Struktur Tradisional Jawa 200 M 1900 M
Keraton Plered mengalami kehancuran pada tahun 1600 J (1677) M ketika Trunojoyo, seorang bangsawan Madura Barat menyerang Keraton Plered dan berhasil mendudukinya. Sunan Amangkurat I melarikan diri ke Imogiri kemudian ke arah barat dan wafat dalam pelarian. Pengganti Amangkurat I yang bergelar Amangkurat II menduduki kembali keraton tersebut dengan bantuan VOC. Setelah Keraton Plered ditinggalkan oleh Sunan Amangkurat II, salah satu bagian dari keraton yakni Sumur Gumuling Plered ditemukan kembali dalam keadaan rusak. Kerusakan sumur semakin parah dengan terjadinya gempa pada tahun 2006. Pada tahun 2009 Sumur Gumuling Plered direnovasi hingga keadaannya yang sekarang. Sumur dikelilingi oleh tembok dengan teralis logam dan dapat dicapai dengan undakan tangga semen.
Lokasi Struktur | : |
Dusun Kedaton
Kel. Pleret
Kec. Pleret
Kab. Bantul
Prov. Daerah Istimewa Yogyakarta
Koordinat -7.8685274811491706 ; 110.40520404215223 |
Koordinat Penemuan | : | ; |
Dimensi Benda | : |
Panjang Lebar Tinggi Tebal Diameter Berat |
Bahan Utama | : | Batu, Tanah, Lain-lain |
Materi Spesifik (Bahan presentase terbesar) | : | - |
Pola | : | - |
Panjang | : | - |
Lebar | : | - |
Tebal | : | - |
Tinggi | : | - |
Diameter | : | - |
Tokoh | : | Sunan Amangkurat I |
Peristiwa Sejarah | : | Selama masa pemerintahannya Sunan Amangkurat I berhasil membangun Keraton Plered sebagai pusat pemerintahan dengan komponen yang cukup lengkap, yaitu: pintu gerbang Pabean, jaringan jalan, pasar, masjid agung, tembok keliling, alun-alun, keraton, bangunan bangunan air, taman, krapyak, permukiman penduduk, dan kompleks pemakaman (Adrisijanti, 1997: 75, 78–98). Berdasarkan sumber sejarah Jawa dan Belanda, pembangunan komponen Keraton Plered dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu yang cukup lama, dari 1648-1662 M (Adrisijanti,1983: 751; Graaf, 1987: 12–13).Keraton Plered mengalami kehancuran pada tahun 1600 J (1677) M ketika Trunojoyo, seorang bangsawan Madura Barat menyerang Keraton Plered dan berhasil mendudukinya. Sunan Amangkurat I melarikan diri ke Imogiri kemudian ke arah barat dan wafat dalam pelarian. Pengganti Amangkurat I yang bergelar Amangkurat II menduduki kembali keraton tersebut dengan bantuan VOC (Adrisijanti, 1997: 99–100). Sunan Amangkurat II selanjutnya memindahkan ibukota Mataram Islam dari Plered ke lokasi yang kelak bernama Kartasura.Setelah Keraton Plered ditinggalkan oleh Sunan Amangkurat II, salah satu bagian dari keraton yakni Sumur Gumuling Plered ditemukan kembali dalam keadaan rusak. Kerusakan sumur semakin parah dengan terjadinya gempa pada tahun 2006. Pada tahun 2009 Sumur Gumuling Plered direnovasi hingga keadaannya yang sekarang. Sumur dikelilingi oleh tembok dengan teralis logam dan dapat dicapai dengan undakan tangga semen. |
Nilai Sejarah | : | Sumur Gumuling Plered merupakan salah satu bukti keberadaan Keraton Mataram Islam yang berkedudukan di Pleret, Kabupaten Bantul |
Nilai Ilmu Pengetahuan | : | Memberikan informasi mengenai pemilihan lokasi Keraton Plered dan sumur sebagai salah satu komponen keraton pada masa Kesultanan Mataram Islam.Memberi informasi teknologi pembuatan sumur pada masa lalu.Sumur Gumuling Plered bermanfaat untuk dijadikan objek penelitian arkeologi, sejarah, dan hidrologi. |
Nilai Pendidikan | : | Sebagai pembelajaran masyarakat umum dan peserta didik tentang pemilihan lokasi keraton beserta komponennya. |
Nama Pemilik Terakhir | : | Dinas Kebudayaan Yogyakarta |
Nama Pengelola | : | Museum Sejarah Purbakala Pleret |
Catatan Khusus | : | Sumur Gumuling Plered merupakan komponen Keraton Mataram Islam di Pleret. Sumur Gumuling merupakan satu-satunya sumur peninggalan Keraton Mataram Islam yang ditemukan di Bantul. |