Dimensi Benda | : |
Panjang Lebar Tinggi Tebal Diameter Berat |
Tebal | : | 0,11 m |
Tinggi | : | 2,7 m |
Diameter | : | 0,8 m |
Tokoh | : | Tokoh yang berasosiasi dengan keberadaan struktur Sumur Gumuling adalah Amangkurat I atau Amangkurat Agung. Hal ini dikarenakan letak Sumur Gumuling berada di area dalam benteng Kraton Plered dibangun pada masa pemerintahan Amangkurat I. Selain Amangkurat I, tokoh lain yang berasosiasi adalah Trunojoyo, Pangeran Puger, dan Pangeran Diponegoro. |
Peristiwa Sejarah | : | Selama masa pemerintahannya Sunan Amangkurat I berhasil membangun Keraton Plered sebagai pusat pemerintahan dengan komponen yang cukup lengkap, yaitu: pintu gerbang Pabean, jaringan jalan, pasar, masjid agung, tembok keliling, alun-alun, keraton, bangunan-bangunan air, taman, krapyak, permukiman penduduk, dan kompleks pemakaman (Adrisijanti, 1997: 75, 78–98). Berdasarkan sumber sejarah Jawa dan Belanda, pembangunan komponen Keraton Plered dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu yang cukup lama, dari 1648-1662 M (Adrisijanti, 1983: 751; Graaf, 1987: 12–13). Selain membangun beberapa komponen Keraton Plered, sunan membangun pula bangunan-bangunan air baik di dalam maupun di luar tembok keraton. Bahkan sebagian bangunan air tersebut sudah dibuat sebelum Keraton Plered didirikan. Menurut Babad Sangkala pada tahun 1565 J/1643 M, ketika Sultan Agung masih memimpin Mataram, bangunan air di Plered sudah dibangun dalam bentuk sebuah danau buatan. Selanjutnya menurut Babad Momana, pembuatan danau buatan berlanjut pada tahun 1574 J (1651 M) dengan membangun suatu bendungan besar (Graaf, 1987:14). Pembangunan Keraton Plered terus berlanjut hingga tahun 1668 M ketika makam Ratu Malang di Gunung Kelir selesai dibuat. Keraton Plered mengalami kehancuran pada tahun 1600 J (1677) M ketika Trunojoyo, seorang bangsawan Madura Barat menyerang Keraton Plered dan berhasil mendudukinya. Sunan Amangkurat I melarikan diri ke Imogiri kemudian ke arah barat dan wafat dalam pelarian. Pengganti Amangkurat I yang bergelar Amangkurat II menduduki kembali keraton tersebut dengan bantuan VOC (Adrisijanti, 1997: 99–100). Sunan Amangkurat II selanjutnya memindahkan ibukota Mataram Islam dari Plered ke lokasi yang kelak bernama Kartasura.Setelah Keraton Plered ditinggalkan oleh Sunan Amangkurat II, salah satu bagian dari keraton yakni Sumur Gumuling Plered ditemukan kembali dalam keadaan rusak. Kerusakan sumur semakin parah dengan terjadinya gempa pada tahun 2006. Pada tahun 2009 Sumur Gumuling Plered direnovasi hingga keadaannya yang sekarang. Sumur dikelilingi oleh tembok dengan teralis logam dan dapat dicapai dengan undakan tangga semen. |
Konteks | : |
Nilai Sejarah | : | Sumur Gumuling Plered merupakan salah satu bukti keberadaan Keraton Mataram Islam yang berkedudukan di Pleret, Kabupaten Bantul. |
Nilai Ilmu Pengetahuan | : | 1) Memberikan informasi mengenai pemilihan lokasi Keraton Plered dan sumur sebagai salah satu komponen keraton pada masa Kesultanan Mataram Islam. 2) Memberi informasi teknologi pembuatan sumur pada masa lalu. 3) Sumur Gumuling Plered bermanfaat untuk dijadikan objek penelitian arkeologi, sejarah, dan hidrologi. |
Nilai Pendidikan | : | Sebagai pembelajaran masyarakat umum dan peserta didik tentang pemilihan lokasi keraton beserta komponennya. |
Nama Pemilik Terakhir | : | Dinas Kebudayaan Yogyakarta |
Alamat Pemilik | : | Jalan Cendana Yogyakarta 55166 |
Nomer Kontak | : | (0274) 562628 |
Nama Pengelola | : | Museum Sejarah Purbakala Pleret |
Alamat Pengelola | : | Jl. Pleret, Kedaton, Pleret, Kec. Pleret, Kabupaten Bantul,Yogyakarta. |
Nomer Kontak | : | 085106002927 |