Loading

Pesanggrahan Ambarbinangun

Status : Situs Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Pesanggrahan Ambarbinangun dibangun oleh Sultan Hamengkubuwono VI (1855 – 1877) sebagai tempat peristirahatan. Pesanggrahan Ambarbinangun menghadap arah utara. Pesanggrahan ini awalnya memiliki enam halaman yang dihubungkan dengan pintu dan gapura yang masing-masing halamannya dibatasi oleh tembok pagar yang terbuat dari bata yang diplester.

Pesanggrahan ini terdiri dari beberapa bangunan dan struktur, yaitu Dalem Ageng, Gedhong Pecaosan, kolam pemandian, Bangsal Dhahar, Bangsal Panggung, Gedhong Papak, pagar keliling, dan tugu prasasti. Beberapa bagian bangunan dan struktur pesanggrahan seperti Dalem Ageng, Gedhong Pecaosan, dan Bangsal Dhahar telah difungsikan dalam kompleks Pondok Pemuda.

Enam halaman Pesanggrahan Ambarbinangun saat ini sudah tidak dapat diketahui batas-batasnya. Sebagian halaman tersebut telah menjadi satu kompleks Pondok Pemuda, sementara bagian lainnya berada di luar pagar tembok keliling baru yang dibangun oleh Pondok Pemuda. Bangunan dan struktur Pesanggrahan Ambarbinangun yang telah diubah bentuknya, sekarang dimanfaatkan untuk Pondok Pemuda, antara lain:

a. Dalem Ageng

Dalem Ageng merupakan inti dari Pesanggrahan Ambarbinangun. Dalem Ageng menghadap ke arah utara dan membujur ke arah barat. Bangunan ini berdenah empat persegi panjang dengan ukuran panjang 19,75 m dan lebar 13 m. Atap bangunan berbentuk limasan. Emperan bangunan merupakan ruang terbuka tanpa dinding. Atap Dalem Ageng ditopang oleh tiang-tiang besi bulat berdiameter 10 cm dengan tinggi 2,75 m sebanyak 18 buah. Bagian tengah bangunan berdinding tembok. Di dalamnya terdapat gang yang memisahkan masing-masing dua kamar di sisi barat dan sisi timur. Masing-masing kamar tersebut berukuran panjang 5 m dan lebar 3,5 m. Sekarang di setiap kamar terdapat sebuah pintu dan sebuah jendela dari bahan tripleks (kemungkinan pintu dan jendela dulunya terbuat dari bahan kayu). Di atas setiap pintu terdapat hiasan cakra (ukiran kayu berbentuk anak panah yang mengarah ke tengah). Lantai ruangan dan lantai emper terbuat dari ubin tegel, sedangkan langit-langit kamar terbuat dari eternit. Kerangka atap berbentuk kuda-kuda berbahan kayu jati. Di depan Dalem Ageng terdapat bangunan kuncungan yang disangga oleh empat tiang besi. Dalem Ageng saat ini difungsikan sebagai ruang administrasi Pondok Pemuda.

b. Kolam Pemandian

Kolam pemandian terletak di sebelah selatan Dalem Ageng dan membujur ke arah selatan. Kolam ini berukuran panjang 20,2 m, lebar 13,6 m. Kolam terbagi menjadi dua bagian, yakni kolam berpeneduh dan kolam terbuka. Kolam berpeneduh berukuran panjang 6 m, lebar 13,6 m, dan kedalaman 1,25 m. Kolam terbuka berukuran panjang 15,8 m, lebar 13,6 m dan kedalaman 1,75 m. Kedua kolam tersebut dipisahkan oleh tembok turunan sedalam 0,5 m. Terdapat lima anak tangga yang digunakan untuk turun ke kolam. Saluran air pengisian kolam terletak di sudut barat laut, sedangkan saluran pembuangannya berada di selatan. Atap peneduh kolam ditopang oleh tiang besi sebanyak 8 buah, dengan 4 tiang di antaranya menyatu dengan tiang emper Dalem Ageng. Kerangka atap dari kayu jati, dan ditutup genteng. Saat ini kolam pemandian, lantai dasarnya telah dilapisi keramik putih berukuran 30x30 cm. Kolam terbuka telah diberi dinding bata yang diplester di ketiga sisinya. Sisi yang memisahkan kolam berpeneduh dan terbuka diberi dinding yang terbuat dari tripleks. Kolam terbuka juga telah diberi atap genteng. Bentuk atap bergaya limasan. Kolam pemandian saat ini telah dimanfaatkan sebagai tempat salat Pondok Pemuda.

c. Gedhong Pecaosan

Gedhong Pecaosan terletak di sisi tenggara Dalem Ageng dan membujur ke arah timur. Bangunan ini berdenah empat bersegi panjang dengan ukuran 16,8 m dan lebar 8,8 m. Atap Gedhong Pecaosan berbentuk limasan. Emperan Gedhong Pecaosan merupakan ruang terbuka berukuran lebar 2,2 m yang ditopang oleh tiang-tiang besi sebanyak 15 buah. Masing-masing tiang tingginya 2,8 m. Bangunan di tengah gedhong berdinding tembok dengan ukuran panjang 12 m dan lebar 4 m. Di dalamnya terdapat tiga buah kamar dan sebuah kamar mandi serta kakus. Pintu masing-masing kamar terbuat dari tripleks. Di atas setiap pintu terdapat hiasan cakra. Lantai emperan dan ruangan diperhalus dengan semen. Langit-langit gedhong terbuat dari bahan eternit. Kerangka atap berbentuk kuda-kuda dari kayu jati dan ditutup dengan genteng dan bubungan yang terbuat dari seng. Saat ini Gedhong Pecaosan dimanfaatkan sebagai rumah penjaga Pondok Pemuda dan gudang.

d. Bangsal Dhahar

Bangsal Dhahar terletak di sisi barat daya Dalem Ageng dan di sebelah barat kolam. Bangsal Dhahar berdenah empat persegi panjang dan membujur ke arah barat. Ukuran Bangsal Dhahar 9,2 m x 17,6 m. Atap bangunan berbentuk limasan yang ditopang 8 tiang besi utama dan 16 tiang besi pendukung. Bangunan ini berupa emperan terbuka. Lantai Bangsal Dhahar berbahan ubin tegel. Langit-langit bangunan berupa papan jati. Atapnya dari genteng yang dipasang pada konstruksi berbentuk kuda-kuda. Pada saat ini Bangsal Dhahar dimanfaatkan sebagai ruang pertemuan dan diskusi Pondok Pemuda.

e. Bangsal Panggung

Bangsal Panggung merupakan bangunan berlantai dua tanpa dinding yang berada di sebelah selatan Bangsal Dhahar. Bangunan ini membujur arah utara-selatan, berbentuk persegi panjang berukuran 12 m x 9 m dengan atap limasan. Ukuran dan bahan lantai pertama dan kedua Bangsal Panggung berbeda. Ukuran lantai bawah panjangnya 12 m dan lebar 6,5 m dan bahannya berupa plesteran semen, sementara lantai atas berukuran 12 m dan lebar 9 m serta bahannya dari papan kayu jati. Tiang penyangga ruang atas berupa pilar-pilar bata berukuran panjang 0,9 m, lebar 0,4 m, dan tinggi 2,4 m. Kerangka atap dari papan kayu jati. Tiang penyangga atap terdiri dari 10 tiang utama dan 18 tiang emper yang tingginya 2 m. Terdapat tangga terbuat dari kayu jati yang terletak di sisi barat dan timur bangunan. Bangsal Panggung saat ini tidak dimanfaatkan dan keadaannya kurang terawat.

f. Gedhong Papak

Gedhong Papak merupakan bangunan kamar mandi dan kakus yang terletak di sisi barat laut Bangsal Panggung. Gedhong Papak memiliki enam buah bilik kamar mandi dan kakus. Gedhong Papak berada di bawah permukaan tanah sedalam 1,8 m. Jalan menuju gedhong berada di sisi timur dan utara. Saat ini Gedhong Papak hanya diketahui dari sisa reruntuhan bangunannya saja. Gedhong Papak telah ditimbun dengan tanah dan dijadikan tempat untuk mengumpulkan dan membakar sampah Pondok Pemuda. Kondisi sekarang hanya sebagian saja yang tampak di permukaan.

g. Tugu Prasasti

Letak tugu prasasti berada di sebelah utara Gedhong Dalem. Tugu prasasti berjumlah dua buah yang masing-masing berderet ke arah timur. Kedua tugu berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 0,9 m x 0,9 m dengan tinggi 2,7 m. Tugu terbuat dari pasangan bata yang diplester dengan hiasan padma, pelipit, kumuda (teratai putih), dengan puncak berbentuk kuncup teratai. Tugu di sebelah barat pada dinding sisi selatan terdapat tulisan berbahasa dan berhuruf Jawa berbunyi: “dadosipun kalangenan ndalem ing ngambarbinangun wulan sakban tahun be sinengkalan tirta haslira sabdaning ratu, HB ping 6”. Tugu di sebelah timur terdapat tulisan latin berbunyi “Ngambar Binangon Z.H. de Sultan VII-1850”.

h. Saluran Air

Saluran air terletak di sebelah barat tugu prasasti, membujur ke utara. Saluran air terbuat dari bata yang diplester. Ukuran saluran, lebar 20 cm dan kedalaman 40 cm yang dilengkapi dengan bak-bak penyaringan di ujung selatan. Saat ini saluran air tidak difungsikan lagi.

Status : Situs Cagar Budaya
Periodesasi : Tradisional Jawa
Tahun : 1855
Alamat :

SK Walikota/Bupati : KepBup Bantul Nomor 416 Tahun 2017


Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi
Tebal
Diameter
Berat
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Tokoh : Sultan Hamengkubuwono VI
Peristiwa Sejarah : Pesanggrahan Ambarbinangun dibangun oleh seorang pengusaha Belanda bernama Wenschang pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VI. Nama Ambarbinangun berasal dari kata “ambar” yang berarti harum dan “binangun” dari kata dasar bangun, arti keseluruhan yaitu suatu tempat yang dibangun dengan cita rasa keharuman dan keasrian. Pesanggrahan tersebut dibangun pada bulan Sya’ban tahun Be 1784 Jawa (1855), ditandai dengan candrasengkala, tirta haslira sabdaning ratu. Maknanya yaitu suatu pembuatan tempat pemandian, petirtaan, dan pesanggrahan atas titah raja. Di sekitarPesanggrahan Ambarbinangun, mudah didapatkan sumber air karena dekat dengan Sungai Bedog. Pesanggrahan Ambarbinangun kemudian disempurnakan pada masa Hamengku Buwana VII pada tahun 1850 Jawa (1920 M). Pesanggrahan ini difungsikan sebagaimana peruntukannya sampai dengan awal pemerintahan Hamengku Buwana IX. Pada tahun 1940-an Hamengku Buwana IX dengan beberapa pejabat Belanda melakukan pesiar ke Pesanggrahan Ambarbinangun. Kemudian pada masa penjajahan Jepang, pesanggrahan dimanfaatkan sebagai pusat pelatihan keibodan dan seinendan.Pada masa Perang Kemerdekaan II (1948-1949) salah satu gedung digunakan sebagai gudang obat-obatan dan senjata tentara Republik Indonesia. Setelah kemerdekaan, Pesanggrahan Ambarbinangun pernah dijadikan sebagai Kantor Bupati Bantul (1949-1952), Kantor Kapenewon Kasihan (1952-1964) dan asrama Latihan Kemiliteran Pegawai Sipil.
Nilai Sejarah : 1) Merupakan salah satu tinggalan pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VI (tahun 1855 – 1877) 2) Pesanggrahan Ambarbinangun sebagai saksi sejarah pada masa Perang Dunia II menjadi salah satu tempat untuk gudang obat-obatan dan senjata tentara Republik Indonesia. Setelah kemerdekaan, pesanggrahan ini pernah dijadikan sebagai Kantor Bupati Bantul (1949-1952), Kantor Kapanewon Kasihan (1952-1964) dan Asrama Latihan Kemiliteran Pegawai Sipil.
Nilai Ilmu Pengetahuan : 1)  Pesanggrahan Ambarbinangun dapat menjadi rujukan untuk mengetahui teknologi rancang bangun. 2) Merupakan bukti arkeologis bagi arsitektur bergaya campuran, yaitu bangunan yang menunjukkan ciri-ciri arsitektur Eropa dan unsur arsitektur lokal Jawa. 3) Ciri gaya arsitektur campuran pada Pesanggrahan Ambarbinangun antara lain terdapat pada Dalem Ageng sudah tidak ada senthong; pintu dan jendela berukuran besar dengan menggunakan dua model krepyak daun sehingga memungkinkan pencahayaan alami dan pergantian udara di dalam ruangan menjadi lebih baik; atap menggunakan tipe joglo, limasan, dan kampung dengan modifikasi. 4) Ciri teknik bangunan Jawa dapat dilihat pada penggunaan bligon pada plesteran, tipe atap joglo, limasan, dan kampung serta penggunaan unsur kayu, genteng dan bubungan dari seng dengan hiasan badhongan.
Nilai Pendidikan : Sebagai pembelajaran masyarakat umum dan peserta didik tentang perkembangan sejarah Yogyakarta. Pada akhirnya hal itu dapat memberikan inspirasi bagi pendidikan karakter bangsa.
Nilai Budaya : 1) Ciri-ciri yang sudah disebutkan pada uraian sub b merupakan bukti adanya percampuran budaya pada bangunan Ambarbinangun. 2) Pesanggrahan Ambarbinangun juga berperan penting sebagai pusat kegiatan kesenian dan budaya pada masa lalu.
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : -
Pengelolaan
Nama Pengelola : Balai Pemuda dan Olahraga (BPO)
Catatan Khusus : Koordinat SK : 110o 20’ 5” LS dan 7o 48’ 50” BT