Menhir D77 diletakkan berjajar dengan menhir-menhir lain di Penampungan Bleberan. Posisi Menhir D77 berada di sebelah selatan Menhir D79. Menhir D77 memiliki ukuran panjang 172 cm. Menhir digambarkan memiliki kepala, leher, bahu, tangan, dan badan. Tinggi kepala hingga bahu 54 cm. Panjang kepala 33 cm. Kepala bagian kanan pecah. Muka menhir berbentuk bulat telur. Muka rata dan polos. Di bawah kepala terdapat leher. Panjang leher 26 cm. Di bawah leher terdapat bahu. Ukuran lebar bahu 33 cm. Pada sisi kiri dan kanan badan di bawah bahu terdapat tangan. Panjang tangan kanan dan diri 66 cm. Bentuk tangan menyiku dengan telapat tangan ke arah perut. Jari tangan kanan mengepal, sementara jari tangan kiri berjumlah 3.
Secara umum Menhir D77 kondisinya sudah aus. Pada seluruh permukaan badan menhir banyak tumbuh mikroorganisme dan luka goresan.
Bahan Utama | : | Batu Batu Putih |
Keterawatan | : | / |
Dimensi Benda | : |
Panjang 167 Lebar 37 Tinggi - Tebal 43 Diameter - Berat - |
Peristiwa Sejarah | : | A. Menhir di GunungkidulBenda-benda peninggalan masa Megalitik banyak diketemukan di daerah Gunungkidul, terutama di wilayah kecamatan Ponjong, Karangmojo, Paliyan, Playen, dan Saptosari. Istilah megalitik dikenal untuk menyebutkan salah satu budaya yang menggunakan batu-batu besar sebagai sarananya. Benda-benda batu tersebut dibuat dengan tujuan sakral seperti pemujaan terhadap nenek moyang. Dengan melakukan tradisi pemujaan terhadap nenek moyang, pendukung tradisi megalitik (manusia prasejarah) percaya bahwa kehidupan mereka akan terhindar dari ancaman bahaya. Kehadiran nenek moyang yang dipuja dengam media benda-benda megalitik akan menimbulkan kedamaian, ketentraman, kesuburan, dan keselamatan.Catatan penemuan benda-benda Megalitik di Gunungkidul banyak ditulis oleh Pemerintah Kolonial pada masa sebelum kemerdekaan dan di masukkan ke dalam catatan Rapporten Ondheidkundigen Dients (ROD). Bahkan catatan yang tercantum dalam ROD tahun 1915 masih digunakan sebagai acuan dalam penanganan dan penyelamatan Benda Cagar Budaya di Gunungkidul hingga saat ini. Penelitian terhadap benda-benda Megalitik di Gunungkidul telah dilakukan secara intensif oleh para Peneliti Belanda. Arkeolog Belanda bernama JL. Moens pada tahun 1934, kemudian A.N.J. van Der Hoop pada tahun 1935 telah melakukan penelitian benda-benda prasejarah di Gunungkidul. Hasil penelitian kubur peti batu van Der Hoop di padukuhan Bleberan, Playen, menunjukkan bahwa dalam sebuah kubur peti batu diketemukan 3 buah rangka manusia yang disusun secara bertumpuk. Sebagai catatan penting : penelitian yang dilakukan Hoop pada saat itu merupakan peristiwa penemuan menhir yang pertama kali di wilayah Kecamatan Playen. Menhir yang diketemukan berada tidak jauh dari kubur peti batu.Pada masa setelah kemerdekaan, penelitian terhadap benda Megalitik terus dilakukan. Pada tahun 1968 Haris Sukendar melakukan pengamatan kembali terhadap obyek-obyek penelitian A.N.J. van Der Hoop. Benda-benda Megalitik tersebut adalah kubur peti batu dan menhir. Sumiyati Atmosudiro kemudian melakukan kajian terhadap temuan benda cagar budaya di daerah Beji, Kecamatan Playen.Berkaitan dengan penemuan Menhir di wilayah Playen, Sumiyati Atmosudiro mengemukakan pandangannya yang ditulis ke dalam makalah Tinjauan Sementara Tentang Arca Megaltik di Gunungkidul. Menurut Sumiyati, menhir yang diketemukan di Gunungkidul memiliki kemiripan dengan arca menhir di daerah Bondowoso (Jawa Timur), Napu Besoa dan Bada (Sulawesi tengah).B. Menhir D77 Penampungan BleberanSebelum diamankan ke Penampungan Bleberan pada tahun 1998, Menhir D77 merupakan salah satu dari sebelas menhir dari Playen yang pernah diamati oleh Sumiyati. Menhir D77 pada waktu tersebut disebut sebagai Arca Menhir Playen No. 2 (disingkat AMP 2). Ketika diamati oleh Sumiyati pada tahun 1980, disebutkan bahwa AMP 2 berada di tengah tengah desa Playen. AMP 2 berada dalam posisi tegak, di pinggir jalan desa dengan bentuk kepala bagian kanan hilang. Diantara semua menhir yang ditemukan di Desa Playen, AMP 2 merupakan menhir yang paling utuh, karena bagian badan sampai kepala masih lengkap.Hasil pengamatan atas AMP 2 yang dilakukan Sumiyati, adalah sebagai berikut : “muka berbentuk bulat telur. Panjang muka 24 cm dan lebar 21 cm. Alis lurus dan menjadi satu dengan garis hidung. Muka dan mulut tidak digambarkan, bentuk telinga panjang. Tangan digambarkan disamping badan dan pada siku membengkok ke arah perut. Jari-jari tangan kanan mengepal, sedangkan telapak tangan kiri terbuka dengan jari-jarinya digambarkan tiga buah.†Ukuran AMP 2 hasil pengamatan Sumiyati adalah : tinggi menhir dari permukaan tanah 128 cm (mehir dalam posisi berdiri, bagian kaki terpendam tanah). lebar badan menhir 31 cm, sedang lebar pundak sebelah kanan 6,5 cm dan sebelah kiri 3,5 cm. Kemudian pada tahun 1984 Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala (sekarang BPCB) Daerah Istimewa Yogyakarta mengadakan kegiatan penyuluhan kepurbakalaan di daerah Gunungkidul. Dari kegiatan yang berlangsung pada tahun tersebut Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala menindaklanjuti dengan kegiatan pengamanan pada tahun 1998 dengan menjadikan sebuah lahan di Dusun Bleberan sebagai tempat penampungan temuan benda-benda Megalitik dari Kecamatan Playen. Setelah diregistrasi BPCB DIY tahun 1998, AMP. 1 mendapatkan nomor inventaris D77. Saat ini menhir D77 menjadi salah satu dari 57 koleksi benda Megalitik yang diamankan di Penampungan Bleberan. |
Nilai Sejarah | : | Menhir D 77 Penampungan Bleberan, merupakan bukti perkembangan kebudayaan manusia Prasejarah di wilayah Gunungkidul. |
Nilai Ilmu Pengetahuan | : | Menhir D 77 Penampungan Bleberan, mempunyai nilai penting bagi ilmu pengetahun khususnya bagi ilmu arkeologi, dan sejarah. Menhir dapat digunakan sebagai obyek kajian tentang rekonstruksi budaya masa lampau manusia pada zaman Prasejarah sebelum mengenal agama. |
Nilai Pendidikan | : | Menhir merupakan bukti konkret hasil karya peradaban masa Prasejarah di Indonesia, yang dapat digunakan sebagai objek pembelajaran bagi masyarakat khususnya ilmu Arkeologi, sejarah, dan budaya. |
Nilai Budaya | : | Dari segi kebudayaan, eksistensi Menhir tersebut membuktikan bahwa Gunungkidul memiliki kebudayaan yang lebih tua sehingga memperkaya khasanah budaya Indonesia, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta. |
Nama Pemilik Terakhir | : | Pemerintah |
Nama Pengelola | : | pemerintah |
Catatan Khusus | : | Ukuran MenhirPanjang : 167 cm kepala : 22,8 cm leher : 22,8 cm Badan : 121,4 cmLebar : 37 cmTebal : 43 cm |