Loading

Masuk Jogjacagar

Arca Wisnu Triwikrama (Nomor Inventaris BG 780)

No. Reg. 3404092004.1.2021.495 Status Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Benda Klasik 4 M 5 M

Dalam agama Hindu dikenal adanya dewa-dewa yang diwujudkan dalam bentuk arca. Agama Hindu mengenal Trimurti sebagai satu kesatuan tiga dewa tertinggi di atas dewa-dewa lainnya. Dewa Trimurti terdiri atas Dewa Brahma sebagai pencipta, Dewa Wisnu sebagai pemelihara, dan Dewa Siwa sebagai pembinasa atau perusak. Dari ketiga dewa itu Wisnu dan Siwa yang sering dipuja, mengingat dewa pencipta dengan sendirinya terdesak oleh kepentingan manusia yang lebih memperhatikan berlangsungnya apa yang sudah tercipta. Segala sesuatu yang akan binasa karena waktu, lebih mendapat perhatian. Di antara pemeluk agama Hindu ada yang memuja Wisnu (golongan Waisnawa) dan Siwa (golongan Saiwa). Siwa dipandang sebagai dewa tertinggi yang disebut Mahadewa atau Mahe?wara.
Wisnu sebagai dewa pemelihara digambarkan sesuai kebutuhan, sehingga dikenal ada penjelmaan atau awatara, yaitu:
1. Matsya-awatara, sebagai matsya (ikan) Wisnu menolong Manu, yaitu manusia pertama untuk menghindarkan diri dari air bah yang menelan bumi.
2. Kurma-awatara, sebagai kurma (kura-kura) Wisnu berdiri di atas dasar laut menjadi alas bagi gunung Mandara yang dipakai oleh para dewa untuk mengaduk laut dalam usaha mendapatkan Amerta (air penghidupan).
3. Waraha-awatara, ketika dunia ditelan laut dan ditarik ke dalam kegelapan patala (dunia bawah), Wisnu menjadi Waraha (babi-hutan) dan mengangkat dunia kembali ke tempatnya.
4. Narasimha-awatara, Wisnu menjelma sebagai singa-manusia. Diceritakan Hiranyakasipu seorang raksasa mengusasi dunia. Kesaktian Hiranyakasipu tidak dapat dibunuh oleh dewa, manusia maupun binatang, tidak dapat dibunuh waktu siang atau malam. Maka untuk membunuhnya, Wisnu menjelma menjadi Narasimha (singa-manusia), dibunuhnya Hiranyakasipu pada waktu senja.
5. Wamana-awatara, Wisnu menjelma sebagai Wamana (orang kerdil), dan minta kepada Daitya Bali yang dengan sangat zalim memerintah dunia supaya kepadanya diberi tanah seluas tiga langkah. Setelah diizinkan, maka dengan Triwikrama (Wamana-awatara) (tiga langkah) ini ia menguasi dunia, angkasa dan surga. Disini Wisnu sebagai Dewa Matahari menguasai dunia dengan tiga langkahnya, yaitu waktu terbit, tengah hari, dan waktu terbenam.
6. Parasurama-awatara, Wisnu menjelma menjadi Rama bersenjata parasu (kapak) dan menggempur golongan kastria sebagai balas dendam terhadap penghinaan yang dialami ayahnya seorang brahmana, dari seorang raja (kasta ksatria).
7. Rama-awatara, Wisnu menjelma menjadi Rama terkenal dalam cerita Ramayana. Rama menyelamatkan dunia dari ancaman Rahwana atau Dasamukha.
8. Krisna-awatara, Wisnu menjelma menjadi Krsna terkenal dalam cerita Mahabharata. Krsna membantu Pandhawa menuntut keadilan dari para Kurawa.
9. Budha-awatara, Wisnu menjelma menjadi Buddha untuk menyiarkan agama palsu guna menyelamatkan dan melemahkan mereka yang memusuhi para dewa. Dalam agama Buda, dewa bukanlah yang tertinggi dan hanyalah suatu bentuk penjelmaan saja.
10. Kalki-awatara, Wisnu menjelma sebagai Kalki, dengan menunggang kuda putih dan membawa pedang terhunus menegakkan kembali keadilan dan kesejahteraan di dunia. Hal ini terjadi ketika kejahatan memuncak, sehingga dunia terancam kemusnahan.

Arca Wisnu dari Groyokan, Sambirejo, Prambanan, Sleman digambarkan dengan sikap duduk bersila, atau vajrasana di atas padmasana. Arca Wisnu dari Groyokan ini, memakai Karanda-mukuta. Di belakang kepala terdapat praba/sirascakra atau lingkaran cahaya yang menunjukkan kedewaannya.
Arca Wisnu mempunai 4 (empat) tangan, tangan kanan atas memegang chakra atau roda cakra, tangan kanan bawah memegang gada, tangan kiri atas memegang sankha atau kulit kerang, dan tangan kanan bawah memegang bilvafala atau buah apel.
Arca digambarkan dengan pakaian yang mewah, antara lain berupa hana atau kalung, kelat bahu, kangkana atau gelang, dan udarabandha atau ikat pinggang,
Dalam Rapporten van de Commissie in Nederlandsch-Indie voor Oudheikundig Onderzoek op Java en Madura (ROC) 1909, disebutkan Siwa-plateau atau Daratan tinggi Siwa dengan menyebutkan Pegunungan Gupala, dijelaskan adanya beberapa situs purbakala, seperti Dukuh Gupala (dengan temuan berupa Batara Guru, arca dewa dan dan beberapa arca dewi), Candi Tinjon, dan Candi Ijo, dalam catatan itu belum disebutkan Sumur Bandung. Tentang Siwa-plateau sudah disebutkan sejak tahun 1887 oleh Dr. I. Groneman, dalam Tijdsch, T. L. Vk. XXXII (TLV), dengan demikian perbukitan di sekitar Candi Ijo sudah lama diketahui sebagai kawasan yang mengandung cagar budaya. Temuan-temuan Arca Nandiswara, Arca Triwikrama, Arca Wisnu dan lainnya, menjadi bukti perkembangan Kebudayaan Hindu di kawasan yang disebut Dataran tinggi Siwa, namun justru ditemukan arca-arca Dewa Wisnu yang merupakan masterpiece atau karya agung kebudayaan Hindu di Indonesia.

Kondisi Saat Ini : Baik dan terawat. 

Informasi Cagar Budaya

Dari WBCB : Situs Kompleks Candi Ijo
Lokasi Penyimpanan Benda : Groyokan Kel. Sambirejo Kec. Prambanan Kab. Sleman Prov. Daerah Istimewa Yogyakarta
Koordinat -7.756166939728002, ; 110.48207737670361

Lokasi Arca Wisnu Triwikrama (Nomor Inventaris BG 780)


Koordinat Penemuan : -; -
Keterawatan : /
Dimensi Benda : Panjang -
Lebar -
Tinggi -
Tebal -
Diameter -
Berat -
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Tokoh : Wamana Triwikrama merupakan awatara dewa Wisnu sebagai orang kerdil (wamana). Ia turun ke dunia untuk menyelamatkan umat manusia dari kekejaman raja Daitya Bali. Dengan 3 langkah (Triwikrama) Dewa Wisnu menguasi dunia, angkasa dan surga untuk membinasakan Daitya Bali. Pemujaan terhadap WamanaTriwikrama muncul pada masa periode klasik Jawa Tengah abad VIII – IX M, untuk menyelamatkan dunia karena kekacauan sudah mencapai puncaknya.
Peristiwa Sejarah : Arca Triwikrama (Wamana-awatara) ditemukan 24 September 1989 di Bukit Ijo (sekitar Candi Ijo), yaitu di Dusun Groyokan. Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Bukit Ijo terkenal dengan Candi Ijo dan Sumur Bandung (yang ada di sebelah barat laut Candi Ijo). Arca Triwikrama (Wamana-awatara) ditemukan di antara dua candi tersebut, dan pada tahun 1976 di sekitar tempat itu juga ditemukan Arca Narasimha-awatara, yaitu perwujudan lain dari Dewa Wisnu. Dengan ditemukannya Arca Narasimha dan Arca Triwikrama (Wamana-awatara), dimungkinkan adanya pemujaan terhadap Wisnu atau aliran Waisnawa di sekitar Candi Ijo, walaupun candinya sendiri memuja Dewa Siwa dalam wujud Lingga dan Yoni. Candi Ijo dan Sumur Bandung dibangun sekitar abad IX – X, sehingga dimunginkan Arca Triwikrama (Wamana-awatara) berasal dari periode tersebut.
Konteks : Arca Wisnu ditemukan 4 Februari 1985 di Bukit Ijo (sekitar Candi Ijo), yaitu di Dusun Groyokan. Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Bukit Ijo terkenal dengan Candi Ijo dan Sumur Bandung (yang ada di sebelah barat laut Candi Ijo). Arca Wisnu ditemukan di dekat Candi Ijo, dan pada tahun 1976 di sekitar tempat itu juga ditemukan Arca Narasimha-awatara, yaitu perwujudan lain dari Dewa Wisnu, serta Arca Triwikrama (Wamana-awatara) pada tanggal 24 September 1989. Dengan ditemukannya Arca Narasimha, Arca Triwikrama dan Arca Wisnu, dimungkinkan adanya pemujaan terhadap Wisnu atau aliran Waisnawa di sekitar Candi Ijo, walaupun candinya sendiri memuja Dewa Siwa dalam wujud Lingga dan Yoni. Candi Ijo dan Sumur Bandung dibangun sekitar abad IX – X, sehingga dimunginkan Arca Wisnu berasal dari periode tersebut.
Riwayat Penemuan : Arca Wisnu ditemukan 4 Februari 1985 di Bukit Ijo (sekitar Candi Ijo), yaitu di Dusun Groyokan. Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Bukit Ijo terkenal dengan Candi Ijo dan Sumur Bandung (yang ada di sebelah barat laut Candi Ijo). Arca Wisnu ditemukan di dekat Candi Ijo, dan pada tahun 1976 di sekitar tempat itu juga ditemukan Arca Narasimha-awatara, yaitu perwujudan lain dari Dewa Wisnu, serta Arca Triwikrama (Wamana-awatara) pada tanggal 24 September 1989. Dengan ditemukannya Arca Narasimha, Arca Triwikrama dan Arca Wisnu, dimungkinkan adanya pemujaan terhadap Wisnu atau aliran Waisnawa di sekitar Candi Ijo, walaupun candinya sendiri memuja Dewa Siwa dalam wujud Lingga dan Yoni. Candi Ijo dan Sumur Bandung dibangun sekitar abad IX – X, sehingga dimunginkan Arca Wisnu berasal dari periode tersebut.
Nama Pemilik Terakhir : Balai Pelestarian Cagar Budaya D.I. Yogyakarta
Alamat Pemilik : Jl. Raya Solo - Yogyakarta No.15, Bogem, Kalasan, Sleman, DIY.
Nomer Kontak : (0274) 496019, 49641
Riwayat Pengelolaan
Nama Pengelola : Balai Pelestarian Cagar Budaya D.I. Yogyakarta
Alamat Pengelola : Jl. Raya Solo - Yogyakarta No.15, Bogem, Kalasan, Sleman, DIY.
Nomer Kontak : (0274) 496019, 49641
Catatan Khusus : Kondisi arca telah pecah pada bagian muka dan gada, kerusakan ini sudah terjadi sejak ditemukan. Untuk gada sudah dilakukan penyambungan. Secara keseluruhan arca dalam kondisi baik dan terawat dan disimpan di BPCB DIY.