Perabot meja dan kursi koleksi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta nomor inventaris 02.92.01, 02.92.02, dan 02.92.03 terdiri atas 1 buah meja dan 2 buah kursi. Meja dan 2 buah kursi tersebut semula dimililiki oleh keluarga Harjosuwito. Berdasarkan data sejarah, meja dan kursi tersebut pernah digunakan oleh Jenderal Soedirman pada peristiwa perjalanan kembali Jenderal Soedirman beserta pasukannya dari Ngawi menuju Yogyakarta, saat menjalankan perang gerilya tahun 1949.
Tepat pada tanggal 8 Juli 1949, Jenderal Soedirman beserta pasukannya singgah di rumah Bapak Bajuri. Rombongan Jenderal Soedirman datang dari arah timur (lapangan Ponjong) pada sore hari sekitar jam 15.00 WIB. Untuk menerima dan menjamu rombongan Jenderal Soedirman, Ibu Bajuri meminjam meja dan kursi keluarga Harjosuwito. Kebetulan sekali Keluarga Harjosuwito merupakan tetangga Bapak Bajuri. Selama singgah di rumah Bapak Bajuri, meja dan 2 buah kursi tersebut digunakan Jenderal Soedirman untuk beristirahat.
Meja dan kursi bersejarah tersebut sebenarnya merupakan 1 set meja kursi kayu jati berukir yang terdiri atas 1 kursi panjang, 1 meja, dan 3 buah kursi. Semula satu set perlengkapan meja kursi tersebut disimpan keluarga Harjosuwito dan diwariskan kepada anaknya yang bernama Imam Supardi. Berdasarkan arsip Museum Benteng Vredeburg, pada tanggal 19 Januari 1998 dengan berita acara nomor 433/F4.113/J3/1998, Imam Supardi menyerahkan benda bersejarah tersebut kepada Museum Benteng dengan kompensasi uang sebesar Rp. 1.100.000,-. Koleksi yang diserahkan tersebut memiliki uraian sebagai berikut :
1. Meja kayu dengan nomor inventaris 02.92.01
Meja dibuat dengan material kayu jati yang kaya ukiran. Kaki meja dibuat sedemikan rupa sehingga membentuk hiasan 4 buah kaki yang menopang 4 buah tiang sebagai penyangga papan meja. Pada bagian bawah berhias ukiran. Pada bagian atas berupa papan meja yang dibuat dengan bentuk lengkung pada sisi pendek dan lurus pada sisi panjang. Permukaan kayu dipreservasi dengan cara pembersihan dan dilakukan coating dengan politur sesuai dengan aslinya.
2. Kursi kayu dengan dengan nomor inventaris 02.92.02
Kursi dibuat dari material kayu jati. Kaki kursi berjumlah 4 buah, 2 buah kaki meja bagian depan berbentuk silinder dengan posisi tegak, sementara 2 buah kaki meja bagian belakang berbentuk balok dengan posisi sedikit miring ke sisi belakang. Pada bagian sandaran punggung dan bantalan duduk dibuat dari bahan bludru berwarna merah. Bagian kiri dan kanan terdapat sandaran lengan. Hiasan yang terdapat pada sandaran kursi adalah ukiran dengan bentuk floral dan lunglungan bunga. Warna kayu pada kursi adalah coklat muda. Permukaan kayu dipreservasi dengan cara pembersihan dan dilakukan coating dengan politur sesuai dengan aslinya.
3. Kursi kayu dengan dengan nomor inventaris 02.92.03
Kursi dibuat dari material kayu jati. Kaki kursi berjumlah 4 buah, 2 buah kaki meja bagian depan berbentuk silinder dengan posisi tegak, sementara 2 buah kaki meja bagian belakang berbentuk balok dengan posisi sedikit miring ke sisi belakang. Pada bagian sandaran punggung dan bantalan duduk dibuat dari bahan bludru berwarna merah. Bagian kiri dan kanan terdapat sandaran lengan. Motif ukiran pada sandaran kursi berbentuk floral dan lunglungan bunga. Warna kayu pada kursi adalah coklat tua. Permukaan kayu dipreservasi dengan cara pembersihan dan dilakukan coating dengan politur sesuai dengan aslinya.
Menurut penuturan Ibu Sri Mujiyanti – istri dari Imam Supardi, bahan bludru pada kursi semula berupa anyaman rotan atau penjalin yang sudah rusak. Pasangan satu set kursi yang lain, saat ini masih bisa dilihat di ruang tamu rumah mendiang Bapak Imam Supardi.
Keterawatan | : | / |
Dimensi Benda | : |
Panjang - Lebar - Tinggi - Tebal - Diameter - Berat - |
Peristiwa Sejarah | : | Menghadapi agresi militer Belanda yang ke-2, Jenderal Sudirman dalam keadaan menderita sakit TBC memilih berperang gerilya bersama TNI menempuh perjalanan yang jauh dan medan yang sulit. Sejarah mencatat, setelah mengeluarkan Perintah Kilat No. 1/PB/D/48, pada tanggal 19 Desember 1948, Jenderal Sudirman dan TNI memulai perjalanan perang gerilya dari Yogya menuju Kediri. Perjalanan bergerilya selama tujuh bulan dengan menempuh jarak 1.010 km di wilayah Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur saat ini. ( Pribadi, Agus Gunaedi. 2009 : 100)Dalam peristiwa kembali dari Jawa Timur menuju Yogyakarta, pasukan Jenderal Soedirman menempuh perjalanan melalui jalur Wonogiri dan Gunungkidul. Tepatnya tanggal 8 Juli 1949 Jenderal Soedirman dan pasukannya tiba di Dusun Kerja, Kecamatan Ponjong. Menurut seorang saksi sejarah setempat yang bernama Mbah Maliki (96 tahun) – beliau ikut memikul tandu, rombongan pasukan Jenderal Soedirman datang dari arah timur dan berhenti di lapangan Ponjong sekitar jam 15.00. Selanjutnya pasukan tersebut beristirahat di rumah Bapak Bajuri. Pada saat singgah di rumah bapak Bajuri, Jenderal Soedirman mendapatkan jamuan dengan menggunakan perabot meja kursi dan peralatan minum yang dipinjam dari keluarga Harjosuwito. Peristiwa bersejarah tersebut berlangsung singkat, karena selanjutnya Jenderal Soedirman dan rombongan pasukannya melanjutkan perjalanan menuju Wonosari. Pada tanggal 10 Juli 1949, melalui jalur Wonosari – Gading – Piyungan – Prambanan, Jenderal Soedirman tiba di Yogyakarta.Tempat terjadinya peristiwa singgah Jendral Soedirman di dusun Kerja saat ini menjadi sebuah tempat peringatan bersejarah yang ditandai dengan sebuah monumen peringatan. Monumen tersebut dibangun pada tahun 1984 di atas lahan yang sudah di beli oleh Yayasan Wiratama 45 Yogyakarta. Pada monumen tersebut, sering digunakan sebagai tempat pertemuan rutin bulanan anggota PEPABRI (Persatuan Purnawirawan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia). |
Nilai Sejarah | : | Sebagai bukti sejarah peristiwa gerilya Jendral Soedirman melakukan perjalanan pulang dari Ngawi menuju Yogyakarta. Pada saat Jenderal Soedirman singgah di rumah Bapak Bajuri, beliau duduk di kursi tersebut ( nomor inventaris 02.92.01, 02.92.02, dan 02.92.03). Perabot meja kursi tersebut bukan milik Bapak Bajuri, tapi Ibu Bajuri meminjam dari keluarga Harjosuwito yang rumahnya berjarak sekitar 100 meter dari rumahnya. |
Nilai Ilmu Pengetahuan | : | Perangkat meja kursi nomor inventaris 02.92.01, 02.92.02, dan 02.92.03 menjadi artefak yang menunjukkan adanya peristiwa sejarah perjuangan bangsa mempertahankan kemerdekaan pada masa agresi Belanda ke 2 tahun 1949. |
Nilai Pendidikan | : | Sebagai obyek pembelajaran bagi generasi muda tentang keteladanan dan semangat juang Jenderal Soedirman dalam mempertahankan kemerdekaan pada masa agresi Belanda ke 2 walaupun dalam kondisi tidak sehat. |
Nama Pemilik Terakhir | : | Pemerintah |
Nama Pengelola | : | Museum Benteng Vredeburg |