Loading

Rumah Tradisional Pairah Martodiharjo

Status : Bangunan Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Rumah Tradisional Pairah Martodiharjo terletak di tengah-tengah pemukiman di Padukuhan Piyaman 1. Rumah tersebut menghadap ke arah selatan. Akses menuju rumah Pairah Martodiharjo harus melalui jalan kampung sejauh kurang lebih 50 meter dari jalan utama di Desa Piyaman. Bangunan rumah yang di pekarangan Rumah Pairah Martodiharjo terdiri bangunan omah ngarep, omah tengah, omah mburi, dan pawon atau dapur. Jika diperhatikan dari depan bangunan rumah Pairah Martodiharjo bentuknya cukup sederhana. Pada bagian omah ngarep berbentuk kampung dengan muka bangunan dibuat dari bahan tembok. omah ngarep, omah tengah dan dapur memiliki bentuk bangunan dengan atap bertipe Kampung. Sementara Bangunan omah tengah memiliki bentuk atap bertipe limasan. Seluruh bangunan rumah Pairah Martodiharjo didirikan di atas tanah yang ditinggikan dengan talud atau penahan tanah dari batu.
Sejarah Rumah Tradisional Pairah Martodiharjo diyakini oleh penduduk desa Piyaman memiliki keterkaitan dengan Demang Wonopawiro – seorang tokoh sentral dalam kisah Babad Alas Nongko Doyong. Demang Wonopawiro dalam kisah tersebut diduga hidup dan tinggal di Desa Piyaman pada awal Abad ke 19. Sebagai seorang Demang, Wonopawiro meninggalkan harta warisan berupa tanah, rumah, dan berbagai peninggalan barang pusaka (keris dan tombak) yang masih dirawat dengan baik oleh anak keturunanya. Rumah Pairah Martodiharjo saat ini ditempati oleh Ibu Pairah (76 tahun – janda alm. Martodiharjo), beserta anak-anaknya. Berdasarkan Silsilah Keluarga, Ibu Pairah merupakan keturunan Demang Wonopawiro atau generasi yang ke-5. (Lihat foto 17. Daftar silsilah keluarga Demang Wonopawiro). Rumah Pairah Martodiharjo diyakini oleh seluruh keluarga besar Wonopawiro sebagai tabon atau tempat kediaman asli Demang Wonopawiro semasa masih hidup.
Berdasarkan pengamatan terhadap bangunan yang terdapat di rumah Pairah Martodihajro, maka dapat di deskripsikan sebagai berikut :
1. Omah Ngarep.
Omah Ngarep Rumah Tradisonal Pairah Martodiharjo merupakan bangunan baru, yang dibangun tahun 2001. Menurut penjelasan ahli waris yang bernama Diyono Dirjo Saputro (80 tahun – sepupu Ibu Pairah), sebelum didirikan Omah Ngarep yang sekarang, terdapat bangunan berbentuk Kuncung (mirip Gazebo) di depan omah tengah. Bangunan Kuncung tersebut pernah dibongkar dan dijadikan maejan (nisan dari kayu) makam almarhum Simpluk Atmo Taruno – Ibu dari Ibu Pairah. Namun Maejan tersebut saat ini sudah tidak diketemukan.
Struktur bangunan Omah Ngarep adalah bangunan dengan atap bertipe kampung. Dinding sisi selatan, barat, dan timur di buat dari tembok, sementara dinding sisi utara dibuat dari bahan kayu atau lawang gebyok. Pada bagian depan terdapat emper atau teras. Dinding sisi selatan merupakan bagian depan yang ditandai dengan 3 pintu. Lantai pada bangunan Omah Ngarep terbuat dari semen berspesi. (lihat gambar dan foto)
2. Omah Tengah.
Omah tengah merupakan bangunan bertipe atap limasan srotong. Menurut penjelasan Bapak Diyono, bangunan omah tengah ini merupakan peninggalan dari Demang Wonopawiro asli. Menurut penjelasan beliau, bangunan rumah dulunya terdiri atas 4 rumah bertipe atap limasan yang berderet dari utara ke selatan. Seiring berjalannya waktu, bangunan tersebut satu persatu jatuh ke para ahli waris dan berpindah tempat. Bangunan omah tengah yang masih bisa disaksikan pada saat ini merupakan satu-satunya bangunan yang tersisa dari keempat bangunan limasan di atas.
Lantai omah tengah berupa lantai sesek dari bahan bambu. Sebagian dari sesek bambu tersebut sudah rusak karena faktor usia. Tiang penyangga omah tengah berupa 8 buah saka guru limasan. Masing-masing saka guru tersebut didirikan di atas umpak batu dari bahan batu putih (batu Kapur) berbentuk balok. Dinding omah tengah dibuat dari kayu yang berbentuk lawang gebyok. Lawang gebyok juga digunakan sebagai penyekat untuk ruangan pada bagian omah tengah. Struktur penyangga atap Limasan terdiri atas blandar dan ander. Sebagai penutup, genteng berupa genteng keripik. Sementara bubungan atau wuwung menggunakan genteng wuwung.
Omah tengah dianggap sebagai bangunan asli yang perlu untuk dilestarikan. Berdasarkan pengamatan di lokasi, bangunan omah tengah ini kondisinya kurang terawat, karena faktor usia. Pada saat TACB Gunungkidul meninjau ke lokasi, bisa diketahui bahwa perbaikan yang ada hanya dilakukan sekedarnya oleh pemilik rumah tersebut.
3. Omah Mburi.
Omah Mburi merupakan bangunan baru yang didirikan pada tahun 1997. Menurut penjelasan Ibu Pairah, omah mburi semula adalah bangunan dengan tipe atap limasan yang diwariskan kepada salah seorang anaknya yang tinggal di Banguntapan, Bantul. Sesaat setelah omah Limasan tersebut di boyong ke Bantul, omah mburi dibangun kembali.

Status : Bangunan Cagar Budaya
Periodesasi : Tradisional Jawa
Nama Lainnya : Rumah Kampung Limasan
Alamat : Dusun Piyaman 1, RT 004 / RW 001, Piyaman, Wonosari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
7.9317381498755° S, 110.59122439455° E

SK Walikota/Bupati : R0055/TACBGK/04/2019


Lokasi Rumah Tradisional Pairah Martodiharjo di Peta

Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi
Tebal
Diameter
Berat
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Jenis Struktur : Tradisional
Dimensi Struktur
Jenis Bangunan : Tradisional
Fungsi Bangunan : Rumah/Permukiman
Komponen Pelengkap :
  1. Pintu,Diganti
  2. Ventilasi,Asli
  3. Jendela,Asli
  4. Kolom/Tiang,Asli
  5. Lantai,Asli
  6. Atap,Ditambahkan
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Deskripsi Fasad : Fasad bangunan kini berupa teras yang ditinggikan, pada masa lalu bagian teras merupakan Kuncungan yang lazim ditemukan dalam arsitektur jawa masa lalu di Gunungkidul. Dinding depan merupakan tembok tambahan karena pada mulanya bagian depan Rumah adalah teras terbuka yang kemudian hari ditutup mengunakan tembok pada sisi selatan, timur dan barat. Terdapat dua jenis pintu pada bagian fasad. Pintu tungal pada sisi kanan dan kiri dan pintu dengan empat daun pintu berada di tengah dan difungsikan sebagai pintu utama.
Deskripsi Jendela : terdapat juga tiga buah jendela dan sebuah susunan roster di dinding. Terdapat dua jenis jendela pada bagian ini, yakni jendela dengan kaca nako serta jendela gabungan kaca nako dan kaca biasa. Jendela dengan kaca nako hanya terdapat pada dindingUntuk jenis kaca sendiri, seluruh jendela di omah ngarep menggunakan kaca film. Pada bagian atas jendela yang berada di dinding selatan omah ngarep selalu terdapat ventilasi. Keberadaan jendela juga dapat ditemui pada bagian gebyok di sisi selatan. Jendela ini tidak memiliki daun pintu, namun memiliki tralis dari kayu.
Deskripsi Pintu : Terdapat tiga buah jenis pintu yang digunakan sebagai akses masuk. Ketiga pintu tersebut menggunakan bahan utama berupa kayu. Pintu sisi barat dan timur terdiri dari daun pintu tunggal, gawangan (frame) dan ventilasi. Pintu bagian tengah terdiri dari empat buah daun pintu, gawangan (frame), dan ventilasi. Seluruh komponen daun pada pintu barat, tengah dan timur memiliki motif persegi berjumlah delapan dengan warna biru. Pintu juga terdapat pada bagian dinding di sisi utara dan menyatu dengan gebyok. Pintu pada bagian tersebut berjumlah tiga buah. Ketiga pintu tersebut menjadi jalan masuk menuju omah tengah. Pintu memiliki dua daun pintu dengan jenis kupu tarung. Berdasarkan keberadaan lubang pada gawangan bagian bawah, dapat diketahui bahwa pintu dikunci menggunakan gerendel dari sisi dalam. Sementara bagian handle untuk membuka pintu menggakan besi berbentuk lingkaran.
Deskripsi Atap : • Pada bagian teras atap berupa panggangpe dengan penuup atap asbes• Pada bagian omah ngarep atap berupa Kampung dengan penutup atap gendeng kripik.• Pada omah tengah memiliki atap bergaya limasan dengan penutup atap gendeng kripik.• Pada omah mburi memiliki atap bergaya limasan dengan penutup atap gendeng kripik.
Deskripsi Lantai : Lantai pada omah ngarep adalah plesteran semen, pada bagian tengah tanah yang ditutupi dengan anyaman bambu, sedang pada omah mburi lantai sepenuhnya tanah.
Deskripsi Kolom/Tiang : Pada bagian terasan bangunan ini mengunakan kolom beton berjumlah 6 buah. Pada omah tengah dan mburi terdapat dua jenis kolom yaitu saka utama dan saka emper. Berbahan kayu dengan jumlah, 8 buah saka dan 16 saka emper untuk masing-masing omah
Deskripsi Ventilasi : Terdapat 2 buah ventilasi pada bangunan ini, yang pertama adalah ventilasi roster cetak pada sisi timur dan barat omah ngarep dan juga ventilasi yang menyatu dengan gawangan pintu pada sisi selatan.
Jenis Ragam Hias : Ragam hias dapat kita lihat pada dinding kayu (gebyok) pada sisi utara omah ngarep yang menjadi pembatas dengan omah tengah. Hiasan berupa ukiran wayang
Arsitek : Arsitektur Jawa adalah arsitektural Vernakular, yang menggunakan sepenuhnya pengetauan lokal yang didapat secara turun temurun dan bersifat umum di pu
Interior : Bangunan ini dibagi menjadi 4 buah bagian yakni teras, omah ngarep, omah tengah dan omah mburi. Pengunaan anyaman bambu pada lantai memberikan kesan p
Fungsi Situs : Rumah/Permukiman
Fungsi : Rumah/Permukiman
Peristiwa Sejarah : A. Sejarah kepemilikanRumah Tradisional Pairah Martodiharjo diakui oleh masyarakat Desa Piyaman sebagai tempat tinggal Demang Wonopawiro, seorang tokoh pendiri cikal bakal Kabupaten Gunungkidul. Rumah Demang Wonopawiro secara turun temurun digunakan oleh keluarganya. Saat ini ahli waris yang tinggal di rumah ini merupakan keturunan/generasi yang ke-6. Berdasarkan keterangan dari salah seorang Ahli Waris, lahan tempat berdirnya rumah milik Martodiharjo ini sejak semula menjadi tempat tinggal Demang Wonopawiro dan anak keturunannya.Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari ahli waris, maka daftar silsilah kepemilikan rumah adalah sebagai berikut : (1) Demang Wonopawiro  (2) Mangunpawiro / Bagus Gusang  (3) Harjo Dinomo (menikah 3 kali)  (4) Simpluk Atmo Taruno  (5) Pairah + Martodiharjo  Sekarang kepemilikan tanah turun waris ke (6) Sutrisno dan Saliyem. Keduanya merupakan anak kandung dari perkawinan Martodiharjo – Pairah. (Lihat foto 17. Daftar silsilah keluarga Demang Wonopawiro)Secara hukum, sertifikat hak milik masih atas nama Martodiharjo, meskipun demikian, berdasarkan keterangan ahli waris, kepemilikan atas tanah (secara kekeluargaan/lisan) sudah dibagi waris kepada anak dari pasangan Martodiharjo dan Pairah yang bernama Sutrisno dan Suliyem. Ibu Pairah untuk saat ini masih menempati sekaligus merawat rumah Martodiharjo. B. Sejarah BangunanMenurut ahli waris yang bernama Diyono Dirjo Saputro – anak dari Warsinem Pawiro Miyarjo (Kakak Simpluk Atmo Taruno), Rumah Martodiharjo merupakan warisan dari Harjodinomo. Semula Ibu Pairah tinggal di daerah Gading (dulu disebut daerah Sekip). Pada saat pembangunan Bandara Gunungkidul (tidak diketahui tahunnya), Ibu Pairah pindah ke Piyaman 1. Kemudian Ibu Pairah ini dijodohkan dengan Martodiharjo. Antara Pairah dan Martodiharjo sesungguhnya masih memiliki hubungan keluarga. Harjodinomo yang yang menikah 3 kali, merupakan Kakek dari Pairah dan Martodiharjo. Ibu Pairah merupakan cucu Harjodinomo dari istri pertama, sementara Martodiharjo merupakan cucu dari istri ke dua. Rumah Martodiharjo adalah rumah warisan yang diyakini berasal dari Kakek Harjodinomo (Wonopawiro), kemudian pada masa lalu menjadi rumah Harjodinomo. Konon, menurut Ibu Pairah dan Bapak Diyono, keluarga Pairah Martodiharjo merawat Harjodinomo pada masa tua dan kemudian menjadi ahi waris atas sebidang tanah dan rumah Harjodinomo. (Lihat foto 17. Daftar silsilah keluarga Demang Wonopawiro)Menurut Bapak Diyono, semula rumah tersebut terdiri atas sebuah bangunan kuncung (seperti Gazebo) pada bagian depan, Omah Tengah dan Omah Mburi berbentuk atap Limasan, kemudian dapur pada sisi timur. Bangunan kuncung pada bagian depan dibongkar dan dijadikan maejan makam Simpluk Atmo Taruno (tidak ada bekasnya). Pada tahun 1997 omah mburi di boyong ke Banguntapan. Tidak lama setelah itu, dibangun omah mburi yang berbentuk Kampung. Pada tahun 2001 omah ngarep dibangun. Omah ngarep saat ini berbentuk tembok dengan atap Kampung. Omah tengah sejak digunakan oleh keluarga Pairah Martodiharjo tidak pernah mengalami perubahan.Dari penjelasan dan keterangan dari 2 ahli waris di atas, dapat dipastikan bahwa omah tengah secara material merupakan bangunan asli dari Wonopawiro yang perlu dilestarikan karena keberadaanya berkaitan dengan keberadaan Demang Wonopawiro.
Riwayat Penelitian : • Tahun 2020 dilakukan Kajian studi teknis oleh Pemkab Gunungkidul• Tahun 2021 dilakukan pembuatan DED pelestarian oleh Pemkab Gunungkidul
Nilai Sejarah : Rumah Tradisional Martodiharjo memiliki nilai sejarah penting yang diyakini masyarakat Piyaman sebagai rumah tempat tinggal Demang wonopawiro.
Nilai Ilmu Pengetahuan : - Arsitektur dan Arkeologi : bangunan ini mempunyai bentuk yang khas sebagai bangunan dengan ciri arsitektur tradisional Jawa Kerakyatan. - Sosial : menjadi bahan edukasi dan informasi tentang gaya arsitektur rumah tinggal, materi bangunan, filosofi bangunan dan ruang, peruntukan dan pembagian masing-masing ruang, adaptasi dengan iklim, serta fungsinya di dalam interaksi sosial budaya masyarakat pada masa itu
Nilai Pendidikan : - Pengetahuan tentang bentuk-bentuk rumah tradisional Jawa serta pengetahuan tentang budaya masyarakatnya yang memperlihatkan interaksi, filosofi, karya kreatif, bahan/material bangunan yang tersedia pada masa itu, serta tingkatan sosial dari pemilik bangunan
Nilai Budaya : - Memperlihatkan sistem budaya baik interaksi antar anggota keluarga dan sosial masyarakat, maupun memperlihatkan pengetahuan pemilik akan materi bangunan serta filosofinya. - Menjadi obyek pembelajaran kebudayaan terhadap masyarakat yang berkembang di daerah piyaman pada masa lalu, khususnya masa sebelum kemerdekaan
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Ny. Pairah Martodiharjo
Alamat Pemilik : Piyaman 1, RT 04 / RW 01, Kelurahan Piyaman, Kecamatan Wonosari, Kabup
Pengelolaan
Nama Pengelola : Martodihajo
Persepsi Masyarakat : Masyarakat meyakini dan mengamini bangunan ini sebagai peninggalan Demang Wonopawiro, tokoh yang berjasa dalam pembukaan wilayah wonosari yang dulu dikenal dengan Alas Waru Dhoyong.