Loading

Batu Kenong D 77i Penampungan Bleberan

Status : Benda Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Batu Kenong berada di tempat terbuka di halaman Penampungan Bleberan. Bentuk batu kenong D 77i jika dilihat dari atas memiliki penampang bulat, jika dilihat dari arah samping seperti tabung yang tambun. Batu kenong dari Plembutan terdiri atas dua bagian, bagian atas dan bawah. Bagian atas memiliki ukuran tebal 8 Cm sementara bagian bawah memiliki ukuran tebal 35 Cm. Sehingga jika diperhatikan tampak seperti sebuah wadah dari batu yang memiliki tutup. Batu kenong bagian bawah berbentuk pejal, didalamnya tidak terdapat rongga atau ruangan. Ketika bagian atas dibuka, kedua permukaan bidang yang dipisah tersebut memiliki permukaan yang halus. Warna batu pada bagian permukaan yang tertutup adalah coklat muda.
Pada bagian atas batu kenong memiliki permukaan yang tidak rata. Pada bagian tengah atas terdapat sebuah lubang. Belum diketahu apakah lubang tersebut merupakan hasil dari kerusakan ataukah asli dari bentuk semula. Tetapi ketika diketemukan kemudian diselamatkan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY pada tahun 1998, kondisi batu kenong demikian adanya.
Kondisi batu putih sebagai material batu kenong sudah sangat aus dengan permukaan yang kasar. Gambaran umum dari Batu Kenong saat ini, sudah cukup aman dan terawat karena berada di Penampungan Bleberan. Petugas Jupel secara berkala membersihkan permukaan batu dari lumut dan jamur dengan menggunakan peralatan permbersih.


Status : Benda Cagar Budaya
Periodesasi : Prasejarah
Bagian dari : Situs Bleberan
Alamat : Dusun Bleberan, RT 27 RW 04, Bleberan, Playen, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

SK Walikota/Bupati : SK BUP Gunungkidul


Lokasi Penemuan : Sebelah utara makam Desa Plembutan, Kecamatan Playen
Bahan Utama : Batu Batu Putih
Keterawatan : Utuh dan Terawat,Utuh /
Dimensi Benda : Panjang -
Lebar -
Tinggi bagian atas: 8 Cm; bagian bawah: 40 Cm; seluruhnya: 48 Cm
Tebal -
Diameter 88 Cm
Berat -
Ciri Fisik Benda
Warna : Putih abu-abu kehitaman
Ciri Fisik Benda
Warna : Putih abu-abu kehitaman
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Tokoh : -
Peristiwa Sejarah : A. Batu Kenong di IndonesiaPeninggalan Megalitik merupakan peninggalan budaya masa lalu yang ditandai dengan pembuatan batu besar. Tradisi pembuatan batu besar tersebut seringkali dikaitkan dengan kegiatan upacara atau penguburan. Tradisi ini dibangun oleh pemimpin adat ataupun penguasa sebuah daerah untuk menjaga harkat dan martabat mereka. Pendukung tradisi Megalitik percaya bahwa arwah leluhur mereka masih akan terus hidup di dunia arwah. Mereka juga percaya bahwa kahidupan yang sedang berlangsung sangat dipengaruhi oleh arwah nenek moyang. Dengan perlakuan yang baik terhadap arwah leluhur akan menimbulkan ketentraman dan keselamatan bagi yang masih hidup di dunia. Di wilayah Gunungkidul banyak diketemukan benda-benda peninggalann masa Megalitik. Benda megalitik di Gunungkidul merupakan dead monument atau monumen yang sudah mati, karena sudah ditinggalkan oleh masyarakat pendukungnya begitu lama. Benda-benda tersebut tersebar di daerah Ponjong, Semanu, Karangmojo, Playen, Paliyan dan Saptosari. Benda-benda seperti Menhir, Kubur Peti Batu, sangat banyak diketemukan di daerah tersebut. Arkeolog sepoerti JL Moens dan Van Der Hoop pada tahun 1935 sangat intens dalam melakukan penelitian Batu-Batu Megalitik di wilayah Karangmojo. Penelitian tersebut dilanjutkan pada masa pasca kemerdekaan oleh Haris Sukendar pada tahun 1968.Temuan yang sangat langka dan mungkin hanya satu-satunya di wilayah Gunungkidul (Bahkan DIY) adalah temuan “Batu Kenong” di situs Bleberan. 3 buah Batu Kenong yang diketemukan dari sebelah utara Makam Desa Plembutan – sebelah timur desa Bleberan, menjadi temuan batu kenong pertama hingga saat ini. Dugaan sementara untuk Batu Kenong tersebut adalah sebagai bagian dari sarana pemujaan terhadap Nenek Moyang atau sebagai rangkain dari tradisi Megalitik di daerah Bleberan. Meskipun hanya sebatas dugaan, namun konteks temuannya nya yang berada di dekat pemakaman Desa memperkuat keterkaitan dari dugaan tersebut, dengan catatan perlu dikaji lebih lanjut melalui penelitian yang lebih mendalam.Temuan Batu Kenong yang lain di Indonesia terdapat di daerah Pakuniran, Maesan – Bondowoso, Jawa Timur. Dari hasil penelitian etnoarkeologi yang pernah dilakukan terbukti bahwa Batu Kenong di Bondowoso digunakan sebagai umpak dari sebuah bangunan untuk hunian. Dilihat secara fisik, terdapat perbedaan antara temuan Batu Kenong dari Bondowoso dan Batu Kenong dari Bleberan. Ukuran Batu Kenong Bondowoso lebih ramping dan tinggi, sementara temuan di Bleberan cenderung gemuk dan tambun. Perbedaan yang lain adalah bentuk potongan pada bagian atas dan bawah pada Batu Kenong Gunungkidul, tidak diketemukan pada Batu Kenong Bondowoso. Dengan demikian bentuk dan ukuran Batu Kenong Bondowoso berbeda dengan Batu Kenong Gunungkidul. Dalam arkeologi, benda seperti ini bisa digunakan untuk meja persembahan. Jika profan, digunakan sebagai umpak bangunan.B. Sejarah Penemuan Batu Kenong di BleberanCatatan penemuan benda-benda Megalitik di Gunungkidul banyak ditulis oleh Penguasa Belanda dan di masukkan ke dalam Rapporten Ondheidkundigen Dients (ROD). Keterangan penting yang tercantum dalam ROD tahun 1915 masih digunakan sebagai acuan dalam penanganan dan penyelamatan Benda Cagar Budaya di Gunungkidul. Pada tahun 1984 Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala (sekarang BPCB) Daerah Istimewa Yogyakarta mengadakan kegiatan penyuluhan kepurbakalaan di daerah Gunungkidul. Dari kegiatan yang berlangsung pada tahun tersebut Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala menindaklanjuti dengan kegiatan pengamanan pada tahun 1998, bersamaan dengan pembebasan sebuah lahan di Dusun Bleberan manjadi tempat penampungan benda-benda Cagar Budaya. Pada tahun 1998 diadakan 2 kali kegiatan pengamanan Cagar Budaya yang diketemukan dari daerah Playen, dimasukkan ke dalam Penampungan Bleberan. Pada tahun tersebut 3 buah Batu Kenong yang diketemukan dari sebelah utara Makam Desa Plembutan, diamankan ke dalam Penampungan Bleberan. Pada waktu tersebut 3 buah Batu Kenong diberi nomer inventaris sementara : D 89 z7, D 89 z8, dan D 89 z9. Pada tahun 2002 Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala untuk pertamakalinya melakukan kegiatan pendataan ulang temuan cagar budaya di Penampungan Bleberan. Kegiatan tersebut dilakukan sebagai kelanjutan kegiatan pengamanan yang dilakukan pada tahun 1998. Batu Kenong D 89 z7, D 89 z8, dan D 89 z9 di data ulang dan mendapatkan nomor inventaris D 77h, D 77i, dan D 77j. Batu kenong D 77i merupakan Batu Kenong dengan bentuk yang paling lengkap, karena terdiri atas bagian atas dan bawah.
Konteks : -
Nilai Sejarah : Batu Kenong D77i merupakan bukti perkembangan kebudayaan manusia prasejarah di wilayah Gunungkidul. Batu Kenong D77h sebagai batu megalitik digunakan sebagai media pemujaan terhadap roh-roh nenek moyang.
Nilai Ilmu Pengetahuan : Batu Kenong D77i mempunyai nilai penting bagi ilmu pengetahun khususnya bagi ilmu arkeologi, dan sejarah. Batu kenong dapat digunakan sebagai kajian tentang rekonstruksi budaya masa lampau manusia pada zaman prasejarah sebelum mengenal tulisan.
Nilai Pendidikan : Batu Kenong D77i merupakan bukti konkret hasil karya peradaban Masa Prasejarah di Indonesia, yang dapat digunakan sebagai objek pembelajaran bagi masyarakat khususnya ilmu Arkeologi, sejarah, dan budaya.
Nilai Budaya : Dari segi kebudayaan, eksistensi batu kenong tersebut membuktikan bahwa Gunungkidul memiliki kebudayaan yang lebih tua di bandingkan kabupaten/kota yang lain di DIY.
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : BPCB DIY (sekarang Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X)
Pengelolaan
Nama Pengelola : BPCB DIY (sekarang Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X)
Catatan Khusus : Kondisi Saat Ini : Berada di alam terbuka tetapi terawat di Penampungan Bleberan. Secara umum sangat aus.Koordinat pada SK: UTM: 49; X: 0447847, Y: 9119925Lokasi Penyimpanan: Penampungan Bleberan