Cagak (Cagak) Aniem Palbapang di Bantul merupakan salah satu Cagak listrik yang dibuat pada zaman penjajahan Belanda yang masih tersisakan di Kabupaten Bantul. Istilah cagak aniem menjadi populer di Jawa, khususnya pada akhir abad ke-19 karena Cagak atau cagak itu memang dibuat dan digunakan oleh ANIEM, yakni nama sebuah perusahaan listrik swasta Belanda. ANIEM sendiri merupakan singkatan dari Algemeen Nederlands Indische Electriciteit Maatschappij yang didirikan di Gambir, Jakarta, pada tahun 1897.
Cagak Aniem ini memiliki keunikan karena ketuaan usianya dan juga karena gaya arsitekturalnya yang tidak dapat ditemukan pada Cagak listrik lain. Bahan untuk mendirikan Cagak listrik ini keseluruhannya terdiri dari plat baja. Bagian terbawah dari Cagak listrik ini berbentuk persegi dan memiliki pintu plat baja yang menghadap ke utara. Bagian terbawah dari Cagak listrik ini merupakan terminal atau titik pengendali operasional listrik dengan jangkauan persebaran titik pijar listrik tertentu.
Bagian atas dari bagian yang berbentuk persegi ini disambungkan dengan empat buah baja profil berbentuk trapezium. Pada profi pelat-pelat baja trapezium inilah pelat-pelat baja dirangkai/diikat sedemikian rupa sehingga membentuk persilangan antarpelat. Apabila diperhatikan persilangan antarpelat ini berbentuk seperti sebuah anyaman. Sambungan pelat-pelat baja pada empat profil baja yang berfungsi sebagai penyangga utama ini tampaknya difungsikan untuk memperkuat dan menstabilkan posisi Cagak listrik dalam seluruh rangkaiannya.
Semakin ke atas rangkaian pelat baja ini mengerucut. Kemuncak dari rangkaian ini terdiri atas lima buah pelat runcing yang tersusun simetris antarsudutnya. Kemuncak ini jika diperhatikan terdapat empat buah pelat runcing melengkung yang artisik. Sementara di bagian tengahnya terdapat konstruksi yang menyerupai antena dengan ujung runcing. Baja di bagian tengah di kemuncak ini berfungsi sebagai penangkal petir.
Di bawah kemuncak ini dibentangkan beberapa pipa baja yang terangkai dengan konstruksi Cagak utama. Rangkaian beberapa pipa baja yang disusun dari atas ke bawah dalam perimbangan kanan dan kiri berfungsi untuk menempatan penghambat listrik (isolator) yang terbuat dari keramik. Penghambat listrik yang berbentuk seperti botol dengan tubuh yang pendek ini digunakan untuk menambatkan rentang kawat baja yang berfungsi sebagai penghantar listrik dari pusat-pusat pembangkit listrik.
Perlu diketahui juga bahwa sistem rangkaian baja pada Cagak listrik ini menggunakan teknik las, sekrup dengan kualitas tinggi. Seluruh rangkaian tersebut di atas menjadikan sosok Cagak listrik ini terlihat unik.
Tinggi dari Cagak listrik ini sekitar 6 m. Ukuran alas (bagian terbawahnya) yang berbentuk persegi adalah 45 cm x 45 cm.
Pemilik/pengelola bangunan ini menerima penghargaan Pelestari Warisan Budaya / Cagar Budaya dari Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2008.
Dimensi Benda | : |
Panjang Lebar Tinggi Tebal Diameter Berat |
Materi Spesifik (Bahan presentase terbesar) | : | - |
Pola | : | - |
Panjang | : | - |
Lebar | : | - |
Tebal | : | - |
Tinggi | : | - |
Diameter | : | - |
Peristiwa Sejarah | : | ANIEM merupakan perusahaan yang berada di bawah NV (Handelsvennootschap) yang sebelumnya bernama Maintz & Co. Perusahaan ini berkedudukan di Amsterdam, Belanda. Pada akhirnya ANIEM menjadi perusahaan listrik yang menguasai 40 persen pasokan listrik dalam negeri (Hindia Belanda). Kebutuhan dan permintaan listrik yang tinggi membuat ANIEM semakin berkembang dan melakukan percepatan ekspansi. Tahun 1921 perusahaan ini memperoleh konsesi di Banjarmasin dengan waktu kontrak hingga tahun 1960. Tahun 1937 perusahaan ini diserahi pengelolaan listrik di Jawa Tengah (temasuk DIY waktu itu), Jawa Timur, dan Kalimantan.ANIEM disebut-sebut memiliki kinerja yang sangat baik dan efektif. Perusahaan ini melakukan desentralisasi produksi dan pemasaran dengan cara membentuk sejumlah anak perusahaan di daerah. Dengan demikian produksi tenaga listrik dilakukan secara sendiri-sendiri di berbagai daerah. Beberapa perusahaan di bawah ANIEM di antaranya adalah: NV. Oost Java Electriciteits Maatschappij (OJEM) di Surabaya dengan perusahaan-perusahaannya di Lumajang, Tuban dan Situbondo; NV. Solosche Electriciteits Maatschappij (SEM) di Surabaya dengan perusahaan-perusahaannya di Solo, Klaten, Sragen, Jogjakarta, Kudus dan Semarang; NV. Electriciteits Maatschappij Banjoemas (EMB) di Surabaya dengan perusahaan-perusahaannya di Purwokerto, Banyumas, Purbalingga, Sokaraja, Cilacap, Gombong, Kebumen, Wonosobo, Maos, Kroya, Sumpyuh, dan Banjarnegara; NV. Electriciteits Maatschappij Sumatera (EMS) di Surabaya dengan perusahaan-perusahaannya di Bukit Tinggi, Payakumbuh, Padang Panjang dan Sibolga; NV. Electriciteits Maatschappij Bali & Lombok (EBALOM) di Surabaya dengan perusahaan-perusahaannya di Singaraja, Denpasar, Gianyar, Tabanan, Klungkung, Ampenan, Gorontalo, Ternate. Seiring dengan kemerdekaan Indonesia, perusahaan listrik swasta Belanda ini pun diambilalih oleh negara Indonesia (setelah sebelumnya diambil alih oleh Jepang). Akhirnya beberapa bangunan seperti gardu induk listrik peninggalan ANIEM tinggallah menjadi bangunan yang tidak lagi berfungsi sebagai pengelola tenaga listrik. Lebih-lebih setelah urusan perlistrikan dikelola secara professional oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN). Demikian pun dengan Cagak-Cagak listrik yang dulu oleh masyarakat Jawa dikenal dengan nama Cagak Anim (tanpa e), kini hanya tinggal beberapa dan berdiri sebagai salah satu kekayaan warisan budaya |
Konteks | : | Seiring dengan kemerdekaan Indonesia, perusahaan listrik swasta Belanda ini pun diambilalih oleh negara Indonesia (setelah sebelumnya diambil alih oleh Jepang). Akhirnya beberapa bangunan seperti gardu induk listrik peninggalan ANIEM tinggallah menjadi bangunan yang tidak lagi berfungsi sebagai pengelola tenaga listrik. Lebih-lebih setelah urusan perlistrikan dikelola secara professional oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN). Demikian pun dengan Cagak-Cagak listrik yang dulu oleh masyarakat Jawa dikenal dengan nama Cagak Anim (tanpa e), kini hanya tinggal beberapa dan berdiri sebagai salah satu kekayaan warisan budaya. |
Nilai Sejarah | : | Merupakan bukti sejarah hadirnya sarana dan prasarana perlistrikan di Hindia Belanda (Indonesia) yang diawali sejak tahun 1937 ketika usaha kegiatan sosial ekonomi semakin berkembang Cagak Aniem Palbapang merupakan bagian dari prasarana yang dibangun pada jalur jalan raya di Bantul-Yogyakarta. |
Nilai Ilmu Pengetahuan | : | Merupakan bukti arkeologis Cagak listrik dengan style Eropa. Bukti historis dan arkeologis tentang Cagak Aniem Palbapang dapat menjadi sumber pembelajaran untuk mengetahui sesuatu tentang aspek ilmu kesejarahan, pengenalan dunia kelistrikan. Di samping itu, dapat menjadi bahan pembelajaran masyarakat umum dan siswa tentang perkembangan kelistrikan di Indonesia serta perkembangan kelembagaan atau institusi kelistrikan dalam mengembangkan daya listrik di Indonesia. Pada akhirnya hal ini dapat memberikan inspirasi bagi pendidikan karakter bangsa. |
Nilai Budaya | : | Merupakan bukti awal penggunaan listrik pada masa kolonial.Cagak Aniem Palbapang juga menunjukkan peran pentingnya dalam proses ekonomi, sosialisasi, keamanan, dan mobilisasi karena memberikan dukungan penerangan di malam hari dan proses produksi (industrialisasi) di Kabupaten Bantul. |
Nama Pemilik Terakhir | : | PT PLN |
Nama Pengelola | : | PT PLN |
Catatan Khusus | : | Cagak Aniem Palbapang telah mengalami kehilangan fungsi sebagai Cagak penyangga-penyambung jaringan kabel/kawat listrik tetapi keberadaannya wajib dilestarikan karena menunjukkan bukti adanya modernisasi/industrialisasi masyarakat Bantul. Keberadaannya memperkaya keberagaman tinggalan budaya dan memperkuat potensi budaya di Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya Kabupaten Bantul. Cagak Aniem Palbapang mempunyai nilai penting bagi Sejarah, Ilmu Pengetahuan, Kebudayaan, dan Pendidikan. |