Loading

Deskripsi Singkat

Yoni ditemukan di atas gundukan tanah yang digunakan sebagai tegalan atau lahan pertanian. Lahan tersebut saat ini dimiliki oleh pemerintah desa Genjahan dan digunakan sebagai tanah kas desa yang disewakan. Tanah kas desa tersebut terletak di sebelah barat sungai Sidodadi di sebelah utara jalan desa. Lokasi disekitar Yoni juga ditemukan sejumlah batu-batu candi yang berserakan. Yoni D140 dan batu-batu candi tersebut berada di alam terbuka di tengah tegalan yang ditanami tumbuhan sejenis rumput gajah.
Yoni D140 berada dalam posisi miring dan sebagian tubuh Yoni terkubur di dalam tanah. Di sekeliling Yoni banyak tumbuh tanaman yang menjalar seperti putri malu dan rumput. Warna batu Yoni adalah abu-abu kehitaman. Permukaan batu Yoni banyak tumbuh jamur batu dan lumut yang mengering. Bentuk Yoni D140 seperti umumnya bentuk Yoni adalah balok. Secara umum Yoni D140 sudah aus ketika dikunjungi oleh TACB Gunungkidul. Seluruh bagian permukaan batu bertekstur kasar. Pada bagian atas permukaan Yoni terdapat lubang berpenampang segi empat sebagai dudukan lingga. Lubang tersebut berukuran panjang 26 Cm dan lebar 33 Cm.
Pada bagian permukaan Yoni sisi utara terdapat kerusakan atau bengkah sepanjang 20 Cm. Bagian tersebut di duga semula terdapat cerat, yang sudah pecah. Kemudian pada permukaan sisi selatan juga terdapat kerusakan yang diduga karena vandalisme. Oleh penduduk setempat, Yoni dan temuan batu-batu candi di sekitar tempat penemuan Yoni D140 disebut sebagai “Kubur Budo”


Kondisi Saat Ini : Berada di tempat terbuka di atas sebidang tanah milik kas desa Genjahan. Secara umum kondisi yoni mengalami aus akibat dari lingkungan alam dan cuaca.

Status : Benda Cagar Budaya
Periodesasi : Klasik
Alamat : Mbulak Serut RT 02 RW VI, Dusun Susukan I, Genjahan, Ponjong, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
7.9644679885077° S, 110.70926193125° E

SK Walikota/Bupati : R0065/TACBGK/07/2019


Lokasi Yoni D140 di Peta

Keterawatan : /
Dimensi Benda : Panjang 60
Lebar 60
Tinggi 53
Tebal -
Diameter -
Berat -
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Peristiwa Sejarah : 1. Sejarah YoniYoni sesuai dengan kamus istilah arkeologi memiliki arti landasan lingga yang melambangkan kemaluan wanita (vagina). Pada permukaan yoni terdapat sebuah lubang berbentuk segi empat di bagian tengah – untuk meletakkan lingga – yang dihubungkan dengan cerat melalui sebuah aliran air sempit. Cerat hanya terdapat pada salah satu sisi dan berfungsi sebagai pancuran. Selanjutnya di jelaskan dalam kamus tersebut, Yoni dan lingga biasanya dihubungkan dengan kehadiran candi.Bentuk yoni yang ditemukan di Indonesia umumnya berdenah bujur sangkar dengan pelipit-pelipit pada sisi badannya. Pada bagian permukaan yoni terdapat lubang bujur sangkar yang berfungsi untuk meletakkan lingga. Pada salah satu sisi yoni terdapat tonjolan dan lubang membentuk cerat. Pada sekeliling bagian atas yoni (permukaan atas) terdapat lekukkan yang berfungsi untuk menghalangi air agar tidak tumpah pada waktu dialirkan dari puncak lingga. Dengan demikian air hanya mengalir keluar melalui cerat. Bagian-bagian yoni itu melitputi nala (cerat), jagati, padma, dan kantha, serta lubang untuk berdirinya lingga. Kosepsi yoni adalah konsepsi Hindu tentang penciptaan dunia. Yoni adalah simbol dari pertiwi (bumi; tanah). Yoni melambangkan wanita (prakrti, pradhana) yang tidak bisa dipisahkan dengan lingga sebagai unsur laki-laki (purusa). Pertemuan purusa dan pradhana ini merupakan pertemuan antara positif dan negatif. Warna batu yang dipih untuk membuat yoni juga memiliki arti dan nilai tersendiri. Warna putih (kesamaan), merah identik dengan kejayaan, kuning (kesejahteraan) dan warna hitam identik dengan kesuburan. Batu yoni biasanya berhubungan erat dengan fungsi sebagai simbol perempuan atau kesuburan.Ukuran panjang, lebar dan tinggi yoni mempunyai aturan tertentu, hal ini disesuaikan berdasarkan tinggi lingga yang mempunyai bagian-bagian Rudrabhaga, Wisnubhaga, dan Brahmabaga. Panjang sisi yoni sama dengan tiga kali garis tengah lingga atau sama dengan keliling Rudrabhaga atau Wisnubhaga. Tinggi Yoni sama dengan tinggi lingga dari Brahmabhaga sampai Wisnubhaga.2. Yoni D140 di Susukan 2, Genjahan, PonjongPada tahun 1985 Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan kegiatan sosialisasi kepurbakalaan di daerah Ponjong. Sebagai tindak lanjut dari kegiatan tersebut, maka pada tahun 1986 dilakukan kegiatan inventarisasi semua temuan purbakala di daerah Ponjong. Tujuan utama dari kegiatan inventarisasi adalah untuk mencatat seluruh peninggalan sejarah dan purbakala sehingga keberadaannya bisa digunakan untuk penelitian lebih lanjut. Yoni D140 merupakan salah satu temuan arkeologi dari Ponjong yang turut diinventarisir pada saat tersebut. Berdasarkan Buku Laporan Kegiatan tahun 1987, Yoni D140 digambarkan memiliki cerat dengan panjang 6 Cm. Selanjutnya Yoni dan batu-batu candi yang berserakan di daerah Susukan 2 tersebut diambil kesimpulan sebagai sisa-sisa bangunan suci beragama Hindu.Pada tahun 2013, Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta mengadakan kegiatan Her-Inventarisasi benda Cagar Budaya bergerak dan tidak bergerak di wilayah Ponjong. Pada kegiatan tersebut BPCB berhasil mendapatkan banyak temuan arkeologi baru dari zaman prasejarah. Pada waktu itu Yoni D140 ditemukan di lokasi yang sama dengan kegiatan inventarisasi tahun 1985. Adapaun kondisi Yoni 140 mengalami kerusakan pada bagian cerat. Cerat yang digambarkan pada tahun 1985 berukuran 6 Cm sudah hilang atau pecah.Dari konteks temuan yoni yang berada disekitar batu-batu candi yang ditemukan di pinggi Sungai Sidodadi maka kemungkinan besar pada zaman dahulu ada bangunan di sekitar temuan tersebut. Bangunan tersebut diduga merupakan bangunan candi hinduistis karena di dalamnya terdapat yoni. Yoni D140 menunjukkan bahwa pengaruh hindu pada periode klasik di Indonesia telah menyebar hingga wilayah Gunungkidul. Masyarakat Ponjong pada masa tersebut diduga menggunakan Yoni sebagai media pemujaan yang dikaitkan dengan aspek kesuburan. Dalam hal ini, kesuburan yang dimaksud menunjuk pada fakta bahwa di daerah Ponjong dan sekitarnya merupakan daerah pertanian yang mengandalkan air dari aliran Sungai Sidodadi. Adanya aliran air sungai sebagai sumber kehidupan menjadi salah satu aspek penting dalam pendirian bangunan candi pada periode Klasik. Adanya temuan yoni dan batu batu candi di daerah susukan 2 menunjukkan bahwa aktifitas manusia di daerah Genjahan-Ponjong dan sekitarnya terus berlanjut mulai dari masa prasejarah, masa klasik hingga masa sekarang. Kehidupan manusia beserta budaya yang mereka ciptakan berlanjut terus menerus. Oleh karena itu temuan yoni D140 memiliki arti yang sangat penting di daerah Gunungkidul.
Nilai Sejarah : Menunjukkan bahwa di Dusun Susukan, Desa Genjahan, Kecamatan Ponjong dahulu pernah berkembang Kebudayaan Hindu dari masa klasik abad IX-X Masehi.
Nilai Ilmu Pengetahuan : Sebagai obyek kajian berbagai disiplin ilmu seperti arkeologi, sejarah, dan kebudayaan.
Nilai Pendidikan : Potensi sebagai tempat pembelajaran bagi masyarakat terutama pelajar dan mahasiswa untuk belajar tentang berbagai disiplin ilmu. Selanjutnya bisa dikembangkan sebagai obyek wisata minat khusus.
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Pemerintah
Pengelolaan
Nama Pengelola : Pemerintah