Peristiwa Sejarah |
: |
Arca Nadi D.04 yang diketemukan di dalam Goa Rancang berkaitan erat dengan sejarah tempat tersebut. Goa Rancang terletak di sebelah utara pemukiman penduduk. Kondisi di sekitar lingkungan goa berupa hutan kayu putih milik perhutani. Beberapa narasumber menuturkan bahwa, pada tahun 1940-an goa ini sering dipergunakan oleh orang-orang Belanda untuk pesta dansa. Lingkungan goa pada waktu itu masih banyak ditumbuhi pohon-pohon besar yang sekarang hanya tinggal 1 batang. Pohon tersebut adalah pohon Telumpi (Terminalia Edulis), yang tumbuh tepat di tengah mulut goa. Pada tahun 1952 ketika diketemukan kembali oleh penduduk setempat, kondisi sekitar Goa Rancang berupa hutan belukar yang sangat lebat. Di dalam goa diketemukan sebuah arca singa menghadap ke barat, didekatnya terdapat arca Nandi yang dikenal sebagai Kyai Putut. Orang-orang yang masuk ke dalam goa biasanya membasahi tangan dengan menyentuh kepala Kyai Putut, kemudian mengusapkannya ke rambut. Menurut kepercayaan mereka, rambut yang pernah diusap dengan air tersebut tidak pernah ubanan. Arca lain yang pernah diketemukan di dalam goa adalah dua buah arca Dwarapala, namun sekarang sudah tidak ada lagi. |
Konteks |
: |
Dalam kamus arkeologi Nandi disebutkan sebagai Lembu kendaraan Siwa. Siwa salah satu dewa Trimurti dalam Agama Hindu yang berperan sebagai dewa perusak; kemudian menjadi dewa teritinggi dalam alirannya. Sebagai Dewa tertinggi, ia mempunyai beberapa aspek dan dipuja sebagai Śiwa mahadewa, Śiwa mahakala, Śiwa mahaguru, Śiwa nataraja, atau sebagai butheswara (pengusasa atas segala makhluk). Dalam perwujudannya sebagai dewa tertinggi, Śiwa seringkali didampingi oleh saktinya. Nandi merupakan wahana dari Siwa dalam aspek Siwamahadewa. Meski demikian, Nandi tidak selalu dihubungkan dengan Śiwa Mahādewa, Nandi kerapkali juga dinaiki oleh Dewi Parwatî sakti Śiwa Mahādewa. Dalam kisah wayang Purwa Jawa dijelaskan bahwa Nandi sebenarnya mempunyai dua orang kakak lelaki, yaitu Nandiśwara dan Mahākala. Mereka bertiga semula hendak menghancurkan Suralaya tempat persemayaman dewa-dewa , namun berhasil dikalahkan oleh Śiwa. Kedua kakaknya lalu dijadikan penjaga pintu gerbang Suralaya, digambarkan juga sebagai penjaga pintu masuk candi-candi Śaiwa di Jawa, sedangkan Nandi dijadikan hewan tunggangan Śiwa.Arca Nandi D.04 dari Goa Rancang merupakan salah satu bukti perkembangan pengaruh Agama Hindu di Gunungkidul. Nandisebagai wahana Śiwa, merupakan binatang suci yang dipuja oleh penganut agama Hindu. Di wilayah kecamatan Playen dan wonosari sejauh ini diketahui memiliki peninggalan arkeologis sebagai bukti pengaruh Agama Hindu di masa lalu. Lokasi terdekat dari Goa Rancang adalah Candi Plembutan. Di daerah Plembutan diketemukan adanya reruntuhan batu candi dan sejumlah pecahan fragmen arca yang menunjukkan bukti sebagai candi Agama Hindu. Kemudian di Situs Pulutan Kecamatan Wonosari, terdapat temuan beberapa arca yang relatif lebih utuh daripada di Candi Plembutan. Temuan di kedua lokasi tersebut menunjukkan adanya korelasi bahwa di masa lalu di daerah sekitar Goa Rancang terdapat pemeluk Agama Hindu. |