Arca Ganesha D174 berada di tempat terbuka di hutan yang dinamakan Hutan Tahunan. Lokasi tersebut berada jauh dari pemukiman penduduk. Tempat Arca Ganesha D174 berada, secara spesifik dinamakan dengan sebutan Ngriki oleh penduduk setempat. Wilayah Hutan Tahunan sebagian besar merupakan wilayah perbukitan batu kapur yang banyak tumbuh pohon jati. Pepohonan tersebut sengaja ditanam oleh penduduk, terutama di wilayah yang terjal dan berbatu. Namun pada wilayah yang agak datar dan mengandung banyak tanah, penduduk di daerah tersebut menggunakannya sebagai lahan bercocok tanam pada musim penghujan. Arca Ganesha D174 berada di atas bukit berbatu di tengah-tengah hutan jati yang cukup lebat. Ketika dikunjungi oleh TACB Gunungkidul, arca tersebut berada di atas susunan batu yang berfungsi sebagai talud atau penahan tanah.
Arca Ganesha digambarkan duduk meghadap ke arah timur di atas sebuah lapik dengan kondisi tidak utuh atau hilang. Bagian ikonografi Ganesha yang hilang pada arca D174 adalah : kepala, kedua tangan, Kedua telapak kaki, dan belalai. Lapik pada bagian belakang juga sudah pecah. Batu arca dalam kondisi sangat aus, sehingga bentuk ukiran yang tersisa juga terlihat samar-samar. Pada seluruh permukaan batu tumbuh mikroorganisme dan jamur.
Bentuk badan Ganesha gemuk dengan tundila atau perut yang buncit. Pada bagian bahu kiri menggantung upawita atau tali kasta. Tali tersebut masih terlihat meski samar-samar di bagian punggung dan perut sisi depan. Pada bagian punggung bawah terdapat udarabanda atau ikat pinggang. Sikap duduk Ganesha adalah utkutikasana atau bersila dengan kedua telapak kaki berhadapan satu sama lain. Berdasarkan kajian ciri-ciri ikonografi di atas, tampak jelas bahwa arca D174 di Hutan Tahunan adalah arca Ganesha.
Bahan Utama | : | Batu Batu Putih |
Keterawatan | : | / |
Dimensi Benda | : |
Panjang - Lebar 56 Tinggi 63 Tebal 41 Diameter - Berat - |
Peristiwa Sejarah | : | A. Mitologi GaneshaDalam Kamus Arkeologi disebutkan bahwa Ganesha adalah Dewa ilmu pengetahuan dan penyingkir rintangan dalam Agama Hindu. Bagi para pemujanya, Ganesha merupakan dewa pemberi kesejahteraan dan kebijaksanaan. Ikonografi Ganesha berupa makhluk berbadan manusia dengan kepala gajah, bertangan dua atau empat dengan laksana berupa tasbih, kapak, sangkha dan jerat. Pada kepala terdapat ardha candrakapala dengan mata ketiga di dahinya. Upawita terdiri dari ular dan ragkaian tengkorak. Tangan kanan depan membawa modaka, sejenis kue yang digambarkan berupa sejumlah benda bulat yang diletakkan di dalam mangkuk. Ke dalam mangkuk itu dimasukkan belalainya sebagai lambang bahwa ia tidak puas-puas mencari ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan. Tangan kiri depan membawa patahan gading. Ganesha merupakan putra dari Dewa Siwa dan Dewi Parwati. Ganesha merupakan tokoh dewa yang memiliki perwujudan istimewa dengan kepala gajah berbadan manusia yang berperut buncit. Dalam mitologi Agama Hindu, Ganesha merupakan dewa yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan transedental serta menjadi penghalang marabahaya. Karena sifatnya tersebut maka Ganesha merupakan dewa yang banyak dipuja masyarakat. Dalam kebudayaan Hindu Jawa, Ganesha menjadi dewa yang banyak dipuja. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya temuan arca Dewa Ganesha di seluruh Jawa. Dalam bangunan Candi Siwa, Ganesha biasanya menuduki posisi timur atau barat. Namun demikian, Ganesha juga dipuja sebagai dewa penghalang rintangan (Vigneshwara) yang dipuja secara mandiri dan biasanya ditempatkan di tempat-tempat yang dianggap berbahaya, misalnya di perempatan jalan atau dipinggir sungai. B. Sejarah Arca Ganesha Di Hutan Tahunan.Arca Ganesha D 174 memiliki latar belakang cerita yang cukup unik. Berdasarkan keterangan masyarakat yang ditemui di sekitar lokasi penemuan, arca tersebut konon memiliki kaitan erat dengan keberadaan sebuah sumber air atau Sendang Tangis yang berada di Dusun Sumur, Giripurwo, Purwosari. Sebagai informasi, keberadaan Hutan Tahunan secara administrasi sebagian masuk ke wilayah KKapanewon Purwosari dan sebagian masuk ke wilayah Kapanewon Panggang. Lokasi Arca Ganesha D 174 berada di perbatasan antara kedua kapanewon tersebut. Jadi meskipun berada di Dusun Pudak, namun sebenarnya lokasi Arca Ganesha D174 berada lebih dekat di wilayah pemukiman penduduk Dusun Sumur. Pada masa lalu sebelum tahun 1980, daerah di sekitar Dusun Sumur selalu mengalami kesulitan air bersih ketika musim kemarau tiba. Sumber air Tangis merupakan sumber mata air alami yang berada di lereng perbukatan kapur. Air yang keluar dari mata air tersebut tidak pernah habis atau kandas meskipun musim panas yang panjang atau ketigo nerak. Pada waktu itu, sumber mata air Tangis menjadi sumber air utama yang digunakan masyarakat di daerah ini. Bahkan penduduk yang menggunakan mata air tersebut menjangkau hingga ke radius 5 km jauhnya dari lokasi sumber mata air Tangis. Penduduk yang kesulitan mendapatkan air bersih rela antri di tempat tersebut, mengingat pada waktu itu belum ada PDAM maupun sumber air yang lain. Berdasarkan cerita rakyat yang berkembang dari mulut ke mulut, sumber mata air atau Sendang Tangis ditemukan oleh seseorang tokoh misterius yang tidak diketahui asal usulnya. Konon, ketika terjadi musim panas yang sangat panjang di Gunungkidul, masyarakat Dusun Sumur banyak yang menangis karena kesulitan mendapatkan air bersih. Kemudian datanglah seorang asing ke tempat tersebut. Orang asing tersebut kemudian berjalan ke arah sebuah lembah yang berada di sebelah timur Dusun Sumur. Dengan menggunakan sebuah alat, orang asing tersebut berhasil memunculkan air dari dalam tanah yang kemudian menjadi sendang. Namun anehnya orang asing tersebut langsung pergi begitu saja ke arah tenggara, ke atas perbukitan. Kemudian warga setempat mencari keberadaan orang tersebut. Ketika di panggil-panggil berkali-kali hanya muncul jawaban “ngriki†atau “di siniâ€, namun tidak ada orangnya. Penduduk yang penasaran terus saja mencari keberadaan orang asing tersebut. Jawaban “ngriki†akhirnya berhenti di sebuah arca batu yang berada kurang lebih 300 meter ke arah timur dari sumber air yang dia temukan. Lokasi tersebut berada di atas bukit di tengah hutan. Sejak saat itu, lokasi tempat ditemukannya Arca Ganesha D 174 disebut dengan Ngriki. Sementara itu lokasi tempat ditemukannya sumber air di beri nama Sendang Tangis. Hingga saat ini Sendang Tangis menjadi sumber mata air utama masyarakat di Dusun Sumur. |
Nilai Sejarah | : | Arca Ganesha D 174 merupakan bukti konkrit perkembangan kebudayaan Hindu di wilayah Kabupaten Gunungkidul. Arca Ganesha D 174 merupakan bukti dari sisa-sisa peninggalan kebudayaan Hindu periode Klasik Abad X-XI Masehi. |
Nilai Ilmu Pengetahuan | : | Arca Ganesha D 174 mempunyai nilai penting ilmu pengetahuan sebagai obyek kajian, terutama imu Arkeologi tentang hasil karya manusia masa lampau. |
Nilai Pendidikan | : | Arca Ganesha D 174 Pudak merupakan bukti konkit hasil karya peradaban manusia pada masa Klasik di Indonesia yang telah berlangsung sejak 10 abad yang lalu, sehingga dapat digunakan sebagai pembelajaran bagi masyarakat, terutama ilmu arkeologi dan seni (seni pahat). |
Nilai Budaya | : | Ekisitensi Arca Ganesha D 174 Pudak menjadi bukti bahwa Gunungkidul memiliki kebudayaan masa Klasik, sehingga memperkaya khasanah budaya di Indonesia, Daerah Istimewa Yogyakarta pada umumnya dan Gunungkidul pada khususnya.Kearifan lokal masyarakat Dusun Sumur masih tetap dijalankan dalam menjaga dan melestarikan sumber air bersih di Sendang Tangis. |
Nama Pemilik Terakhir | : | Pemerintah |
Nama Pengelola | : | Pemerintah |