Konteks |
: |
Situs Sokoliman dan Situs Gondang di Kecamatan Karangmojo merupakan situs prasejarah masa Megalitikum dengan tinggalan arkeologisnya berupa arca megalitik, kubur peti batu, fragmen menhir, Fragmen kubur peti batu, dan menhir. Kedua Situs tersebut saat ini digunakan juga sebagai penampungan temuan benda-benda cagar budaya masa megalitik dari seluruh wilayah Kecamatan Karangmojo. Wilayah Sokoliman, Gunungbang, Gondang, dan Ngawis di Kecamatan Karangmojo dikenal memiliki banyak peninggalan Budaya Megalitik. Istilah megalitik dikenal untuk menyebutkan salah satu budaya yang menggunakan batu-batu besar sebagai sarananya. Benda-benda batu tersebut dibuat dengan tujuan sakral seperti pemujaan terhadap nenek moyang. (Prasetyo B., 2015: 12) Pendukung tradisi megalitik percaya bahwa arwah nenek moyang yang telah meninggal, masih hidup terus di dunia arwah. Mereka juga percaya bahwa kehidupan mereka sangat dipengaruhi oleh arwah nenek moyang. Kemanan, kesehatan, kesuburan dan lain-lain sangat dipengaruhi oleh bagaimana perlakuan mereka terhadap arwah nenek moyang yang telah meninggal. Dengan perlakuan yang baik, mereka mengharapkan perlindungan sehingga selalu terhindar dari ancaman bahaya. (Sukendar, 1996: 1)Pada masa Megalitikum, kubur peti batu digunakan sebagai wadah penguburan secara primer, sedangkan menhir merupakan perwujudan tokoh yang telah meninggal dunia. Menhir juga berfungsi sebagai media pemujaan kepada roh nenek moyang dan sebagai tanda peringatan. Peninggalan budaya masa lalu di Sokoliman merupakan peninggalan Budaya Megalitik yang memiliki keistimewaan terutama pada pengarcaan menhir dan kubur peti batu.Sejak zaman penjajahan Belanda, keberadaan situs-situs Megalitikum di Gunungkidul telah menarik ahli-ahli arkeologi, antara lain arkeolog Belanda bernama JL. Moens pada tahun 1934, kemudian Van der Hoop ( Heekeren, 1951:51 dalam Sumiati AS, 1980: 27) . Kemudian pada tahun 1968 Haris Sukendar melakukan pengamatan kembali terhadap obyek-obyek penelitian Van Der Hoop (Sumiati AS, 1980: 27).Kegiatan penyelamatan dan penelitian terhadap benda-benda Megalitik terus dilakukan. UGM melalui kegiatan PTKA telah mengadakan kajian strategis di wilayah kecamatan Karngmojo sejak tahun 2000. Kemudian BPCB DIY telah mengadakan kegiatan penyelamatan benda-benda hasil budaya Megalitikum di wilayah Sokoliman, Ngawis dan sekitarnya sejak tahun 1982. Kegiatan yang telah dilakukan diantaranya adalah dengan melakukan pengamanan, inventarisas, dan pemetaan. Untuk kegiatan pengamanan, Situs Sokoliman, Situs Gondang, dan Situs Bleberan sebagai Situs Megalitikum sekaligus digunakan sebagai lahan penampungan benda cagar budaya lepas (menhir, fragmen, arca, dsb). Meski tidak menutup kemungkinan masih banyaknya temuan lepas berupa fragmen megalitik yang masih terdapat di permukiman warga, kegiatan registrasi, inventarisasi yang dilanjutkan dengan kegiatan her-registrasi dan her-inventarisasi terus dilakukan. Benda-benda tersebut umumnya terdapat di permukiman warga namun telah memiliki data berupa nomor inventarisasi. Fragmen menhir D19 Penampungan Sokoliman merupakan salah satu benda peninggalan Megalitik yang diamankan di Penampungan Sokoliman. |