Loading

Deskripsi Singkat

Museum Pusat TNI AD Dharma Wiratama terdiri dari Bangunan ruang 1-10, Bangunan ruang 11-19, dan Bangunan Bunker.

Museum Pusat TNI AD Dharma Wiratama (bangunan I, ruang1-10) beralamat di Jalan Jenderal Sudirman Nomor 75, Kelurahan Terban, Gondokusuman, Yogyakarta . Museum Pusat TNI AD Dharma Wiratama terletak di sebelah timur laut perempatan gramedia Kotabaru-Cik Di Tiro. Bangunan Museum ini dibangun pada tahun 1904 pada masa Hindia Belanda. Awalnya digunakan sebagai rumah dinas Administratur pegawai perkebunan di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Kemudian pada masa pendudukan Jepang digunakan sebagai rumah dinas residen militer Jepang dan markas Syudocan. Setelah RI merdeka, bangunan ini digunakan sebagai markas TKR dan bangunan ini juga dilaksanakan konggres TKR untuk memilih panglima TKR, dari sidang tersebut, terpilihnya Kolonel Sudirman sebagai Panglima tertinggi TKR dengan jabatan Letnan Jenderal. Setelah markas besar TNI pindah ke Jakarta, gedung ini digunakan sebagai markas korem 072/PMK, pada saat digunakan sebagai markas korem 072/PMK, terjadi peristiwa penculikan Kasrem pada waktu itu Letkol Sugiyono oleh oknum dari Yonif L yang terlibat PKI pada tahun 1965. Kemudian, bangunan ini dijadikan sebagai museum pada tahun 1982.
Gedung Museum Pusat TNI AD Dharma Wiratama (bangunan I, ruang 1-10) dibangun dengan gaya arsitektur Indis yang merupakan akulturasi dari unsur-unsur arsitektur Belanda dengan Indonesia (Jawa). Pemerintah Kolonial Belanda menggunkan gaya arsitektur Indis sebagai standar dalam pembangunan gedung-gedung baik milik pemerintah maupun swasta. Ciri khasnya berdinding tebal, berbatur tinggi dan mempunyai jendela yang lebar dan tinggi dengan teralis dari batangan besi. Kamar kamarnya luas dan mempunyai pintu dan jendela berbentuk krepyak dan menggunakan kaca bening (glazen ruiten), kaca buram (matglas), dan teras keliling yang dapat dijumpai pada bagian depan bangunan I, teras keliling ini merupakan salah satu bentuk adaptasi terhadap iklim tropis dan hujan di Nusantara. Bangunan I, ruang 1-10 dari Museum Pusat TNI AD Dharma Wiratama ini hingga kini seluruhnya masih mempertahan kan komponen-komponen asli, kecuali pada lantai ruang pengantar yang diganti dengan marmer. Selain itu juga telah dilakukan pengecatan bangunan pada tahun 2016.

Gedung Museum Pusat TNI AD Dharma Wiratama (bangunan I, ruang 11-19) dibangun dengan gaya arsitektur Indis yang merupakan akulturasi dari unsur-unsur arsitektur Belanda dengan Indonesia (Jawa). Pemerintah Kolonial Belanda menggunkan gaya arsitektur Indis sebagai standar dalam pembangunan gedung-gedung baik milik pemerintah maupun swasta. Arsitektur pada (bangunan I, ruang 11-19) ini memiliki gaya yang lebih sederhana dibandingkan dengan (bangunan I, ruang 1-10), karena letaknya yang berada di belakang dan bukan bangunan utama. Kamar-kamar di sini luas dan mempunyai pintu dan jendela berbentuk krepyak dan menggunakan kaca bening (glazen ruiten), kaca buram (matglas). Namun pada beberapa bagian, jendela, pintu, dan ventilasi telah diganti. Bangunan I, ruang 11-19 dari Museum Pusat TNI AD Dharma Wiratama ini hingga kini seluruhnya masih mempertahankan komponen-komponen asli, kecuali pada beberapa jendela, pintu, dan ventilasi.

Bunker Jepang di kawasan Museum TNI AD Dharma Wiratama ini terletak di samping bangunan Museum TNI AD Dharma Wiratama. Bunker ini dibangun pada masa pemerintahan militer Jepang saat gedung museum TNI AD digunakan sebagai rumah dinas residen militer Jepang dan markas Syudocan. Bunker tersebut digunakan sebagai sarana keamanan tentara residen militer Jepang sekaligus sebagai tempat persembunyian senjata dan tentara Jepang. Setelah kemerdekaan, bunker ini dan bangunan museum dijadikan sebagai markas TKR hingga akhirnya dipugar dan digunakan sebagai museum ada tahun 1982. Seperti bunker pada umumnya, arsitektur bunker ini lebih mengutamakan fungsi dan keamanan daripada seni dan keindahan arsitektur. Seluruh komponen bunker ini terbuat dari tembok berplaster yang hingga kini masih serupa dengan aslinya. Bunker ini pernah dipugar pada tahun 1982 saat kompleks telah dijadikan sebagai museum.

Referensi:
-Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta. 2014. Lensa Budaya 2: Menguak Fakta Mengenali Keberlanjutan. Yogyakarta: Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta.
-Handinoto. 1996. Perkembangan Kota Dan Arsitektur Kolonial Belanda Di Surabaya 1870-1940. Surabaya: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Kristen PETRA Surabaya dan ANDI.




Status : Bangunan Cagar Budaya
Periodesasi : Kolonial (Belanda/Cina)
Tahun : 1904
Alamat : Jl. Jenderal Sudirman No.75 , Terban, Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
7.78293° S, 110.37514° E

No. Registrasi Nasional RNCB.20111017.02.000187
SK Menteri : Peraturan Menteri Kebudayaan d
SK Gubernur : SK Gub Nomor 210/KEP/2010


Lokasi Museum TNI AD di Peta

Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi
Tebal
Diameter
Berat
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Fungsi Bangunan : Militer,Perkantoran,Rumah/Permukiman
Komponen Pelengkap :
  1. Pintu,Asli
  2. Ventilasi,Asli
  3. Jendela,Asli
  4. Kolom/Tiang,Asli
  5. Lantai,Asli
  6. Plafon,Asli
  7. Atap,Asli
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Tata Letak Dalam Ruang Kawasan : satu kawasan dengan bangunan-bangunan kolonial di wilayah Terban
Fungsi Situs : Militer,Perkantoran,Rumah/Permukiman
Fungsi : Militer,Perkantoran,Rumah/Permukiman
Nilai Sejarah : Dibangun pada tahun 1904 pada masa Hindia Belanda. Awalnya digunakan sebagai rumah dinas Administratur pegawai perkebunan di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Kemudian pada masa Jepang digunakan sebagai rumah dinas residen militer Jepang. Setelah RI merdeka, bangunan ini digunakan sebagai markas TKR dan bangunan ini juga dilaksanakan konggres TKR untuk memilih panglima TKR. Dari sidang tersebut, terpilihnya Kolonel Sudirman sebagai Panglima tertinggi TKR dengan jabatan Letnan Jenderal. Setelah markas besar TNI pindah ke Jakarta, gedung ini digunakan sebagai markas korem 072/PMK. Pada saat digunakan sebagai markas korem 072/PMK, terjadi peristiwa penculikan Kasrem pada waktu itu Letkol Sugiyono oleh oknum dari Yonif L yang terlibat PKI pada tahun 1965. Dijadikan sebagai museum pada tahun 1982.
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Kementerian Pertahanan
Alamat Pemilik : Jl. Jenderal Sudirman No.75, Terban Gondokusuman Yogyakarta
Pengelolaan
Nama Pengelola : Dinas Sejarah Angkatan Darat, Badan Pelaksana Museum Dan Monumen Pusat
Alamat Pengelola : Jl. Jenderal Sudirman No.75, Terban Gondokusuman Yogyakarta
Nomer Kontak : 0274-561417
Catatan Khusus : Bunker Dipugar saat sudah dijadikan sebagai museum pada tahun 1982. Pengecetan tembok baru dilaksanakan pada tahun 2016.