Loading

Masuk Jogjacagar


Deskripsi Singkat

Benda

·     Luas tanah area Pabrik Gula Sewugalur ± 19.020 m². Keterangan mengenai luas area pabrik tersebut diketahui dari catatan pemerintah Desa Sewugalur tentang peralihan tanah pabrik kepada masyarakat. Saat ini Bangunan Pabrik Gula Sewugalur sudah tidak dapat dijumpai lagi. Lokasi berdirinya pabrik telah berubah menjadi pemukiman penduduk. Munculnya pemukiman tersebut berawal dari tahun 1949 ketika pemerintah Desa Sewugalur melelang tanah pabrik kepada masyarakat.

·     Lokasi berdirinya pabrik dapat dilacak melalui temuan sisa pondasi cerobong asap. Di lokasi tersebut, tinggalan artefaktual bekas pabrik yang dapat ditemui selain sisa pondasi cerobong asap, terdapat sisa-sisa bekas pondasi. Baik cerobong maupun pondasi yang ada di sekitarnya sulit dikenali bentuk aslinya, karena telah dibongkar. Berdasarkan informasi dari Bapak Wardoyo sebagai salah satu pemilik pekarangan di sebelah barat lokasi pondasi cerobong asap, cerobong asap Pabrik Gula Sewugalur dibongkar pada sekitar tahun 1966. Material dari hasil bongkaran dimanfaatkan sebagai bahan bangunan di tempat lain. Struktur cerobong berada di pekarangan warga, dengan pemilik bernama Bapak Zainudin.


Informasi Cagar Budaya

Lokasi Penyimpanan Benda : Sewugalur Kel. Karangsewu Kec. Galur Kab. Kulon Progo Prov. Daerah Istimewa Yogyakarta
Koordinat -7.942600340326975 ; 110.2105053508646
SK Lainnya : 568/A/2018 2018-12-19

Lokasi Eks. Pabrik Gula Sewugalur


Koordinat Penemuan : ;
Keterawatan : /
Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi
Tebal
Diameter
Berat
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Peristiwa Sejarah : Keberadaan pabrik gula Sewugalur tidak dapat dipisahkan dari pabrik-pabrik gula yang ada di Yogyakarta. Hingga tahun 1912 telah berdiri 17 pabrik gula, 16 berada di wilayah afdeeling Mataran dan 1 pabrik berada di wilayah afdeeling Kulon Progo. Pabrik gula yang berada di afdeeling Mataram antara lain, Pabrik Gula Pundong, Gondanglipuro, Gesikan, Bantul, Barongan, Kedaton Plered, Padokan, Sedayu, Reewulu, Demak Ijo, Kleci, Sendangpitu Cebongan, Beran, Medari, Wonocatur, Kalasan, dan Randugunting. Satu-satunya yang berada di wilayah afdeeling Kulon Progo yaitu pabrik gula Sewugalur. Pabrik Gula Sewugalur didirikan tahun 1889, bersamaan dengan jembatan yang menghubungkan antara Onderdistrik Galur dengan Onderdistrik Srandakan, yang dikenal dengan jembatan Progo. Kesepakatan mengenai sewa tanah untuk lokasi berdirinya Pabrik Gula Sewugalur terjadi tahun 1883, masa Sri Pakualam V berkuasa. Untuk tanah seluas 5290 bau, pemilik pabrik gula membayar kepada Sri Pakualan V sebesar 200.000 gulden. Dalam perjalanannya, adanya reorganisasi agraria di tanah-tanah kejawen oleh Residen Lieferinck dan Paku Alam VII pada Oktober 1912 berimbas salah satunya pada status kepemilikan tanah. Perubahan kepemilikan tanah di Distrik Galur sendiri berubah pada bulan April 1925. Tahun 1930 harga gula di dunia mengalami penurunan. Anjloknya harga gula tersebut merupakan imbas dari pasokan gula dunia yang melimpah. Zaman tersebut yang dikenal dengan maliaise. Dampak dari anjloknya harga gula adalah ditutupnya 9 pabrik gula yang ada di Yogyakarta, hingga menyisakan 8 pabrik, yaitu: Pabrik Gula Tanjungtirto, Kedaton, Padokan Gondanglipuro (sekarang Bambanglipuro), Gesikan, Cebongan, Beran, dan Medari. Saat Pabrik Gula Sewugalur ditutup tahun 1930, kepemilikan tanah pabrik sudah menjadi milik pemerintah desa setempat. Reorganisasi agraria tersebut dimaksudkan untuk mengakhiri stelsel “patuh” (apanagehouder) dan stelsel “bekel”, serta dapat meletakkan dasar hukum baru dalam hubungan antara kerajaan-kerajaan Jawa dengan perusahaan perkebunan asing. Semenjak reorganisasi agraria, status tanah Pabrik Gula Sewugalur yang semula merupakan tanah apanage milik Pakualaman, berubah status menjadi tanah kas desa pemerintah desa Sewugalur. Berdasarkan arsip pelelangan tanah bekas pabrik tahun 1949, pada 12 November 1949 tanah bekas lokasi berdirinya Pabrik Gula Sewugalur dilelang kepada masyarakat. Saat tanah dilelang, kondisi pabrik telah hancur akibat pendudukan Jepang. Hancurnya bangunan pabrik gula tersebut dikarenakan Pendudukan Jepang. Kawasan pabrik tersebut di hancurkan dengan cara dibakar. Dalam penghancuran tersebut menyisakan bangunan rumah bagian dari pabrik.
Nilai Sejarah : Eks Pabrik Gula Sewugalur merupakan satu-satunya komponen tersisa yang menunjukkan bahwa di lokasi terdapatnya struktur tersebut merupakan bekas satu-satunya pabrik gula masa kolonial yang berada di Kabupaten Kulon Progo.
Nama Pemilik Terakhir : berada di pekarangan milik Bapak Zainudin, Bapak Wardoyo, dan Ibu Sumi
Riwayat Pengelolaan
Nama Pengelola : -