Arca digambarkan sebagai berikut :
1. Arca tidak dalam keadaan utuh, tinggal separuh. Bagian perut ke bawah hilang.
2. Mahkota berbentuk jatamakutha, atau pilinan rambut (gelung) yang dibentuk menjadi serban atau mahkota. Pada bagian tepi bawah mahkota terdapat jamang.
3. Kedua kelopak mata sedikit terbuka dengan arah pandang ke depan agak ke bawah.
4. Kedua telinga terdapat anting-anting yang panjang atau kundala.
5. Pada bagian leher terdapat hara atau kalung. Kalung berbentuk untaian mutiara.
6. Tangan berjumlah 4, belakang kiri membawa camara atau kipas penghalau lalat, dalam pengarcaan digambarkan seperti agni yang bagian pucuknya lebih panjang. Tangan kanan memegang aksamala atau tasbih.
Tangan kiri depan membawa nilotpala atau teratai biru sedangkan tangan kanan depan patah.
7. Tangan memakai kankana atau gelang.
8. Kedua lengan tangan depan memakai keyura atau kelat bahu.
9. Pada bagian bahu kiri menjuntai ke tengah dada terdapat selempang tali suci sebagai pertanda kedudukan kasta atau upawita.
10. Pada bagian perut memakai sabuk dari untaian mutiara.
Keterawatan | : | / |
Dimensi Benda | : |
Panjang - Lebar 25 Tinggi 47 Tebal 12 Diameter - Berat - |
Peristiwa Sejarah | : | Dalam mitologi, dewa seperti juga manusia mempunyai istri dan anak. Sakti, secara umum mempunyai pengertian kekuatan atau energi efektif yang dimiliki para dewa. Energi tersebut dipersonifikasikan dalam wujud aspek feminin dari dewa yang bersangkutan. Dalam perkembangannya, sakti kemudian diwujudkan sebagai istri dewa, yang berperan mendampingi dewa melaksanakan berbagai tugas yang diembannya. Kitab-kitab Purana menyebutkan bahwa Siwa mempunyai sakti dalam berbagai wujud sesuai dengan perwujudan Siwa sendiri. Perwujudan tersebut selalu disesuaikan dengan sifatnya yang ganda, yaitu ada yang berwujud santa, dan ada pula yang rudra (Dowson, 1953 : 86-87) Dalam wujudnya yang santa, sakti Siwa dikenal dengan nama Parwati. (Dowson, 1953: 86, Liebert, 1976 : 215).Parvati adalah sakti Siwa dalam kedudukannya sebagai Mahadewa. Disebut Parvati karena ia adalah putri raja Gunung Parwataraja. Sebutan lain Parvati dalam kaitannya sebagai putri raja gunung adalah Girija dan Sailaja, menurut mitologinya ia adalah pemuja Siwa yang setia dan taat. Sejak keci, Parvati selalu melakukan meditasi dan pemujaan terhadap Siwa. Kesetiaan Parvati pada Siwa tersebut karena ia adalah perwujudan Sati, yaitu Sakti Siwa yang karena kesetiannya rela mengorbankan dirinya terjun ke dalam api untuk membela kehormatan Siwa.Di India, Parvati mempunyai kedudukan yang istimewa dan termasuk populer di antara para penganut sekte Siwa, antara lain ditunjukkan melalui banyaknya perwujudan Parvati. Setidaknya terdapat kurang dari 24 bentuk perwujudan Parvati. Diantara ke-24 perwujudan Parvati tersebut, terdapat Durga yang dipercaya sebagai salah satu perwujudan agresif Parvati.Berbeda dengan di India, pada Masa Jawa Kuna, pengarcaan Durga lebih populer dibandingkan dengan Parvati. Perwujudan Parvati dalam bentuk ikon sangatlah sedikit dibandingkan Durga. Durga memiliki kuantitas dan kualitas ikon yang lebih banyak selama kurun Jawa Tengah Kuna. Penggambaran Parvati yang dijumpai pada periode Jawa Tengah Kuna adalah penggambarannya yang berpasangan dengan Siwa, misalnya adalah Siwa-Parvati yang berasal dari Dieng, Gua Sepalwan (Puworejo), Candi Mantup, dan dari Klaten. Penggambaran pasangan ini juga cukup populer di India, yang menjadi simbol kesetiaan keluarga. Dari hasil perkawinanya dengan Siwa, Parvati mendapatkan 2 putra yaitu Ganesa dan Skanda atau Kartikeya. |
Nilai Sejarah | : | Arca Parvati BG.353 dari Nglemuru, Jatiayu, Karangmojo, merupakan bukti perkembangan kebudayaan agama Hindu pada abad 8-10 M di wilayah Kabupaten Gunungkidul. |
Nilai Ilmu Pengetahuan | : | Arca Parvati BG.353 dari Nglemuru, Jatiayu, Karangmojo, mempunyai nilai penting bagi ilmu pengetahun khususnya bagi ilmu arkeologi, seni, dansejarah budaya, serta dapat digunakan sebagai kajian tentang rekonstruksi sejarah budaya masa Klasik. |
Nilai Pendidikan | : | Arca Parvati BG.353 dari Nglemuru, Jatiayu, Karangmojo, merupakan bukti konkret hasil karya budaya masa Klasik, yang dapat digunakan sebagai objek pembelajaran bagi masyarakat khususnya ilmu arkeologi, sejarah, dan budaya. |
Nilai Budaya | : | Dari segi kebudayaan, eksistensi Arca Parvati BG.353 dari Nglemuru, Jatiayu, Karangmojo, tersebut membuktikan bahwa Gunungkidul memiliki kebudayaan masa Klasik Jawa Tengah (abad 8-10 M) sehingga memperkaya khasanah budayanya. |
Nama Pemilik Terakhir | : | Pemerintah |
Nama Pengelola | : | Museum Ullen Sentalu |
Alamat Pengelola | : | Jl. Boyong Km 25, Kaliurang Barat |