Sendang Banyuurip merupakan sumber mata air yang oleh warga setempat dikelola dan dijadikan sebagai sumber mata air yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Mata air tersebut telah dibuatkan bak penampung air. Debit airnya tidak besar, tetapi air di Sendang Banyuurip tidak pernah kering.
Dimensi Benda | : |
Panjang Lebar Tinggi Tebal Diameter Berat |
Tokoh | : | Sunan Kalijaga dan Ki Cakrajaya |
Peristiwa Sejarah | : | Sendang Banyuurip dikaitkan dengan kisah pengembaraan Sunan Kalijaga. Diberi nama Sendang Banyuurip karena airnya telah memberikan kehidupan (nguripi) bagi makhluk hidup di sekitarnya, khususnya manusia.Sumber lisan yang berkembang di masyarakat menceritakan bahwa di masa lampau Sunan Kalijaga mengembara dalam rangka syiar agama Islam. Dalam pengembaraannya, Sunan Kalijaga bertemu dengan Ki Cakrajaya. Pertemuan keduanya membuat Ki Cakrajayatertarik untuk berguru kepada Sunan Kalijaga. Sebagai ujian Ki Cakrajaya kemudian diminta untuk menunggu tongkat Sunan Kalijaga sambil bertapa. Ki Cakrajaya dilarang meninggalkan tempat dan mengakhiri bertapanya sebelum Sunan Kalijaga kembali. Ki Cakrajayamenyanggupinya.Sunan Kalijaga pun melanjutkan pengembaraan. Pengembaraan yang dilakukan Sunan Kalijaga begitu lama hingga rumput di sekitar tempat Ki Cakrajaya bertapa tumbuh menjadi belukar. Tubuh Ki Cakrajaya kemudian seperti hilang ditelan kerimbunan pohon dan rumput yang tumbuh.Selang beberapa waktu, Sunan Kalijaga ingat muridnya yang bernama Ki Cakrajaya. Ia bermaksud mendatanginya. Ketika dicari, Ki Cakrajaya sudah tidak tampak lagi. Sunan Kalijaga pun bingung karena tempat bertapa Ki Cakrajaya telah menjadi hutan. Untuk menyibak hutan, hutan itu pun dibakar oleh Sunan Kalijaga. Ki Cakrajaya ikut terbakar di dalamnya. Ajaibnya, Ki Cakrajaya tidak tewas oleh peristiwa itu, tetapi kulitnya gosong (geseng). Oleh karena itu, Cakrajaya kemudian dikenal dengan sebutan Sunan Geseng.Oleh karena gesengnya itu, Sunan Kalijaga berusaha memandikan Ki Cakrajaya. Sunan Kalijaga mencari mata air di tengah hutan itu. Kebetulan Sunan Kalijaga melihat seekor kijang yang terluka sedang berlari. Sunan Kalijaga mengikuti jejak kijang itu. Akhirnya kijang sampai di sebuat mata air yang jernih. Kijang pun meminum air dari mata air tersebut. Kijang yang tengah terluka tiba-tiba menjadi sehat. Sunan Kalijaga selanjutnya memandikan Ki Cakrajaya di mata air itu. Ki Cakrajaya yang telah gosong dan dalam kondisi pingsan akhirnya sehat dan bugarkembali.Berdasarkan cerita rakyat di atas, maka mata air yang digunakan untuk memandikan Ki Cakrajaya kemudian dinamakan Sendang Banyuurip oleh Sunan Kalijaga. Banyu artinya air dan urip artinya hidup. Jadi, Sendang Banyuurip bermakna memberikan penghidupan. |
Nilai Sejarah | : | Sendang Banyuurip memberikan informasi bahwa ketokohan Sunan Kalijaga tidak hanya dikenal di wilayah Jawa Tengah bagian utara, namun juga dikenal oleh masyarakat Jawa Tengah bagian selatan (Bantul, DIY) sebagai penyebar agama Islam. |
Nilai Ilmu Pengetahuan | : | Sendang Banyuurip bermanfaat untuk dijadikan objek penelitian arkeologi, antropologi, dan hidrologi. |
Nilai Agama | : | Sendang Banyuurip menjadi bukti penyebaran agama Islam di Indonesia, terutama di Bantul. |
Nilai Budaya | : | Sendang Banyuurip dapat menguatkan kepribadian bangsa, khususnya masyarakat Bantul. |
Nama Pemilik Terakhir | : | Kraton Yogyakarta |
Nama Pengelola | : | Kraton Yogyakarta |
Catatan Khusus | : | Sendang Banyuurip merupakan struktur yang masih difungsikan hingga saat ini (living monument). Sendang ini memiliki nilai penting dalam kehidupan masyarakat Dlingo dan menjadi salah satu identitas masyarakat Bantul. |