Loading

Deskripsi Singkat

Pada awal berdirinya, bangunan induk Masjid Wonokromo sangat sederhana. Serambi masjid berbentuk limasan, sedangkan bangunan masjid berbentuk tajuk dengan mustoko dari kuwali yang dibuat dari tanah liat. Semula bahan bangunannya dari bambu, dindingnya dari gedhek (anyaman bambu), dan atapnya terbuat dari welit (anyaman daun tebu, alang-alang, atau daun kelapa). Tempat wudlu semula dari padasan terletak di depan serambi masjid.

Tradisi yang masih dipertahankan adalah saat tanda waktu masuk salat, selain azan juga dari bunyi kentongan dan bedug. Suara dan irama bedug di hari-hari biasa berbeda dengan saat tanda masuk salat ashar di hari Kamis. Suara irama bedug disebut dengan sarwo lemah, asar dowo malem jemuah. Bila tiba waktu ashar di hari Kamis, bedug dipukul dengan nada dan irama yang khas dan panjang, sebagai tanda bahwa nanti malam adalah malam Jumat.

Di hari Jumat, setengah jam sebelum tiba waktu salat bedug ditabuh bertalu-talu. Di akhir pemukulan bedug disisipi pemukulan kentongan yang menandakan bahwa pelaksanaan ibadah Jumat sudah akan dimulai. Pada saat salat Jumat, pelaksanaan azan dilakukan dua kali. Azan pertama dilakukan sebagai tanda saat masuknya waktu salat Jumat. Pada saat azan pertama, baik petugas untuk azan subuh, duhur, asar, magrib, isya berjajar-jajar di depan mimbar, mengumandangkan azan bersama-sama. Hal ini dimaksudkan supaya ada keadilan, bersatu dan bertemunya para muadzin dari masing-masing waktu, maka di sini dikenal dengan istilah azan lima. Tradisi lain yang masih dipertahankan adalah bada kupatan, yaitu tradisi saling memaafkan setelah melaksanakan enam hari puasa sunah di bulan Syawal.

Masjid memiliki luas tanah 4.495 m² dengan luas bangunan/struktur:
 masjid     239,40 m²
 serambi   518,28 m²
 kolam       89,11 m²
 makam 2.002,96 m²


Status : Bangunan Cagar Budaya
Periodesasi : Tradisional Jawa
Alamat : Wonokromo I Terletak di sebelah selatan dengan jarak 6,5 km dari Kraton Yogyakarta, Wonokromo, Pleret, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
7.8752233130996° S, 110.3942636287° E

SK Walikota/Bupati : SK Bupati Bantul No 599


Lokasi Masjid Wonokromo di Peta

Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi
Tebal
Diameter
Berat
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Jenis Struktur : Tradisional
Dimensi Struktur
Jenis Bangunan : Tradisional
Fungsi Bangunan : Religi/Keagamaan
Komponen Pelengkap :
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Fungsi Situs : Religi/Keagamaan
Fungsi : Religi/Keagamaan
Tokoh : Kyai Haji Muhammad Fakih 
Peristiwa Sejarah : Masjid Wonokromo didirikan oleh Kyai Haji Muhammad Fakih atas perintah Sultan Hamengku Buwana I. Kyai Fakih merupakan kakak ipar Sultan Hamengku Buwana I sekaligus seorang kyai yang diberi tanah perdikan di Wonokromo. Kyai Fakih adalah seorang guru agama Islam dari Desa Ketonggo. Dikenal juga dengan panggilan Kyai Welit karena kesenangannya menganyam daun alang-alang menjadi atap atau disebut welit. Welit yang dibuatnya tidak untuk dijual tapi hanya dibagi-bagikan kepada yang membutuhkan. Kyai Fakih diberi hadiah tanah perdikan oleh Sultan Hamengku Buwana I karena dua hal, yaitu: Tanpa sepengetahuan Kyai Fakih, Sultan Hamengku Buwana I pernah menjadi santrinya dengan cara menyamar. Saat itu, Kasultanan Yogyakarta baru saja berdiri dan Sultan Hamengku Buwana I membutuhkan sipat kandel untuk mengatasi rintangan yang menghadang.Kyai Fakih adalah kakak ipar Sultan Hamengku Buwana I karena sama-sama memperistri putri Kyai Derpoyodo. Tanah perdikan berada di sebelah selatan Ketonggo, yang masih berupa hutan yang banyak ditumbuhi pohon awar-awar, oleh karena itu disebut Alas Awar-Awar. Sebagai wujud syukur atas pemberian anugerah tanah tersebut, Kyai Fakih membuka hutan dan kemudian mendirikan sebuah masjid kecil di ujung tenggara Alas Awar-Awar. Atas amanat Sultan Hamengku Buwana I maka Alas Awar-Awar yang sudah dibuka dan didirikan masjid itu diberi nama wa anna karaamaa yang artinya supaya benar-benar mulia.
Riwayat Rehabilitasi : Tahun 1958, bangunan masjid kembali direnovasi. Atap tumpang tetap dipertahankan dengan ditambah komponen gulu melet sebagai penyela antara atap tumpang bagian atas dan atap tumpang bagian bawah. Bangunan serambi masjid diperluas. Kolam tempat wudu diurug/ditimbun tanah dijadikan halaman masjid. Tempat wudlu dibuat bak yang berada di sisi utara dan selatan serambi masjid. Pawestren tetap dipertahankan. Bangunan masjid diganti tembok berplester. Empat tiang utama di dalam masjid diganti dengan kayu jati. Gulu melet diberi kaca bening, sehingga suasana di dalam masjid menjadi terang. Tempat pengimaman berukuran 2 x 2 m. Di bagian depan serambi terdapat beberapa tiang dari cor beton dan di dalam serambi tiang dibuat dari balok kayu jati. Di depan serambi dibuat kuncungan. Lantai di dalam ruangan masjid maupun serambi diganti dengan tegel. Tegel di dalam masjid dibuat berwarna-warni dengan motif bunga. Tahun 1976 M, mustoko berbentuk bawangan yang dibuat dari kayu nangka, diganti dengan mustoko berbentuk bawangan yang dibuat dari aluminium dengan ukuran yang lebih besar. Pada tahun 1986 M, Masjid Wonokromo mendapatkan bantuan program BANPRES (bantuan presiden) sebesar Rp. 25.000.000,00. Saat itu kondisi kayu penyangga bangunan masjid sudah banyak yang lapuk karena bocor setiap kali hujan. Selain itu jumlah jamaah yang semakin bertambah banyak, terutama saat salat Jumat, maka setelah mendapatkan izin tertulis atau palilah dalem dari kraton, bangunan masjid dibongkar dan diperluas.Bangunan masjid dibangun kembali dengan konstruksi beton bertulang, dengan tidak meninggalkan arsitektur masjid Jawa Yogyakarta. Hal tersebut memenuhi dhawuh dalem agar arsitektur masjid tidak meninggalkan corak kejawaannya, seperti yang tertuang di dalam surat palilah dalem. Demikian juga dengan pemilihan cat, dipilih warna komposisi hijau, kuning, merah, dan kuning emas (prodo) karena warna-warna tersebut mengandung nilai filosofis. Tahun 2003 masjid ini mendapat bantuan pengembangan dari Dinas Pariwisata Yogyakarta. Dana tersebut digunakan untuk membangun gedung pertemuan di sebelah utara serambi masjid. Bak untuk wudu dibuat simetris antara bak di sebelah utara serambi masjid dan di sebelah selatan serambi masjid. Ada penambahan emper di bagian kuncungan. Pada tahun tersebut dilakukan penggalian kolam untuk menampakkan kembali kolam di sekeliling serambi. Bangunan untuk dapur disempurnakan agar dapat berfungsi sebagai tempat memasak pada saat dilaksanakan hari-hari besar Islam di Masjid Wonokromo.Pada ambang pintu masjid terdapat candrasengkala yang berbunyi nyoto luhur pandito ratu yang berarti tahun 1741 J atau 1819 M. Namun, candrasengkala tersebut sudah hilang pada saat dilakukan renovasi/pemugaran terhadap Masjid Wonokromo. Sisa-sisa kekunoan yang dapat dijumpai adalah bedug yang diletakkan di serambi. Di halaman masjid terdapat sebuah kelir yang membatasi halaman masjid dengan pintu gerbang sebelah timur.
Nilai Sejarah : Masjid Wonokromo adalah masjid pertama di Pleret yang didirikan oleh Kyai Haji Muhammad Fakih atas perintah Sultan Hamengku Buwana I. Kyai Fakih membuka hutan dan kemudian mendirikan sebuah masjid kecil di tanah perdikan Alas Awar-Awar. Atas amanat Sultan Hamengku Buwana I masjid tersebut diberi nama wa anna karaamaa yang artinya supaya benar-benar mulia. Masjid Wonokromo berperan sebagai pusat syiar agama Islam di wilayah negara agung, dan pusat pertahanan rakyat.
Nilai Agama : Masjid Wonokromo berperan sebagai ujung tombak syiar agama Islam bagi Kasultanan Yogyakarta,  pusat penyebaran agama Islam, dan pusat aktivitas keagamaan bagi desa-desa di sekitar Wonokromo.
Nilai Pendidikan : Tempat belajar baca tulis bahasa Arab serta ilmu-ilmu agama.
Nilai Budaya : Tradisi yang masih dipertahankan adalah saat tanda waktu masuk salat, selain azan juga dari bunyi kentongan dan bedug berirama sarwo lemah, asar dowo malem jemuah, azan lima, dan ba’da kupat di bulan Syawal.
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Kraton Yogyakarta (Sultan Ground)/tanah Kasultanan Yogyakarta
Pengelolaan
Nama Pengelola : Takmir Masjid
Catatan Khusus : Masjid Wonokromo adalah masjid pertama yang didirikan di Pleret oleh Kyai Haji Muhammad Fakih atau Kyai Welit atas perintah Sultan Hamengku Buwana I. Masjid ini berperan sebagai pusat penyebaran agama Islam dan pusat aktivitas keagamaan bagi masyarakat di desa Wonokromo dan desa-desa sekitarnya.