Loading

Kendil Dalung 02.88 Koleksi Museum Benteng Vredeburg

Status : Benda Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Benda bersejarah ini diserahkan oleh Ibu Mertopawiro kepada Museum Benteng Vredeburg pada tanggal 21 OktoberTahun 1996 dengan kompensasi ganti rugi. Sebagai koleksi Museum Benteng, Kendil Dalung di letakkan di ruang diorama 2 di dalam vitrin no. 2.
Kendil dalung pernah digunakan sebagai alat untuk merebus telur yang disajikan untuk makan malam Jenderal Soedirman sewaktu singgah di rumah Mertopawiro pada saat perang gerilya tahun 1948. Kendil dalung umum digunakan oleh masyarakat pada masa itu untuk memasak nasi dan merebus berbagai makanan. Kendil terbuat dari bahan tembaga, berwarna coklat keemasan (brown gold). Pada bagian bawah kendil masih terdapat noda kehitaman yang berasal dari jelaga, sisa penggunaan sewaktu masih di pakai untuk memasak pada masa lalu. Pada bagian dalam kendil berwarna coklat sedikit kusam. Kondisi kendil sudah aus dan terdapat sebuah lobang pada bagian bawah. Lobang sudah ditambal dengan bahan plastik silikon warna putih untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.


Kondisi Saat Ini : 
Terawat, aman, dan digunakan sebagai barang koleksi Museum Benteng Vredeburg dengan No. Inv. 02.88

Status : Benda Cagar Budaya
Alamat : Rumah Mertopawiro atau Mbah Sayok, Paliyan Tengah RT. 27/ RW. 28,, Karangduwet, Paliyan, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
8.0047222222222° S, 110.50416666667° E

SK Walikota/Bupati : R0061/TACBGK/05/2019


Lokasi Kendil Dalung 02.88 Koleksi Museum Benteng Vredeburg di Peta

Keterawatan : /
Dimensi Benda : Panjang -
Lebar -
Tinggi 28
Tebal -
Diameter 19
Berat -
Ciri Fisik Benda
Warna : Coklat
Ciri Fisik Benda
Warna : Coklat
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Peristiwa Sejarah : Menghadapi agresi militer Belanda yang ke-2, Jenderal Sudirman dalam keadaan menderita sakit TBC memilih berperang gerilya bersama TNI menempuh perjalanan yang jauh dan medan yang sulit. Sejarah mencatat, setelah mengeluarkan Perintah Kilat No. 1/PB/D/48, pada tanggal 19 Desember 1948, Jenderal Sudirman dan TNI memulai perjalanan perang gerilya dari Yogya menuju Kediri. Perjalanan bergerilya selama tujuh bulan dengan menempuh jarak 1.010 km di wilayah Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur saat ini. ( Pribadi, Agus Gunaedi. 2009 : 100)Perjalanan gerilya Jenderal Soedirman bersama TNI dimulai dari kota Yogyakarta pada siang hari. Jenderal Soedirman mengendarai sebuah mobil di dampingi oleh Kapten Parjo, Harsono Cokroaminoto dan Sersan Sakijan (Pengemudi). Tiba di daerah kretek, rombongan Soedirman harus berhenti karena Sungai Opak sedang banjir. Perjalanan terpaksa dilakukan dengan menyebrangi sungai Opak di daerah Kretek-sebelah utara pantai Parangtritis. Kemudian perjalanan Jenderal Soedirman dilanjutkan dengan menggunakan dokar tanpa kuda hingga sampai Duwet, melalui Grogol, Panggang, dan Playen. (Sudjadi, B: 1985 : 112) Tepat pada tanggal 21 Desember tahun 1948 sekitar jam 16.00 datang Jenderal Sudirman beserta pasukannya dari arah selatan. Jenderal Sudirman dipikul dengan menggunakan sebuah tandu berhenti di halaman depan Rumah Mertopawiro. Jenderal Sudirman menunjuk rumah ini sebagai tempat istirahat pasukannya yang kelelahan setelah menempuh perjalanan dengan berjalan kaki. Menurut penuturan Sispardiyo – anak menantu Mertopawiro, penunjukkan rumah Mertopawiro sebagai lokasi istirahat berdasarkan petunjuk mistis Jenderal Sudirman yang didapat sewaktu melewati daerah Kretek Bantul. Petunjuk mistis yang didapat Jenderal Sudirman menyebutkan sebuah tempat yang tepat untuk beristirahat berikutnya adalah rumah yang bagian depan rumahnya belum jadi, berberatap alang alang dan berada sebelah di barat jalan. Rumah Mertopawiro dipandang sesuai dengan petunjuk mistis yang didapat oleh Jandral Sudirman. Sesaat kemudian Jenderal Sudirman memerintahkan pasukannya beristirahat di rumah tersebut. Pada malam hari, salah seorang prajurit memberikan 3 butir telur kepada Mertopawiro. Prajurit tersebut meminta Mertopawiro untuk merebus telur tersebut. Lalu Mertopawiro dan Satem (istrinya) merebus telur di dapur rumahnya menggunakan Kendil Dalung kemudian menyuguhkan kepada Jenderal Sudirman sebagai santapan makan malam beliau. Menjelang tengah malam berlokasi di Omah Tengah, Jenderal Sudirman tidur di atas sebuah dipan dari kayu yang beralaskan galar bambu. Selama berhenti beristirahat di rumah Mertopawiro, Jenderal Sudirman beserta pasukannya menyusun strategi perang gerilya. Berlokasi di Omah Ngarep, Jenderal Sudirman dan beberapa pimpinan pasukannya menggelar sebuah peta melakukan diskusi serius menentukan arah perjalanan yang aman berikutnya menuju Kediri. Jenderal Sudirman dengan penuh perhitungan memutuskan arah perjalanan selanjutnya yaitu Playen, atau ke arah utara dari wilayah Paliyan. Pagi harinya, tepatnya pada tanggal 22 Desember 1948 dinihari, Jenderal Sudirman beserta seluruh Pasukannya meninggalkan Rumah Sayok dan melanjutkan perjalanan Gerilya menuju Playen. Setelah berpindah-pindah di beberapa tempat rombongan Jenderal Sudirman kembali ke Yogyakarta pada tanggal 10 Juli 1949. ( Pribadi, Agus Gunaedi. 2009 : 100)
Nilai Sejarah : Sebagai bukti sejarah peristiwa gerilya Jendral Soedirman melakukan perjalanan gerilya dari Yogyakarta menuju Madiun. Kendil dalung digunakan sebagai alat memasak telur yang digunakan untuk jamuan makan malam Jenderal Soedirman pada waktu tersebut.
Nilai Ilmu Pengetahuan : Kendil Dalung menjadi artefak yang menunjukkan adanya peristiwa sejarah perjuangan bangsa mempertahankan kemerdekaan pada masa agresi Belanda ke 2 tahun 1949.
Nilai Pendidikan : Sebagai obyek pembelajaran bagi generasi muda tentang keteladanan dan semangat juang Jenderal Soedirman dalam mempertahankan kemerdekaan pada masa agresi Belanda ke 2 walaupun dalam kondisi tidak sehat.
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Pemerintah
Pengelolaan
Nama Pengelola : Museum Benteng Vredeburg
Catatan Khusus : UkuranTinggi : 28 CmDiameter Leher : 15 CmDiameter Perut : 19 Cm