Loading

Fragmen Menhir D 136a Sumbergiri

Status : Benda Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Fragmen Menhir D 136a diketemukan didepan pekarangan halaman rumah Bapak Senen (60 tahun), atau tepatnya di sisi tenggara rumah. Fragmen menhir tersebut berada dalam posisi tegak berada diantara batuan yang disusun sebagai talud di pinggir jalan. Posisi fragmen menhir D 136a pada bagian sisi bawah (kaki) masih terpendam didalam tanah. Sementara pada bagian atas fragmen menhir tersebut tingginya hampir sama dengan tinggi talud.
Fragmen menhir D 136a memiliki ukuran tinggi dari permukaan tanah 85 cm. Ukuran panjang fragmen menhir D 136a masih bisa lebih panjang, karena bagian bawah atau kaki menhir masih terpendam didalam tanah. Ukuran diameter bagian atas fragmen menhir D 136a adalah 15 cm, sementara diameter bagian bawah (yang terlihat) adalah 20 cm. Pada permukaan fragmen menhir tumbuh lumut dan jamur. Secara umum kondisi fragmen menhir D 136a sudah berada dalam keadaan aus.


Kondisi Saat Ini : Fragmen Menhir D 136a berada di talud atau pembatas tanah. Secara umum kondisi menhir mengalami aus akibat dari cuaca dan lingkungan.

Status : Benda Cagar Budaya
Periodesasi : Prasejarah
Alamat : Dusun Mendak, RT 4 RW 04, Sumbergiri, Ponjong, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
7.9819003249688° S, 110.73903040987° E

No. Registrasi Daerah : R0076/TACBGK/09/2019


Lokasi Fragmen Menhir D 136a Sumbergiri di Peta

Bahan Utama : Batu Batu Putih
Keterawatan : /
Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi 85
Tebal
Diameter 20
Berat
Ciri Fisik Benda
Warna : Putih abu-abu kehitaman
Ciri Fisik Benda
Warna : Putih abu-abu kehitaman
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Peristiwa Sejarah : A. Menhir di GunungkidulPeninggalan Megalitik merupakan peninggalan budaya masa lalu yang ditandai dengan pembuatan batu besar. Tradisi pembuatan batu besar tersebut sering kali dikaitkan dengan kegiatan upacara atau penguburan. Tradisi ini dibangun oleh pemimpin adat ataupun penguasa sebuah daerah untuk menjaga harkat dan martabat mereka. Pendukung tradisi Megalitik percaya bahwa arwah leluhur mereka masih akan terus hidup di dunia arwah. Mereka juga percaya bahwa kahidupan yang sedang berlangsung sangat dipengaruhi oleh arwah nenek moyang. Dengan perlakuan yang baik terhadap arwah leluhur akan menimbulkan ketentraman dan keselamatan bagi yang masih hidup di dunia. Di wilayah Gunungkidul banyak diketemukan benda-benda peninggalan masa Megalitik. Benda Megalitik di Gunungkidul merupakan dead monument atau monumen yang sudah mati, karena sudah ditinggalkan oleh masyarakat pendukungnya begitu lama. Benda-benda tersebut tersebar di daerah Ponjong, Semanu, Karangmojo, Playen, Paliyan dan Saptosari. Benda-benda seperti Menhir, Kubur Peti Batu, sangat banyak diketemukan di daerah tersebut. Arkeolog sepoerti JL Moens dan Van Der Hoop pada tahun 1935 sangat intens dalam melakukan penelitian batu-batu Megalitik di wilayah Karangmojo. Penelitian tersebut dilanjutkan pada masa pasca kemerdekaan oleh Haris Sukendar pada tahun 1968.Menhir merupakan batu tegak berasal dari budaya Megalitik yang merupakan objek pemujaan. Kadangkala dalam menhir terdapat pahatan berbentuk tubuh manusia. Pada umumnya menhir ditancapkan dalam posisi tegak, namun demikian ada pula yang telentang. Jenis menhir dalam posisi telentang di Sumatera disebut sebagai batu mayat, batu bedil, atau batu meriam. Di wilayah Ponjong, benda-benda peninggalan masa Megalitik cukup banyak diketemukan. Benda Megalitik tersebut diketemukan di hutan, pekarangan rumah, dan tegalan. Ketika di ketemukan, menhir-menhir tersebut bisa berupa temuan lepas ataupun bersama dengan temuan benda Megalitik yang lain. Kegiatan inventarisasi benda-benda cagar budaya di wilayah Ponjong telah dilakukan secara berkesinambungan. Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala (sekarang BPCB) DIY pada tahun tahun 1985 telah melakukan kegiatan Bimbingan dan Penyuluhan Kepurbakalaan di Kecamatan Ponjong. Kemudian pada tahun 1987, sebagai kelanjutan dari kegiatan tahun 1985, dilakukan Inventarisasi Kepurbakalaan di wilayah yang sama. Pada kegiatan inventarisasi tersebut, seluruh benda cagar budaya yang diketemukan di wilayah tersebut, di data ulang untuk diinventarisasi. Pada tahun 2013 kantor BPCB DIY melakukan kegiatan Herinventarisasi Cagar Budaya di wilayah Ponjong. Kegiatan tersebut dilakukan untuk memaksimalkan upaya pelestarian cagar budaya di kecamatan tersebut. Upaya Herinventarisasi dilakukan untuk mengetahui keberadaan dan kondisi benda cagar budaya yang telah diinventarisasi, dalam rangka pelestarian cagar budaya. Dari sejumlah kegiatan yang telah dilakukan oleh BPCB DIY tersebut, diperoleh data benda cagar budaya yang cukup lengkap. Adapun keberadaan benda cagar budaya yang telah di Heregistrasi di wilayah Ponjong, umumnya masih berada di luar lahan penampungan atau masih di permukiman warga. Benda cagar budaya seperti fragmen menhir D 136a telah didata dan di Heregeistrasi oleh BPCB. Keberadaan benda-benda Megalitik di Padukuhan Mendak, Sumbergiri, Ponjong cukup menarik untuk dijadikan perhatian dan penelitian yang lebih mendalam. Mengingat wilayah di daerah tersebut yang cukup terpencil dan berada di pegunungan.B. Menhir di Sumbergiri PonjongWilayah Ponjong dikenal sebagai wilayah yang subur di Kabupaten Gunungkidul. Daerah tersebut berada di sisi timur Kabupaten Gunungkidul yang sebagian wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri. Wilayah Desa Sumbergiri berada di sisi timur dari wilayah Kecamatan Ponjong. Daerah Sumbergiri sebagian besar berada di wilayah Pegunungan Krast. Ditinjau dari bidang Arkeologi, wilayah Kecamatan Ponjong memiliki arti yang penting. Banyak temuan cagar budaya baik berupa benda, bangunan, dan situs arkeologi di wilayah tersebut. Cagar budaya yang terdapat di wilayah Kecamatan Ponjong meliputi hasil budaya dari masa prasejarah, klasik, kolonial hingga pasca kemerdekaan. Khusus untuk temuan cagar budaya masa Prasejarah, di wilayah Ponjong diketemukan banyak goa-goa hunian manusia purba dan temuan benda-benda masa Megalitik yang tersebar di seluruh wilayah Kecamatan Ponjong. Benda-benda peninggalan masa Megalitik yang diketemukan di wilayah Kecamatan Ponjong diantaranya adalah fragmen menhir, menhir, batu lumpang, dan kubur peti batu. Berdasarkan hasil Heregistrasi BPCB DIY tahun 2013, terdapat 7 buah fragmen menhir yang sudah diinventarisir di Desa Sumbergiri. 4 fragmen menhir diantaranya berada di Padukuhan Mendak. Keempat fragmen menhir tersebut adalah D136a, D136b, D136c, dan D136d.Fragmen menhir D 136a saat ini berfungsi sebagai talud. Talud di Gunungkidul umumnya berupa tumpukan batu yang disusun sedemikian rupa sehingga bisa digunakan sebagai penahan tanah. Talud didepan rumah Bapak Senen tempat penemuan fragmen menhir D 136a, berfungsi sebagai penahan tanah sekaligus pembatas jalan. Menurut penjelasan Bapak Senen, Fragmen Menhir D 136a awalnya terpendam didalam tanah. Dahulu (tidak diketahui dengan pasti) Bapak Senen menemukan fragmen menhir D136a dan D136b secara tidak sengaja. Kedua fragmen menhir tersebut di temukan dalam posisi berdekatan. Ketika Bapak Senen menggali tanah yang permukaannya miring, diketemukanlah 2 buah fragmen menhir tersebut. Oleh Bapak Senen, kedua menhir tersebut dipinggirkan dan dikumpulkan dengan batuan lainnya untuk selanjutnya dijadikan talud. Namun sayang sekali, fragmen menhir D 136b saat dilakukan survei ke lokasi cagar budaya oleh TACB Gunungkidul pada bulan Oktober 2019, tidak diketemukan.Banyak cerita mistis yang diyakini oleh Bapak Senen (dan warga padukuhan Mendak) yang berkaitan dengan keberadaan fragmen-fragmen menhir di pekarangan rumahnya. Salah satu diantaranya adalah kepercayaan akan datangnya musibah jika ada seseorang yang berani memindah batu fragmen menhir di rumahnya. Menurut Pak senen lagi, beliau pernah mengalami sendiri ketika memindahkan secara sengaja fragmen menhir D 136c. Pada malam harinya, tiba-tiba istrinya sakit (tidak bisa berjalan) dan harus dibawa ke dukun. Berdasarkan keterangan dukun, sakit istrinya disebabkan oleh tindakan Pak Senen yang memindahkan batuan batu fragmen menhir tadi.Kondisi secara umum di wilayah Padukuhan Mendak, banyak diketemukan fragmen menhir seperti D 136a di pekarangan rumah Bapak Senen. Keberadaan fragmen-fragmen menhir di daerah Mendak Sumbergiri menunjukkan bahwa pada masa lalu di daerah tersebut pernah menjadi wilayah bermukimnya masyarakat prasejarah masa Megalitik. Keberadaan fragmen menhir yang tersebar di berbagai tempat masih diyakini penduduk Padukuhan Mendak sebagai peninggalan leluhur yang dijaga keberadannya. Masyarakat Padukuhan Mendak umumnya tidak berani memindah batu tersebut. Jadi tidak mengherankan jika di halaman warga terdapat fragmen menhir tidak dipindah, sementara terdapat bangunan baru disekeliling menhir tersebut.
Nilai Sejarah : Fragmen Menhir D 136a Sumbergiri di Mendak, Sumbergiri, Ponjong, merupakan bukti perkembangan kebudayaan manusia Prasejarah di wilayah Gunungkidul. Pada dasarnya menhir digunakan sebagai media pemujaan terhadap roh-roh nenek moyang.
Nilai Ilmu Pengetahuan : Fragmen Menhir D 136a Sumbergiri di Mendak, Sumbergiri, Ponjong, mempunyai nilai penting bagi ilmu pengetahun khususnya bagi ilmu arkeologi, dan sejarah. Menhir dapat digunakan sebagai kajian tentang rekonstruksi budaya masa lampau manusia pada zaman prasejarah sebelum mengenal tulisan.
Nilai Pendidikan : Fragmen Menhir D 136a Sumbergiri di Mendak, Sumbergiri, Ponjong, merupakan bukti konkret hasil karya peradaban masa Prasejarah di Indonesia, yang dapat digunakan sebagai objek pembelajaran bagi masyarakat khususnya ilmu Arkeologi, Antropologi, Sejarah, dan Budaya.
Nilai Budaya : Dari segi kebudayaan, eksistensi menhir tersebut membuktikan bahwa Gunungkidul memiliki kebudayaan yang lebih tua dibandingkan kabupaten yang lain di DIY.
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : BPCB DIY
Pengelolaan
Nama Pengelola : BPCB DIY
Catatan Khusus : Tinggi : 85 CmDiameter atas : 15 CmDiameter bawah : 20 Cm