Loading

Bangunan Utama Hotel Toegoe

Status : Bangunan Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Hotel Toegoe terdiri dari 1 (satu) Bangunan Induk yang diapit oleh bangunan yang lebih kecil di kanan kirinya. Ketiga bangunan yang berdenah persegi panjang menghadap ke barat. Bangunan ini bergaya kolonial.  

1. Fasade ketiga bangunan ini sangat menonjol dan tinggi hingga menutupi atap pelana. Di bagian atas fasade me in miliki ornamen tiang-tiang pendek berjenjang yang tersusun simetris memuncak di bagian tengahnya. Fasade bangunan induk diapit oleh dua menara di sisi kanan dan kiri.  
2. Bangunan ini mempunyai pintu dan jendela yang berukuran besar dengan plafon yang tinggi sehingga pencahayaan dan sirkulasi udara baik. Jendela atas (bouvenlicht) berbentuk lengkung dengan hiasan kaca patri warna-warni. 
3. Bangunan beratap pelana dengan kemiringan tajam. Pada bangunan induk terdapat empat tiang. Dinding bagian dalam hall dihiasi panil-panil relief dengan motif bunga.  

Status : Bangunan Cagar Budaya
Periodesasi : Kolonial (Belanda/Cina)
Alamat : Jalan Pangeran Mangkubumi Nomor 2 , Gowongan, Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
7.786799° S, 110.365199° E

SK Menteri : SK Mendikbud 013/M/2014


Lokasi Bangunan Utama Hotel Toegoe di Peta

Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi
Tebal
Diameter
Berat
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Jenis Struktur : Kolonial
Dimensi Struktur
Jenis Bangunan : Kolonial
Fungsi Bangunan : Penginapan
Komponen Pelengkap :
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Tata Letak Dalam Ruang Kawasan : Hotel Toegoe terdiri dari 1 (satu) Bangunan Induk yang diapit oleh bangunan yang lebih kecil di kanan kirinya. Ketiga bangunan yang berdenah persegi panjang menghadap ke barat.
Deskripsi Fasad : Fasade ketiga bangunan ini sangat menonjol dan tinggi hingga menutupi atap pelana. Di bagian atas fasade me in miliki ornamen tiang-tiang pendek berjenjang yang tersusun simetris memuncak di bagian tengahnya. Fasade bangunan induk diapit oleh dua menara di sisi kanan dan kiri.
Deskripsi Jendela : Jendela berukuran besar dengan plafon yang tinggi sehingga pencahayaan dan sirkulasi udara baik. Jendela atas (bouvenlicht) berbentuk lengkung dengan hiasan kaca patri warna-warni.
Deskripsi Pintu : Bangunan ini mempunyai pintu yang berukuran besar.
Deskripsi Atap : Bangunan beratap pelana dengan kemiringan tajam.
Deskripsi Kolom/Tiang : Pada bangunan induk terdapat empat tiang.
Fungsi Situs : Penginapan
Fungsi : Penginapan
Peristiwa Sejarah : Hotel Toegoe dibangun pada awal abad XX, yaitu pada saat Yogyakarta dipimpin oleh Sultan Hamengku Buwono VII (1877-1921). Pada awalnya, Hotel Toegoe bernama NV Grand Hotel de Djogdja, kemudian berubah menjadi NV Narba. Pendirian dan perubahan nama ini tidak diketahui secara pasti, namun sejak semula pendirian bangunan ini berfungsi untuk hotel. Dalam surat kabar Mooi Jogjakarta, Hotel Toegoe diiklankan sebagai hotel terbaik untuk tempat istirahat. Pada tahun 1949, Hotel Toegoe dipakai untuk rapat antara Indonesia dengan Committee of Good Offices for Indonesia (Komisi Tiga Negara beranggotakan Australia, Belgia dan Amerika Serikat) untuk melakukan persiapan Konferensi Meja Bundar yang dilaksanakan tahun 1949 di Den Haag, Belanda. Pada masa perjuangan kemerdekaan, Hotel Toegoe menjadi salah satu sasaran dalam peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949, karena dipakai sebagai markas tentara Belanda. Pada tahun 2004, pada bagian belakang bangunan induk dan bangunan di sisi selatan dibongkar untuk bangunan baru, sehingga luasnya tinggal 1.527,63 m2. Berdasarkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia Nomor PM.25/PW.007/MKP/2007 tentang Penetapan Situs dan Bangunan Tinggalan Sejarah dan Purbakala yang Berlokasi di Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai Benda Cagar Budaya, Situs, atau Kawasan Cagar Budaya yang dilindungi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya, Hotel Toegoe ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya seluas 2395 m2. Akan tetapi luas bangunan 2395 m2 yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata tersebut tidak tepat, karena telah dilakukan penyusutan luas bangunan pada tahun 2004 menjadi 1527, 63 m2, seperti yang tercantum dalam surat Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman kepada Kepala Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan nomor 712/srt/Dir.PCBM/Bud/IV/2013 tgl 1 April 2013 perihal ralat Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.25/PW.007/MKP/2007. 
Nilai Sejarah : Sebagai tempat perundingan Komisi Tiga Negara untuk mempersiapkan Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda tahun 1949 yang menghasilkan pengakuan internasional terhadap kedaulatan Republik Indonesia.
Nilai Ilmu Pengetahuan : Sebagai salah satu contoh perkembangan langgam arsitektur kolonial di Indonesia abad XIX.
Nilai Pendidikan : Sebagai media pendidikan untuk memahami perkembangan sejarah budaya dan perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia di Yogyakarta.
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : H. Probosutedjo
Pengelolaan
Nama Pengelola : H. Probosutedjo
Catatan Khusus : Koordinat pada SK: 7o 47’ 12,48” LS dan 110o 21’ 54,72” BTDetil ukuran:Bangunan utama (luas 642,68 m2)  Lantai 1: Panjang 31,8 m Lebar 17,50 m Lantai 2: Panjang 11,46 m Lebar 7,52 m Tinggi 14,40 m Bangunan sayap utara (luas 553,65 m2)  Panjang 63,42 m Lebar 8,73 m Tinggi bangunan depan 8,00 m Tinggi bangunan belakang 6,00 m Bangunan sayap selatan (luas 331,30 m2) Panjang 41,31 m Lebar 8,02 m Tinggi bangunan depan 8,20 m Tinggi bangunan belakang 6,90 m