Loading

Deskripsi Singkat

Pasar merupakan pusat kegiatan ekonomi masyarakat. Ada beberapa pasar yang dibangun pada masa Kolonial di Kabupaten Bantul yang hingga kini masih berdiri dan bahkan masih berfungsi, salah satunya terletak di Sungapan, Argodadi, Sedayu, Bantul.

Pasar Sungapan adalah salah satu pasar tradisional yang masih aktif dipergunakan untuk tempat jual beli oleh para pedagang. Hingga saat ini ada 108 pedagang yang terdaftar di pasar tersebut. Pasar Sungapan mempunyai waktu tertentu pasaran yaitu hari pasaran Pahing, Pon, dan Kliwon. Selain hari pasaran tersebut tetap dipergunakan untuk kegiatan perdagangan. Bangunan pasar yang ada saat ini merupakan hasil renovasi yang dilakukan beberapa tahun yang lalu.

Los Pasar Sungapan lama hanya terdiri atas satu bangunan terbuka, tanpa dinding, dengan bentuk atap pelana atau kampung. Los adalah sebutan untuk bangunan yang berukuran besar dan panjang. Denah los Pasar Sungapan berbentuk persegi panjang dengan arah bangunan membujur barat – timur, memiliki ukuran panjang 16,60 m, lebar 3,25 m.

Lantai los Pasar Sungapan semula berupa tanah, tetapi kemudian diganti dengan tegel abu-abu ukuran 20 cm x 20 cm, sekaligus ditinggikan 12 cm dari permukaan tanah saat ini. Perubahan pada bagian lantai dilakukan untuk mengatasi genangan air saat hujan, karena posisi los pasar lambat laun semakin lebih rendah dari jalan raya di sebelah selatan dan sebelah baratnya. Namun, kapan perubahan lantai tersebut dilakukan, tidak ada informasi yang valid.

Detail konstruksi bangunan pasar menggunakan baja profil. Baja profil merupakan salah satu material konstruksi yang memiliki tingkat ketahanan yang tinggi, sehingga dapat menjaga bangunan tetap berdiri kokoh, bertahan hingga ratusan tahun. Baja profil banyak digunakan untuk bangunan pabrik, pergudangan, menara, jembatan dan struktur lainnya dengan bentangan sangat lebar. Demikian juga dengan konstruksi los Pasar Sungapan menggunakan beberapa jenis baja profil, yaitu baja profil I (INP), baja profil C (CNP), baja siku, dan baja plat. Baja profil digunakan untuk membentuk kerangka kuda-kuda pada bagian tiang, balok horizontal, gording, dan kerangka atap. Pemasangan baja menggunakan sambungan baut.

Los Pasar Sungapan ditopang oleh lima tiang baja. Jarak antar tiang rata-rata 3,95 m. Tinggi tiang dari permukaan lantai hingga bagian bubungan 3,30 m. Masing-masing tiang menggunakan dua batang baja profil C, disambung dengan pelat baja dan baut Ø 22 mm. Masing-masing tiang ditopang dengan umpak. Biasanya umpak yang digunakan terbuat dari pasangan bata atau batu andesit dengan spesi dan plesteran semen. Namun bagian umpak di los Pasar Sungapan tidak tampak di atas permukaan lantai karena kemungkinan umpak tidak terlalu tinggi dan terpendam lantai tegel.

Struktur yang membentuk kerangka atap los Pasar Sungapan terdiri atas kuda-kuda, bubungan (nok), gording, reng, usuk, sekor, dan penutup atap. Kuda-kuda memiliki fungsi menopang tekanan pada rangka atap dan langsung menyalurkannya ke struktur tiang. Posisi kuda-kuda ada di bagian atas setiap tiang. Kuda-kuda dibentuk dari baja profil C. Bubungan atau balok nok adalah struktur yang mengikat kuda-kuda satu dengan yang lainnya. Posisi nok memanjang sesuai dengan panjang rangka atap. Bubungan menggunakan baja profil I. Tiang, kuda-kuda, dan bubungan disambung menggunakan pelat baja dan baut Ø 22 mm. Di ujung barat dan timur atap terdapat sekor atau struktur penyokong, yaitu dua baja siku yang dipasang miring diantara tiang dan balok nok.  Sekor berfungsi menopang tutup keong atau seng berbentuk segitiga. Tutup keong berfungsi menahan tampyas hujan.

Gording adalah struktur tumpuan dari usuk, reng, dan genteng. Gording menggunakan baja profil C. Usuk adalah struktur rangka atap yang menjadi tumpuan reng dan genteng. Usuk menggunakan baja siku. Posisi usuk pada bagian atas menumpu pada balok nok, sedangkan bagian pangkal menumpu pada gording. Reng adalah struktur rangka atap yang berada tepat di bawah genteng. Reng berupa plat baja berfungsi sebagai tempat bersandarnya genteng. Penutup atap untuk los Pasar Sungapan menggunakan genteng kripik dari bahan tanah liat. Genteng harus dipasang pada atap yang miring seperti atap pelana atau atap kampung dengan menerapkan sistem saling mengikat dan mengunci (inter-locking).

Bangunan los Pasar Sungapan tidak memiliki ragam hias, baik yang berupa ragam hias arsitektur maupun ragam hias dekoratif. Pengaruh arsitektur Eropa ditunjukkan dari penggunaan konstruksi baja, yang diproduksi oleh perusahaan milik Belanda. Pengaruh arsitektur Jawa dapat dilihat dari atap kampung atau atap bentuk pelana dengan penutup atap genteng dari bahan tanah liat.

Kompleks Pasar Sungapan dibatasi pagar BRC (British Reinforced Concrete). Di sebelah utara los Pasar Sungapan lama, telah dibangun los pasar yang baru oleh Dinas Pasar Kabupaten Bantul. Bangunan baru tersebut menggunakan material beton, beratap metal dan asbes.  Lingkungan sekitar pasar berupa permukiman di sebelah utara dan sebelah timur, sedangkan di sebelah selatan dan barat berupa jalan raya serta sawah.

Status : Bangunan Cagar Budaya
Alamat : Jalan Sedayu-Srandakan Padukuhan Sungapan, Argodadi, Sedayu, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
8.0111572393099° S, 110.32151638242° E

SK Walikota/Bupati : Keputusan Bupati bantul No 713 Tahun 2020


Lokasi Pasar Sungapan di Peta

Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi
Tebal
Diameter
Berat
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Jenis Struktur : Tradisional
Dimensi Struktur
Jenis Bangunan : Tradisional
Fungsi Bangunan : Niaga
Komponen Pelengkap :
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Fungsi Situs : Niaga
Fungsi : Niaga
Peristiwa Sejarah : Sejarah pasar di Indonesia kemungkinan besar dimulai dari aktivitas jual beli kecil-kecilan di tepi jalan, dan umumnya di bawah pohon rindang. Kawasan tersebut dari hari ke hari terus membesar seiring dengan semakin banyaknya orang yang berjualan dan masyarakat yang membeli. Dalam Gegevens Over van Djogjakarta (L.F.Dingemans,16;1925) disebutkan bahwa ada 129 pasar milik Kasultanan Yogyakarta dan 18 buah milik Pura Pakualaman Dari beberapa sumber sejarah seperti plakat yang ditemukan di pasar, pembangunan pasar ini dibangun oleh N.V. Constructie Atelier Der Vorstenlanden Djokjakarta sementara material pasar disediakan oleh N.V. Braat perusahaan baja yang didirikan pada tahun 1901 dan berpusat di Surabaya (kini menjadi PT Barata). Perkembangan pasar telah mendorong individu-individu tertentu untuk menyelenggarakan pasar. Mereka adalah orang yang memiliki tanah strategis dan kemudian mengundang para pedagang untuk berjualan di tempat mereka. Tentu saja tidak gratis, karena para pedagang akan ditarik uang sewa tempat, uang kebersihan (disebut uang "pesapon"), dan uang lainnya. Sebagian besar pasar-pasar awal wujudnya masih seadanya, tidak tertata, bercampur aduk jenis dagangannya, kotor, bau, bentuk bangunan yang tidak standar, dan tentu saja sangat tidak rapi. Penyelenggaraan pasar pada waktu itu memang terkesan apa adanya, yang penting aktivitas berjualan dan pembelian bisa berjalan dan kebutuhan masyarakat bisa terpenuhi dengan baik. Pasar-pasar mulai mengalami perbaikan setelah Pemerintah Kolonial Belanda menjadikannya sebagai titik perhatian, terutama pada awal abad ke-20, namun terbatas pada pasar-pasar di kota-kota besar. Pada tahun 1903 lahir Undang-undang Desentralisasi (Decentralisatie Wet 1903), yang memberi otonomi kepada kota-kota di Indonesia. Dengan undang-undang tersebut kota-kota besar dipisahkan pengelolaanya dari pemerintah pusat, dan lahirlah Gemeente di banyak tempat. Otonomi yang diberikan kepada kota meliputi juga otonomi keuangan, sehingga Gemeente harus bekerja keras mencari sumber keuangan untuk pengelolaan kota. Pasar merupakan salah satu alternatif sumber pendapatan yang strategis bagi Gemeente, karena mereka bisa menarik bea dari para pedagang.
Nilai Sejarah : berkaitan erat dengan tahap perkembangan pada masa Kolonial dalam bidang penerapan teknologi penggunaan baja profil untuk bangunan los Pasar Sungapan;
Nilai Ilmu Pengetahuan : mempunyai potensi sebagai obyek penelitian untuk kepentingan perkembangan ilmu pengetahuan. Keberadaan los Pasar Sungapan menjadi bukti suatu tingkat pemahaman/pengetahuan tentang konstruksi dan arsitektur bangunan dengan material baja. Konstruksi baja dapat bertahan lama meskipun terkena gempa tektonik yang melanda Yogyakarta tanggal 27 Mei 2006 tetap kokoh berdiri.
Nilai Budaya : memberikan pemahaman latarbelakang kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Kalurahan yang semuanya merupakan bagian dari jati diri suatu komunitas tertentu
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Sultan Ground (Tanah SG)
Pengelolaan
Nama Pengelola : Dinas Perdagangan Kabupaten Bantul
Catatan Khusus : Los Pasar Sungapan merupakan salah satu bangunan pasar dengan material baja profil yang masih bertahan dan masih digunakan oleh masyarakat sebagai pasar tradisional.