Loading

Arca Durga Situs Pulutan

Status : Benda Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Arca Durga memiliki bentuk tubuh yang ramping dalam posisi berdiri namun dalam keadaan rusak ketika diketemukan. Pada bagian muka sudah tidak terlihat ukiran yang membentuk raut muka. Pada bagian kaki terpotong atau pecah di bawah lutut. Tangan arca Durga umunya berjumlah 8, namun tangan Durga dari Situs Pulutan dari yang tampak hanya memiliki 6 tangan. Keempat tangan yang di belakang hanya sebatas siku. Tangan kanan paling bawah memegang ekor lembu. Tangan di atasnya membawa khagga (pedang). Tangan sebelah kiri yang seharusnya menjambak rambut asura sudah tidak terlihat jelas, karena rusak. Demikian pula tangan yang di atasnya.
Pada bagian kepala, terdapat jatamakutha atau mahkota. Pada bagian telinga memakai anting dan leher terdapat hara atau kalung. Pada bagian tubuh terdapat berbagai macam perhiasan arca antara lain kain, kancidama atau ikat pinggang yang memiliki hiasan, uncal atau sampur, dan upavita atau tali kasta. Pada bagian belakang arca masih menyisakan sedikit prabha dan stella sudah pecah. Pada bagian kaki, Durga dilukiskan berdiri dengan kaki sejajar atau sambanga.
Berdasarkan kajian ciri-ciri ikonografi di atas, jelas bahwa arca tersebut adalah Durga. Biasanya Durga dalam wujud ini berdiri di atas mahesa atau kerbau yang menjadi jelmaan Asura.

Kondisi Saat Ini : Disimpan di ruang koleksi kantor Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY.

Status : Benda Cagar Budaya
Periodesasi : Klasik
Bagian dari : Situs Pulutan
Alamat : Dusun Butuh, Pulutan, Wonosari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
7.9584445417795° S, 110.56528974753° E

No. Registrasi Daerah : R0073/TACBGK/08/2019


Lokasi Arca Durga Situs Pulutan di Peta

Bahan Utama : Batu Batu Putih
Keterawatan : /
Dimensi Benda : Panjang -
Lebar 25
Tinggi 55
Tebal 15
Diameter -
Berat -
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Peristiwa Sejarah : A. Mitologi DurgaDalam mitologi Hindu, Durga dikenal sebagai dewi yang menyeramkan yang dianggap sebagai penjelmaan Umma atau Parvatti dalam bentuk Krodha atau seram. Dalam bentuknya yang menyeramkan Durga dianggap sebagai manivestasi dari Kali. Di India pemujaan yang dilakukan untuk durga umumnya dilakukan untuk mendapatkan kemenangan dan keselamatan. Durga tercipta akibat terkumpulnya hawa amarah dan kemurkaan dewa-dewa, Dewa Siwa dan Wisnu serta Dewa lainnya, karena terjadi perang berlangsung ratusan tahun antara para dewa dan bala tentara Asura. Indra adalah raja dari para dewa sedangkan Mahisa adalah kepala para asura. Dalam peperangan tersebut tentara dewa dapat dikalahkan oleh Asura. Kemudian Mahisa menjadi raja. Selanjutnya dewa-dewa yang kalah tadi mengangkat dewa Brahma menjadi pemimpin. Lalu bersama-sama menghadap Siwa dan Wisnu. Setelah mendapatkan laporan itu para dewa murka. Akibat kemurkaan tersebut keluarlah kekuatan dari badan Siwa dan Wisnu, dan para dewa lainnya bersatu sehingga terciptalah seorang wanita cantik. Muka wanita itu dari tenaga Siwa, rambut dari dewa Yama. Tangan-tangan dari Wisnu, dada dari dewa Candra, perut dari Surya. Jari dari Vasu. Gigi tumbuh dari kekuatan Prajapati. Agni menyebabkan mata ke tiga. Bulu mata dari kekuatan fajar. Fayu memberikan kekuatan yang timbul di telinga.Untuk peran masing-masing dewa memberi senjata. Busur pinaka, Siwa memberi trisula, Wisnu memberikan cakra, Varuna memberikan sangkha, Agni memberikan sakti, Maruta memberikan danu, Indra memberikan vajra dan genta, Yama memberikan tongkat, Vayu memberikan pasha. Brahma memberikan kendi amerta. Kal memberikan kagga dan ketaka.Dengan senjata tersebut, Durga berhasil mengalahkan Mahisa Asura yang diwujudkan dalam bentuk arca Durga yang memegang ekor Mahisa dan menjambak rambut Asura.Penggambaran Dewi Durgamahisasuramardini menunjukkan upaya Dewi Durga melindungi umat manusia dari serangan Asura. Pada periode Jawa Tengah Kuno atau masa Klasik, Durga merupakan dewi yang paling banyak dipuja. Asumsi ini didasarkan pada banyaknya jumlah temuan Arca Durga di wilayah Periode klasik. Apabila ditempatkan dalam bangunan candi, Arca Durga tersebut didudukkan sebagai Parswadewata atau dewa yang lain, yang ditempatkan dalam bilik utara candi atau di bilik sebelah kiri Garbhagraha atau bagian paling suci dari candi (siwa).B. Sejarah Arca Durga di Situs PulutanArca Durga diketemukan di Situs Pulutan bersama dengan arca Agastya, dan arca Ganeha pada saat ekskavasi tahun 2012. Saat ini Arca Durga dari Situs Pulutan disimpan di ruang koleksi kantor BPCB DIY.Situs Pulutan merupakan peninggalan arkeologi berupa candi berlatar belakang agama Hindu. Situs Pulutan dalam penyebutan sebelumnya dikenal dengan Situs Butuh yang secara geografis menempati areal berupa tegalan dengan ketinggian 167 m dari permukaan laut. Lingkungan sekitar situs berupa dataran tandus berupa tanah kapur dengan banyak ditumbuhi tanaman pohon jati dan tanaman keras lainnya. Lahan disekitar situs berupa tegalan, makam, jalan kampung, sungai dan pemukiman. Situs Pulutan baru dikenal dalam khasanah cagar budaya di wilayah Gunung Kidul berdasarkan data inventarisasi BPCB DIY tahun 1986 (dulu Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Daerah Istimewa Yogyakarta), dengan nomor inventaris D 103. Data hasil inventarisasi menyebutkan bahwa di Butuh, Pulutan terdapat sisa-sisa bangunan candi, menggunakan bahan dari batu kapur.Kemudian pada tahun 2012 dilakukan kegiatan Ekskavasi Penyelamatan Situs Butuh atau Situs Candi Pulutan dan ditemukan data-data yang membuktikan tentang sisa-sisa struktur bangunan candi berbahan batu putih. Berdasarkan data-data hasil ekskavasi diketahui bahwa struktur bangunan tersusun dari blok batu putih dengan sistem takikan. Struktur bangunan candi diperkirakan berukuran 5,5 x 5,5 m dengan indikasi pintu dan tangga di sisi timur. Di sebelah selatan pintu masuk candi terdapat temuan lingga semu (lingga patok) yang berfungsi sebagai brahmasthana (titik pusat/tengah). Di sebelah selatan reruntuhan struktur dinding ditemukan arca Agastya, juga ditemukan Arca Ganesa menghadap ke arah barat pada reruntuhan struktur sebelah barat.Sejarah tentang kapan berdirinya Candi Pulutan sampai sekarang belum diketahui secara pasti, hal tersebut disebabkan adanya keterbatasan data arkeologis. Namun berdasarkan temuan arca Ganesha, Agastya, dan Durga dapat dipastikan bahwa Situs Pulutan merupakan struktur bangunan candi berlatar belakang agama Hindu. Agama Hindu berkembang di Jawa Tengah sekitar abad VIII- X M. Perkembangan agama Hindu di wilayah Gunungkidul sangat sedikit datanya, namun demikian adanya temuan struktur candi seperti Candi Plembutan, Situs Gambirowati, dan Situs Pulutan membuktikan bahwa pada sekitar abad VIII – X agama Hindu sudah berkembang di wilayah Gunungkidul. Candi-candi periode Klasik Jawa Tengah memiliki langgam arsitektur yang dikenal sebagai candi gaya Mataram Kuno (abad VIII-X) dan pada umumnya ditemukan dalam gugusan (kompleks) atau berdiri sendiri. Apabila berdiri sendiri dalam satu kompleks maka halamannya terdiri dari satu lapis atau lebih dengan memusat atau konsentris pada candi induk (Prasada) seperti pada kompleks Candi Prambanan dan Candi Sambisari. Kompleks Candi Prambanan dan Candi Sambisari memiliki tiga halaman dan sebagai pusatnya adalah candi induk. Candi induk dianggap sebagai rumah dewa atau dewa grha dan dewa Siwa sebagai Mahadewa atau diwujudkan dalam bentuk Lingga, menempati ruang utama garbhagrha. Batas penggambaran ruang atau halaman di Candi Prambanan dan Candi Sambisari diperlihatkan dengan adanya pagar halaman. Pagar halaman berjumlah tiga tingkat dan pada halaman pusat atau yang terdalam merupakan halaman yang paling suci. Halaman kedua diluarnya dianggap sebagai halaman yang semi suci atau semi profan, sedangkan halaman terluar atau ke III dianggap sebagai halaman yang profan.Begitu pula secara vertikal bangunan candi dari bawah ke atas juga melambangkan pula tempat para dewa. Kaki candi sebagai bhurloka merupakan dunia bawah yang di kuasai maheswara, tubuh candi sebagai bhuwarloka merupakan dunia yang dikuasai oleh Sada-sidi dan atap sebagai swarloka dikuasai oleh Parama Siwa sebagai dewa yang tertinggi. Dalam pengamatan dan hasil penelitian di Situs Butuh atau Pulutan belum diketahui secara pasti sejauh mana sebaran bangunannya. Berdasarkan data temuan struktur hasil ekskavasi tahun 2015 diperkirakan bentuk bangunannya kecil berukuran 5,5 x 5,5 m dengan tinggi bangunan belum diketahui. Namun demikian keberadaan Situs Candi Pulutan sangat penting untuk dilestarikan dan masih memungkinkan untuk dilakukan penelitian-penelitian lanjutan sehingga sangat penting bagi obyek pembelajaran dan penelitian terutama arkeologi dan sejarah.
Nilai Sejarah : Arca Durga Situs Pulutan merupakan bukti perkembangan kebudayaan Agama Hindu di wilayah Kabupaten Gunungkidul.
Nilai Ilmu Pengetahuan : Arca Durga Situs Pulutan mempunyai nilai penting bagi ilmu pengetahuan khususnya arkeologi, seni, dan sejarah budaya serta dapat digunakan sebagai kajian tentang rekonstruksi sejarah budaya masa klasik.
Nilai Pendidikan : Arca Durga Situs Pulutan merupakan bukti konkrit hasil budaya masa Klasik yang bisa digunakan sebagai obyek pembelajaran bagi masyarakat Wonosari.
Nilai Budaya : Eksistensi Arca Durga Situs Pulutan membuktikan bahwa Gunungkidul memiliki peninggalan dari kebudayaan Masa Klasik Jawa Tengah abad IX-X sehingga memperkaya khasanah budayanya.
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Pemerintah
Pengelolaan
Nama Pengelola : Pemerintah