Di situs ini selain Arca Gupolo/Arca Agastya, ditemukan blok-blok batu putih sebanyak 247 blok dan 7 buah arca batu putih. Arca-arca tersebut dalam posisi duduk di atas landasan, keadaan tidak utuh kepala hilang, bahkan satu arca hanya tinggal badan saja. Selain itu kondisi arca dalam keadaan aus sehingga sulit diidentifikasi.
Berdasarkan ikonografinya arca Gupolo ini adalah arca Agastya, yang dibuat dari batu tuff monolith.
Arca dalam posisi berdiri menghadap ke utara. Arca mempunyai sandaran tetapi pecah dan terpisah. Sandaran sisi timur/kanan terbelah pada bagian paha sedangkan sandaran sisi barat pecah pada belakang kepala dan kemungkinan tergeletak di sisi barat arca. Arca ini berjenggot lebat dan berkumis, berperut buncit (tundila) dan memakai jatamakuta. Pada sandaran arca sisi timur terdapat relief trisula, dan kamandalu. Memakai pakaian dengan motif bulatan-bulatan. Di atas trisula terdapat relief 4 maklhuk kayangan di kelilingi awan.
Di sudut tenggara dan barat daya pagar BRC terdapat patok dari semen yang bertuliskan huruf Jawa dan OUDKUNDIGE
Dan T 196
Dimensi Benda | : |
Panjang Lebar Tinggi Tebal Diameter Berat |
Jumlah WBCB | : | - |
Tokoh | : | |
Peristiwa Sejarah | : | Agastya adalah resi (rishi) yang di dalam beberapa sumber sebagai salah satu dari kelompok saptaresi. Tugasnnya adalah menyebarkan agama Hindu ke arah selatan (dari India) termasuk ke Semenanjung Malaka dan Indonesia. Karena jasa besarnya dalam menyebarkan agama Siwa itu maka Agastya didudukkan sebagai representasi Siwa, bahkan selanjutnya dianggap sebagai salah satu aspek Siwa. Hal ini dapat dilihat dari ciri-ciri Agastya yang menggunakan atribut Siwa, mulai dari jatamakuta, aksamala, camara, kamandalu hingga trisula. Ciri resi Agastya dapat dilihat pada penggambarannya sebagai orang tua yang berkumis dan berjenggot lebat juga pada perutnya yang buncit (tundila).Arca Agastya hampir selalu hadir di candi Hindu yang diperuntukkan bagi pemujaan terhadap Siwa. Menurut Poerbatjaraka dalam bukunya yang berjudul “Agastya di Nusantaraâ€, peran Agastya semula sebagai penjaga pintu kahyangan Siwa selanjutnya mengalami perubahan status menjadi dewa yang dipuja secara mandiri. Berdasarkan perbandingan dengan tinggalan cagar budaya masa klasik/Hindu di wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, maka keberadaan Arca Agastya (Arca Gupolo) di Groyokan kemungkinan berasal pada abad ke 9. |
Nama Pemilik Terakhir | : | BPCB DIY |
Nama Pengelola | : | BPCB DIY |