Fragmen Kubur Peti Batu D 28 diketemukan di pekarangan halaman rumah Bapak Sugito (Juru Pelihara BPCB DIY). Menurut penjelasan Bapak Sugito, Fragmen Kubur Peti Batu D 28 merupakan sebuah lempeng batu penutup dari sebuah Struktur Kubur Peti Batu yang rusak dan batu-batunya berserakan di pekarangan rumahnya. Dijelaskan lebih lenjut oleh beliau, fragmen tersebut berserakan di lokasi tersebut sejak beliau masih kecil. Dengan alasan untuk dijadikan lahan pertanian atau tegalan, batu-batu fragmen kubur peti batu tersebut kemudian dipinggirkan dan di susun dengan batu yang lain sedemikian rupa menjadi talud penahan tanah.
Fragmen Kubur Peti Batu D 28 merupakan sebuah lempeng batu yang relatif masih utuh, memiliki bentuk balok, dan pada bagian tepi terdapat pengerjaan Sponningen (takikan). Posisi Batu berada di tepi talud beserta dengan beberapa temuan batu Magalitik. Permukaan batu yang rata menunjukkan bahwa pada masa lalu Fragmen Kubur Peti Batu D24 dibuat dengan teknik pekerjaan yang sangat baik.
Bahan Pendamping | : | Batu putih (Batu Kapur) |
Keterawatan | : | / |
Dimensi Benda | : |
Panjang 220 Lebar 70 Tinggi Tebal 14 Diameter Berat |
Bahan Pendamping | : | Batu putih (Batu Kapur) |
Peristiwa Sejarah | : | Situs Sokoliman di Kecamatan Karangmojo merupakan situs Prasejarah masa Megalitikum dengan tinggalan arkeologisnya berupa Kubur Peti Batu, arca Menhir, dan Menhir. Pada masa Megalitikum, Kubur Peti Batu digunakan sebagai wadah penguburan secara primer, sedangkan Menhir merupakan perwujudan tokoh yang telah meninggal dunia. Kubur Peti Batu juga berfungsi sebagai media pemujaan kepada roh nenek moyang dan sebagai tanda peringatan. Peninggalan budaya masa lalu di Gondang dan Ngawis masih merupakan bagian kawasan Budaya Megalitikum Sokoliman yang memiliki keistimewaan terutama pada bentuk Kubur Peti Batu yang memiliki teknik Sponingen atau takikan. Sponingen atau takikan pada lempeng batu kubur berupa pahatan lurus membujur pada salah satu sisi (tepi batu) yang memiliki fungsi sebagai pengikat atau pengunci lempeng batu yang lain ketika dipasang.Wilayah Sokoliman dikenal memiliki banyak peninggalan Budaya Megalitik. Istilah Megalitik dikenal untuk menyebutkan salah satu budaya yang menggunakan batu-batu besar sebagai sarananya. Benda-benda batu tersebut dibuat dengan tujuan sakral seperti pemujaan terhadap nenek moyang. (Prasetyo B., 2015: 12) Pendukung tradisi Megalitik percaya bahwa arwah nenek moyang yang telah meninggal, masih hidup terus di dunia arwah. Mereka juga percaya bahwa kehidupan mereka sangat dipengaruhi oleh arwah nenek moyang. Keamanan, kesehatan, kesuburan dan lain-lain sangat dipengaruhi oleh bagaimana perlakuan mereka terhadap arwah nenek moyang mereka yang telah meninggal. Dengan perlakuan yang baik, mereka mengharapkan perlindungan sehingga selalu terhindar dari ancaman bahaya. (Sukendar, 1996: 1)Sejak zaman Belanda, keberadaan situs-situs Megalitikum di Gunungkidul telah menarik ahli-ahli arkeologi, antara lain arkeolog Belanda bernama JL. Moens pada tahun 1934, kemudian Van der Hoop ( Heekeren, 1951:51 dalam Sumiati AS, 1980: 27) . Kemudian pada tahun 1968 Haris Sukendar melakukan pengamatan kembali terhadap obyek-obyek penelitian Van Der Hoop (Sumiati AS, 1980: 27). Kegiatan penyelamatan dan penelitian terhadap benda-benda Megalitik terus dilakukan. UGM melalui kegiatan PTKA telah mengadakan kajian strategis di wilayah kecamatan Karangmojo sejak tahun 2000. Kemudian BPCB DIY telah mengadakan kegiatan penyelamatan benda-benda hasil budaya Megalitikum di wilayah Sokoliman, Ngawis dan sekitarnya sejak tahun 1982. Kegiatan yang telah dilakukan diantaranya adalah dengan melakukan pengamanan, inventarisasi, dan pemetaan. Untuk kegiatan pengamanan, Situs Sokoliman, Situs Gondang, dan Situs Bleberan sebagai Situs Megalitikum sekaligus digunakan sebagai lahan penampungan benda cagar budaya lepas (Menhir, Fragmen, arca, dsb). Meski tidak menutup kemungkinan masih banyaknya temuan lepas berupa Fragmen Megalitik yang masih terdapat di permukiman warga, kegiatan heregistrasi dan herinventarisasi terus dilakukan. Benda-benda tersebut umumnya terdapat di permukiman warga namun telah memiliki data berupa nomor inventarisasi. Seperti temuan Fragmen Kubur Peti Batu di pekarangan Bapak Sugito, di Sokoliman 2, Sokoliman, Kecamatan Karangmojo.Fragmen Kubur Peti Batu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari budaya Megalitikum yang pernah berkembang dan hidup di Gunungkidul. Temuan Fragmen Kubur Peti Batu dengan nomer inventaris D 28 merupakan temuan arkeologis penting yang menyimpan informasi bagi sejarah perkembangan budaya Megalitikum. Untuk itu perlu diadakan kegiatan penelitian dan penyelamatan terhadap benda-benda tersebut sebelum mengalami kerusakan bahkan kehilangan. |
Nilai Sejarah | : | Fragmen Kubur Peti Batu D28 Pekarangan Bapak Sugito, di Sokoliman 2, Sokoliman, Karangmojo, merupakan bukti perkembangan kebudayaan manusia Prasejarah di wilayah Yogyakarta. |
Nilai Ilmu Pengetahuan | : | Fragmen Kubur Peti Batu D28 Pekarangan Bapak Sugito, di Sokoliman 2, Sokoliman, Karangmojo, mempunyai nilai penting bagi ilmu pengetahun khususnya bagi ilmu arkeologi, dan sejarah. Fragmen Kubur Peti Batu sebagai bagian dari struktur kubur peti batu dapat digunakan sebagai kajian tentang rekonstruksi budaya masa lampau manusia pada zaman Prasejarah sebelum mengenal agama. Adanya teknik sponningan pada kubur peti batu yang diketemukan di Karangmojo tersebut menunjukkan suatu ciri atau jenis yang unik. Hal ini membuktikan bahwa teknik pengerjaan sponningan kubur peti batu di Gunungkidul tidak terdapat di tempat yang lain. |
Nilai Pendidikan | : | Fragmen kubur peti batu sebagai bagian dari struktur Kubur Peti Batu merupakan bukti konkret hasil karya peradaban Masa Prasejarah di Indonesia, yang dapat digunakan sebagai objek pembelajaran bagi masyarakat khususnya ilmu Arkeologi, sejarah, dan budaya. |
Nilai Budaya | : | Dari segi kebudayaan, eksistensi kubur peti batu tersebut membuktikan bahwa Gunungkidul memiliki kebudayaan yang lebih tua sehingga memperkaya khasanah budaya Indonesia, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta |
Nama Pemilik Terakhir | : | BPCB DIY |
Nama Pengelola | : | BPCB DIY |