Loading

Deskripsi Singkat

"Stasiun Kereta Api Bantul ini terletak di Jl. Jend Sudirman/HOS Cokroaminoto no. 13 RT 02 Gedriyan, kelurahan Nyangkringan, kecamatan Bantul, Bantul dengan koordinat geografis X -7.88743 dan Y 110.32936. Gedung ini terletak di pinggir jalan dan dulunya merupakan salah satu stasiun pemberhentian bagi kereta pengangkut komoditas rute Yogyakarta-Srandakan-Brosot.

Stasiun Kereta Api Bantul diresmikan pada masa pemerintahan Belanda pada tahun 1895 oleh NISM (Nederlands Indische Spoorweg Maatschappij) sebagai salah satu halte pemberhentian bagi rute kereta Yogyakarta-Srandakan-Brosot. Stasiun Kereta Api Bantul ini berhubungan langsung dengan Stasiun Palbapang. Pada mulanya Stasiun Maguwo dibangun hanya untuk keperluan perkebunan, yaitu sebagai transit kereta api untuk pengangkutan komoditas ke/dari pabrik-pabrik gula di Bantul. Setelah kepemilikannya beralih kepada PT. KAI, sarana transportasi Kereta Api terus mengalami perkembangan  dan stasiun ini masih digunakan sebagai stasiun pelayanan penumpang. Namun, dalam pelaksanaannya, terdapat sejumlah kendala. Pada tahun 1970an kendala-kendala tersebut mencapai klimaksnya. Kendala-kendala tersebut di antaranya adalah masalah penumpang gelap, kerusakan lokomotif maupun relnya. PT. KAI akhirnya memutuskan untuk menutup sejumlah jalur kecil, seperti Yogyakarta-Srandakan-Brosot ini yang secara ekonomi tidak memberikan keuntungan. Penutupan jalur ini juga ditegaskan sejumlah narasumber di lapangan, mereka menyebutkan jika jalur Yogya-Brosot mulai tidak beroperasi sekitar tahun 1976-1977. Kini, Stasiun Kereta Api Bantul digunakan sebagai bangunan niaga.

Stasiun ini sudah banyak sekali mengalami kerusakan dan perubahan. Karena belum ditemukan sumber-sumber tentang pendirian stasiun-stasiun tersebut, baik tentang rincian maupun tahun pendiriannya, maka tidak diketahui secara pasti seperti apa gaya arsitetur asli dari stasiun ini. Berdasarkan pengamatan terhadap kondisi bangunan saat ini, diperkirakan bahwa stasiun ini menerapkan gaya arsitektur Indis. Ciri Indis yang masih dapat dilihat ada pada bentuk pintu dan jendela tinggi berteralis dengan ventilasi (bouvenlicht) lingkaran yang juga berteralis. Bentuk atap bangunan limasan masih dapat dilihat meskipun bahannya telah diganti. 

Di Stasiun ini sudah tidak ditemukan lagi bekas rel karena sudah tertutup aspal. Kondisi bangunan stasiun inisudah banyak sekali mengalami kerusakan terutama di bagian atap sehingga harusdiganti. Penggantian bentuk juga terjadi pada komponen lantai, kolom, dan jugapenambahan rolling door di depan."

Bangunan Stasiun Bantul menggunakan model atap limasan. Denah bangunan berbentuk persegi panjang, membujur utara-selatan, memiliki ukuran bangunan induk 14 m x 4 m, tinggi bangunan 6,2 m dengan tritisan di empat sisinya selebar 1,5 m.

Lantai bagian dalam menggunakan teraso bermotif, warna dasar putih, berukuran 20 cm x 20 cm. Lantai dikombinasi dengan teraso sejenis berwarna dasar merah. Lantai asli bagian luar bangunan/bagian emper sebelah utara sudah tidak tampak karena tertutup conblok untuk trotoar. Saat ini, ketinggian trotoar sama dengan ketinggian lantai stasiun. Lantai bagian luar sebelah selatan berupa plesteran semen PC warna abu-abu.

Menurut Ibu Susana (pedagang-saat ini menempati rumah dinas Stasiun Bantul, usia 51 tahun), emper bagian selatan dahulu hanya berupa tanah, sedangkan emper bagian utara merupakan peron stasiun. Panjang peron sama dengan panjang bangunan stasiun ± 14 m. Berdasarkan informasi dari Bapak Joko (Disbud Bantul), di sebelah utara peron terdapat tiga jalur rel kereta api. Teras peron dan jalur rel saat ini sudah tertutup trotoar dan aspal, sehingga sudah tidak tampak.

Dinding stasiun berupa tembok batu bata berplester, ukuran tebal 20 cm dan dicat warna putih. Dinding sisi luar terdapat ornamen batu kerikil tempel setinggi 2 m dari lantai stasiun. Batas antara ornamen batu kerikil tempel dan dinding plesteran ada profil list selebar 8 cm. Dinding bagian atas sisi luar terdapat plint (bagian dinding yang ditimbulkan) plesteran semen sehingga membentuk profil dinding. Bangunan stasiun dahulu terbagi menjadi empat ruangan, yaitu :

a)       Ruang tunggu calon penumpang kereta api

Ruang tunggu calon penumpang kereta api berada di bagian selatan. Dinding bagian bawah terdapat plint dari teraso bermotif warna dasar putih ukuran 20 x 18 cm. Dinding sisi utara sudah dibongkar karena digunakan untuk bengkel. Dinding sisi timur terdapat sebuah pintu tanpa daun berbentuk persegi. Di atas pintu terdapat dua ventilasi berbentuk lingkaran berdiameter 50 cm dengan teralis besi. Pintu ini dilengkapi dengan penutup pintu gulung (rolling door). Dinding sisi selatan bagian atas terdapat dua ventilasi berbentuk lingkaran dengan teralis besi. Dinding sisi barat terdapat satu pintu berdaun satu terbuat dari kayu dan satu jendela kusen kayu panil kaca bening. Pintu ini dahulu merupakan pintu terbuka, sama seperti pintu pada dinding sisi timur. Di atas pintu terdapat dua ventilasi berbentuk lingkaran dengan teralis.

Menurut Ibu Susana, dahulu ruangan ini merupakan ruang terbuka yang digunakan untuk ruang tunggu bagi calon penumpang kereta api. Pintu di sisi timur menghubungkan antara ruang tunggu dengan emper sisi selatan dan jalan. Pintu di sisi barat menghubungkan antara ruang tunggu dengan peron.

Setelah Stasiun Bantul tidak lagi beroperasi, bangunan ini dimanfaatkan untuk bengkel dan dilakukan perubahan seperti tampak pada pintu dan jendela.

 

b)       Ruang administrasi dan loket penjualan tiket kereta api

Ruangan administrasi dan loket penjualan tiket kereta api berada di sebelah timur ruang tunggu. Dinding bagian bawah terdapat plint dari teraso bermotif warna dasar putih ukuran 20 cm x 18 cm. Pada dinding sisi timur terdapat satu jendela berdaun dua, dicat warna putih. Kusen jendela terbuat dari kayu ketebalannya 12 cm x 7 cm, sedangkan daun jendela kayu berukuran 1,20 m x 1,16 m. Di atas jendela terdapat satu ventilasi berbentuk lingkaran dengan teralis besi.

Pada dinding sisi barat terdapat satu pintu berdaun dua dicat warna putih. Ukuran ketebalan kusen 14 cm x 8 cm, ukuran daun pintu panil kayu ukuran 1,22 m x 1,98 m. Di atas pintu terdapat satu ventilasi berbentuk lingkaran dengan teralis besi. Ruangan itu saat ini digunakan untuk bengkel. Dinding pembatas antara ruang tunggu calon penumpang dengan ruang administrasi telah dibongkar karena digunakan untuk bengkel. Dinding pembatas berukuran tebal 15 cm. Sisa dinding pembatas yang masih tersisa dapat dilihat di bagian loteng.

 

c)       Ruang untuk gudang

Ruangan paling timur kemungkinan digunakan untuk gudang. Dinding bagian bawah terdapat plint dari teraso bermotif warna dasar putih ukuran 20 cm x 18 cm. Dinding sisi utara terdapat dua ventilasi berbentuk lingkaran dengan teralis besi. Dinding sisi timur terdapat satu pintu berdaun dua dicat warna putih. Ukuran ketebalan kusen 14 cm x 8 cm, ukuran daun pintu panil kayu ukuran 1,22 m x 1,98 m. Dinding sisi barat terdapat satu pintu berdaun satu terbuat dari kayu dan satu jendela kayu panil kaca bening. Di atas pintu masing-masing terdapat satu ventilasi berbentuk lingkaran dengan teralis besi. Ruangan ini sekarang digunakan untuk warung makan.

 

d)       Toilet

Toilet berada di bagian selatan bangunan stasiun atau di sebelah selatan ruang tunggu. Bangunan berbentuk kubus, tinggi bangunan 2,10 m. Lantai berupa plesteran semen. Dinding berupa tembok batu bata berplester, ukuran 20 cm x 10 cm. Dinding sisi luar terdapat ornamen batu kerikil tempel.

Toilet memiliki dua ruang yang dibatasi dinding tembok batu bata setinggi 2 m. Masing-masing toilet terdapat bak air, kloset, dan pintu terbuat dari kayu. Ventilasi kayu berbentuk persegi dengan panil kaca bening ada di dinding sisi timur. Atap toilet berupa cor beton setebal 10 cm.

Di sebelah barat toilet terdapat sebuah ruangan tambahan yang digunakan untuk mushola. Ruangan ini menggunakan dinding pasangan batu bata berplester ukuran tebal dinding 15 cm. Bagian atap menggunakan asbes.

 

Bagian langit-langit bekas ruang tunggu dan ruang administrasi ditutup dengan papan kayu yang sekaligus berfungsi sebagai loteng tempat menyimpan alat-alat bengkel. Tangga naik ke loteng menempel pada dinding sisi selatan. Loteng ini dibuat dengan memotong beberapa kayu yang digunakan untuk penyangga penutup langit-langit. Selain itu, posisi loteng yang lebih rendah daripada langit-langit menyebabkan separuh bagian ventilasi tertutup papan kayu untuk lantai loteng.

Pada ruang bekas gudang dan bagian emper, langit-langit ditutup dengan eternit ukuran 1 m x 1 m dicat warna putih. Sambungan antar eternit dipasang lis kayu warna coklat yang berfungsi sebagai penguat dan hiasan. Atap bangunan berbentuk limasan terdiri atas bagian gajahan (atap utama) dan bagian emper (bagian atap terluar). Atap utama berukuran tinggi 2,2 m. Kerangka atap ditopang oleh kuda-kuda dari kayu. Di tengah atap utama terdapat gording (balok yang melintang untuk usuk dan reng). Kuda-kuda dan gording dibuat dari balok kayu berukuran 12 cm x 8 cm. Kayu untuk usuk  berukuran 7 cm x 5 cm dipasang sejajar model ri gereh. Ujung usuk menumpu pada nok/molo, sedangkan pangkal usuk menumpu pada balok kayu/blandar di atas tembok.

Bagian emper berukuran lebar 2 m. Ujung usuk emper menumpu pada blandar. Pangkal usuk ditutup dengan lisplank dari papan kayu selebar 30 cm, dicat warna coklat. Atap menggunakan genteng dan bubungan model vlaam tanpa cat. Genteng menumpu pada reng yang dipasang di atas usuk. Pada sisi utara diberi tambahan atap dari fiber. Kerangka penyangga atap fiber menempel pada dinding stasiun sisi barat.


Status : Bangunan Cagar Budaya
Periodesasi : Kolonial (Belanda/Cina)
Alamat : Jalan Jend Sudirman no. 142 Dusun Nyangkringan, Bantul, Bantul, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
7.88743° S, 110.32936° E

SK Walikota/Bupati : SK Bupati Bantul 613


Lokasi Stasiun Bantul di Peta

Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi
Tebal
Diameter
Berat
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Fungsi Bangunan : Niaga
Komponen Pelengkap :
  1. Pintu,Asli
  2. Ventilasi,Asli
  3. Jendela,Asli
  4. Kolom/Tiang,Diganti
  5. Lantai,Diganti
  6. Plafon,Diganti
  7. Atap,Diganti
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Deskripsi Atap :  Bangunan Stasiun Bantul menggunakan model atap limasan.
Deskripsi Lantai : Lantai bagian dalam menggunakan teraso bermotif, warna dasar putih, berukuran 20 cm x 20 cm. Lantai dikombinasi dengan teraso sejenis berwarna dasar merah. Lantai asli bagian luar bangunan/bagian emper sebelah utara sudah tidak tampak karena tertutup conblok untuk trotoar. Saat ini, ketinggian trotoar sama dengan ketinggian lantai stasiun. Lantai bagian luar sebelah selatan berupa plesteran semen PC warna abu-abu.
Fungsi Situs : Niaga
Fungsi : Niaga
Peristiwa Sejarah : Pembangunan jalan kereta api di Hindia Belanda dirintis oleh perusahaan kereta api swasta N.V. NISM (Naamlooze Venootschap Nederlandsch-Indische Spoorweg-Maatschappij). Pembangunan jalur kereta api diawali dengan pengajuan konsesi untuk pemasangan dan pengusahaan jalur rel dari Semarang ke Vorstenlanden. Konsesi adalah suatu izin dari pemerintah dalam mengusahakan suatu keaktifan perekonomian yang pada umumnya disertai dengan syarat-syarat dan batas waktu yang telah ditentukan (Encyclopedia of the Social Sciences, hlm.: 154). Pemerintah menyerahkan tanah dan menyetujui konsesi yang diajukan oleh pihak swasta. Keputusan tersebut diambil dengan pertimbangan, swasta memiliki modal yang lebih besar daripada pemerintah (John F. Snelleman, hlm. : 73-74). Stasiun pertama di Yogyakarta yang dibangun oleh NISM yakni Stasiun Lempuyangan. Stasiun kereta ini dahulu dikenal dengan nama Stationsgebouw Semarang-Vorstenlanden, karena jalur yang dieksploitasi adalah dari Stasiun Semarang ke Yogyakarta (Lempuyangan) melalui Solo. Pembangunan Stasiun Lempuyangan merupakan bagian ke-3 dari rangkaian projek pembangunan jalur kereta api Semarang-Vorstenlanden, sepanjang 57,6 km dibangun dari Solo sampai ke Yogyakarta (Verslag van den Raad van Beheer der Nederlandsch-Indische Spoorweg-Maatschappij: 8-14). Perluasan jalur NISM di Yogyakarta mulai dikerjakan pada tahun 1887. Jalur rel dari Stasiun Lempuyangan diperpanjang sejauh 1 km ke barat sampai ke Stasiun Tugu. Stasiun Tugu adalah stasiun kereta api yang dibangun oleh perusahaan kereta api milik pemerintah Staatsspoorweg (SS). Dari Stasiun Tugu, NISM memperluas jalur ke selatan menuju Brosot. Jalur kereta api Yogyakarta-Brosot merupakan jalur trem NISM dari jalur utama Semarang-Vorstenlanden. Lebar rel yang digunakan berukuran 1.435 mm, menyesuaikan lebar rel pada jalur utama Semarang-Vorstenlanden. Pembangunan jalur ini berdasarkan GB (Gouvernementsbesluit) No. 9 tahun 1893 tanggal 20 April 1893 untuk pengajuan konsesi selama 50 tahun. Pembangunan jalur trem Yogyakarta-Brosot, terbagi menjadi dua bagian pembangunan. Bagian pertama dibangun dari Yogyakarta (Tugu) ke Srandakan sepanjang 23 km, mulai beroperasi pada 21 Mei 1895. Sepanjang jalur ini didirikan stasiun-stasiun kecil di Ngabean, Dongkelan, Winongo, Cepit, Bantul, Paal Bapang, dan Srandakan. Bagian ke-2 dari Srandakan ke Brosot sepanjang 2 km, mulai beroperasi pada 1 April 1915. Stasiun kecil didirikan di Sewugalur.
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : PT KAI DAOP VI Yk
Pengelolaan
Nama Pengelola : PT KAI DAOP VI Yk