempunyai hajat besar, bangsal ini digunakan untuk tempat bagi para bangsawan dan kerabat kerajaan. Bangunan selasar beratap di sisi timur Bangsal Sri Manganti pada awalnya berupa tratag beratap anyaman bambu, pada bentuk ini disebut Pantiwarsa. Bangunan ini dipugar oleh Sultan Hamengku Buwana VIII dengan mengganti atap anyaman bambu menjadi seng gelombang dan lantai tegel bermotif kemudian berganti nama menjadi Pantiwarda. Fungsi bangunan ini sebagai pelindung aksesibilitas antara Régol Sri Manganti dengan Kori/Régol Danapratapa. |
| Riwayat Rehabilitasi | : | Tahun 2018 oleh Dinas Kebudayaan DIY |
| Nilai Budaya | : | Bangsal Sri Manganti merupakan atribut kelengkapan Kraton dengan arsitektur dan konstruksi khas. |
| Nama Pemilik Terakhir | : | Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat |
| Nama Pengelola | : | Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat |
| Catatan Khusus | : |