Bangunan sekolah ini terletak di Kelurahan Tegalpanggung, Kecamatan Danurejan, Kota Yogyakarta. Tepatnya berada di Jalan Mas Soeharto No. 48. Bangunan sekolah ini dibangun pada masa pemerintahan Hindia-Belanda yakni sekitar tahun 1917 M. Awalnya bangunan sekolah ini digunakan oleh Hollandsche Chineesche school (HCS) Met de Bijbel. HCS adalah sekolah dasar yang khusus diperuntukan bagi warga Tionghoa pada jaman Hindia-Belanda. Tujuan sekolah ini yaitu untuk membangun loyalitas warga Tionghoa terhadap pemerintah Hindia-Belanda. Pada penjajahan Jepang, sekolah ini sempat ditutup. Kemudian dibuka lagi ditempati oleh Yayasan BOPKRI (Badan Oesaha Pendidikan Kristen Indonesia) dan saat ini menjadi SMP BOPKRI 1.
Bangunan sekolah ini dibangun dengan gaya arsitektur Indis. Hal ini terlihat
bagian jendela dan pintu yang memiliki krepyak dan langit-langit yang tinggi.
Pada bagian muka bangunan terdapat kolom-kolom melengkung sebagai elemen
dekoratif. Perubahan yang terlihat pada bangunan ini terdapat pada bagian
lantai yang sudah ditambahkan keramik.
Dimensi Benda | : |
Panjang Lebar Tinggi Tebal Diameter Berat |
Jenis Struktur | : | Kolonial |
Jenis Bangunan | : | Kolonial |
Fungsi Bangunan | : | Sekolah |
Komponen Pelengkap | : |
|
Deskripsi Fasad | : | Bangunan SMP BOPKRI I menghadap ke Utara. Denah bangunan asli berbentuk U yang terbuka di bagian selatan dan digunakan untuk ruang-ruang kelas, kantor guru dan karyawan, aula serta sarana pendukung lainnya Di bagian utara dari deretan kelas tersebut terdapat selasar atau teras memanjang dari timur ke barat. Bagian tepi luar selasar terdapat pilar-pilar yang dihubungkan dengan dinding atas berbentuk lengkung. Tepat di bagian tengah fasad bangunan terdapat pintu masuk utama yang menonjol ke depan, mirip dengan porch pada bangunan gereja. Di bagian depan terdapat pintu lengkung yang berukuran lebih besar dari pintu lengkung pada bagian teras. Di bagian atasnya terdapat tulisan SMP BOPKRI I dan di atas tulisan tersebut terdapat roster berbentuk persegi berornamen bentuk diagonal. |
Deskripsi Jendela | : | Jendela pada dinding utara menggunakan model kupu tarung (dua daun pintu) yang membuka ke luar, terbuat dari kayu yang dicat kombinasi warna coklat pada krem dan abu-abu pada panil. Pada jendela bagian dalam terdapat daun jendela berpanil kaca es berukuran setengah dari bidang yang ada. Sedangkan pada jendela bagian luar adalah daun jendela dengan panil kayu di bagian bawah dan krepyak di bagian atas. Pada sisi timur bangunan terdapat jendela dengan model yang sama tetapi tanpa tambahan kaca es di bagian dalam. Karena di sebelah ruang kelas di sisi timur adalah tempat parkir guru dan siswa (bangunan baru), maka jendela di sisi timur selalu tertutup untuk mengurangi suara bising kendaraan. Jendela pada dinding selatan menggunakan model yang sama dengan jendela di sisi utara, tetapi di atas jendela terdapat boven licht (jendela atas) yang berfungsi untuk memasukkan cahaya dan udara ke dalam ruang kelas. Boven licht terbuat dari kayu tanpa daun yang berpola grid. Kusen boven licht menyatu dengan kusen jendela. Jendela berukuran tinggi 156 cm, lebar 142 cm, sedangkan tinggi permukaan jendela adalah 121cm dari muka lantai. |
Deskripsi Pintu | : | Pintu masuk utama ini aslinya berupa tembok batu bata berplester berwarna putih, namun saat ini telah ditempel dengan keramik warna hijau. Pintu masuk lorong berupa pintu model kupu tarung atau pintu dengan dua buah daun yang terbuat dari panil kayu di bagian bawah dan panil krepyak di bagian atas. Pintu antar ruang kelas merupakan pintu single (inep siji) atau berdaun pintu satu dari bahan kayu dengan panil kayu di bagian bawah dan panil kaca bening di bagian atas. Kayu pada pintu dicat warna coklat tua dan putih. Posisi pintu yang berukuran tinggi 242cm dan lebar 83cm ini berada di sudut ruangan. |
Deskripsi Atap | : | Bangunan asli ini memiliki bentuk atap limasan dengan penutup atap genteng Rangka atap bangunan terbuat dari kayu jati tanpa cat. Struktur penyangga atap berupa kuda-kuda kayu jati 8cm x 12cm dan gunung-gunung. Pada gunung-gunung terdapat lubang (man hole) atau pintu lengkung 120cm x 80cm yang berfungsi untuk membersihkan atap sekaligus untuk sirkulasi udara pada ruang atap. Penutup atap utama yang asli berupa genteng kripik atau genteng vlaam, sedangkan atap teras/selasar menggunakan seng. Pada tahun 1999, atap utama dan atap selasar/teras diganti dengan genteng press yang dicat warna hijau. Pada atap utama di sisi utara terdapat bukaan (uilendzolder) sebagai ventilasi udara untuk mendinginkan ruang atap. Atap pada bagian porch berbentuk atap kampong gajah ngombe, yaitu atap kampung dengan tambahan tritis pada satu sisi saja. Di bagian ujung jurai yang berbentuk segitiga (tutup keyong) ditutup dengan kaca bening berbingkai kayu. |
Deskripsi Lantai | : | Secara umum, bentuk bangunan asli tidak mengalami perubahan. Pada tahun 2007, lantai bangunan, baik pada teras/selasar maupun ruang kelas yang semula menggunakan tegel abu-abu telah diganti dengan tegel keramik 30 x 30 cm2 warna hijau yang dipasang di atas tegel abu-abu (tegel asli). |
Deskripsi Kolom/Tiang | : | Teras dalam di sebelah selatan yang berbentuk U disangga tiang kayu yang dicat warna coklat tua yang berdimensi 10x10 cm2 dengan ketinggian 285cm. Tiang-tiang ini menopang blandar (balok horizontal) berdimensi sama dengan tiang. |
Deskripsi Ventilasi | : | Roster berbentuk persegi berornamen bentuk diagonal |
Deskripsi Plafon | : | Plafon asli semua ruangan berupa pyan dari anyaman bambu yang di kemudian hari diganti dengan plafon eternit. |
Jenis Ragam Hias | : | Pada bagian puncak tiang terdapat ornamen berbentuk anak panah yang mengarah ke atas. |
Fungsi Situs | : | Sekolah |
Fungsi | : | Sekolah |
Tokoh | : | Menerima Penghargaan Pelestari dan Penggiat Warisan/ Cagar Budaya Anugerah Kebudayaan Gubernur DI Yogyakarta Tahun 2021Menerima Penghargaan Pelestari Cagar Budaya Tahun 2013 |
Peristiwa Sejarah | : | Sejarah perkembangan pendidikan modern di Indonesia tidak terlepas dari Politik Etis yang diterapkan Belanda dengan Trilogi Van Deventer, yaitu pendidikan, imigrasi, dan pengairan. Dengan Trilogi tersebut pemerintah Belanda dituntut memajukan kesejahteraan rakyat Indonesia yang telah memberi kekayaan kepada Negeri Belanda. Dalam bidang pendidikan, Pemerintah Belanda menjalankan politik pemisahan (segregation), yaitu politik diskriminasi ras yang terbagi menjadi tiga golongan: Belanda, Timur Asing (Cina), dan Pribumi.Pada awalnya persoalan pendidikan rakyat pribumi (inlandsche bevolking) kurang diperhatikan oleh pemerintah kolonial Belanda, termasuk pendidikan orang Cina di Indonesia. Keadaan sosial yang miskin dan belum mapan di perantauan menjadi alasan utama mereka dalam pendidikan anak-anaknya. Kalaupun ada orang Cina yang menyekolahkan anak-anaknya, jumlahnya sangat kecil dan terbatas pada mereka yang mampu secara ekonomi. Sebelum abad-20, model pendidikan Cina di Indonesia adalah pendidikan tradisional, yaitu suatu sistem pendidikan yang diberikan oleh generasi tua pada generasi muda berdasarkan pengalaman nenek moyangnya.Dengan keluarnya Undang-undang tahun 1854 tentang Kebijakan Pemerintah Belanda khususnya di bidang pendidikan bagi rakyat, anak anak Cina diberi kesempatan memasuki sekolah-sekolah Belanda seperti halnya untuk anak pribumi. Mereka belajar di sekolah-sekolah Kristen Belanda. Penyelenggaraan sekolah Kristen di Indonesia bersamaan dengan kegiatan penyebaran agama Kristen. Usaha tersebut pertama kali dilakukan oleh Verenigde Oost Indische Compagnie (VOC) sebagai sarana penghapus pengaruh Katolik di wilayah Indonesia waktu itu. Saat itu penyelenggaraan sekolah Kristen dilakukan oleh misi Zending sebagai salah satu sarana penyebaran agama Kristen di seluruh wilayah Indonesia. Di Yogyakarta ada dua lembaga yang mengusahakan pendidikan Kristen bagi warga masyarakat, yaitu Zending Gereeformerde Kerken (ZGK) dan Vereeniging Scholen met de Bijbel. ZGK mendirikan sekolah-sekolah Zending, sedangkan Vereeniging Scholen met de Bijbel menyelenggarakan sekolah-sekolah dengan pengantar bahasa Belanda, yaitu HJS (Hollands Javaansche School), ELS (Europesche Lagere School), HCS (Hollands Chineese School), dan MCS (Malaische Chineesche School). Sekolah HCS pertama kali didirikan di Jakarta tahun 1908 sebagai tindak lanjut dari kebijakan pemerintah kolonial Belanda dalam memajukan pendidikan anak-anak Cina di Indonesia. Di Yogyakarta, sekolah HCS pertama kali didirikan pemerintah Belanda di kampung Gandekan pada tahun 1912 (sekarang SMP Negeri 3 Yogyakarta). HCS lebih menarik minat orang Cina karena menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar, sehingga lulusannya akan mudah mendapatkan pekerjaan maupun kehidupan yang layak. Ada empat buah sekolah HCS di Yogyakarta, yaitu HCS Gubernemen di Gandekan, HCS Zending Protestan di kampung Gemblakan tahun 1917 (sekarang SMP Bopkri 1 Yogyakarta), HCS Nasional atau HCS Mayor Yap Hong Sing didirikan tahun 1921, dan HCS Katolik yang didirikan tahun 1934. Syarat masuk HCS bagi anak Cina lebih lunak yaitu usia maksimum 7 tahun dan penguasaan bahasa Belanda tidak diberlakukan dengan ketat. Biaya pendidikan di HCS disesuaikan dengan penghasilan orang tua siswa. Pada tahun 1942, Jepang mendarat di Jawa dan menggantikan kekuasaan pemerintah Belanda. Jepang menerapkan beberapa kebijakan terhadap orang Cina di Indonesia, seperti menghidupkan kembali budaya Cina dan mendirikan organisasi orang Cina yang dikenal dengan nama Hoa Chiao Chung Hui (HCCH). Di Yogyakarta HCCH didirikan tanggal 7 Juli 1942 dan diresmikan Jepang pada bulan Oktober 1942. Seiring dengan kedatangan Jepang, semua sekolah ditutup, termasuk sekolah Cina. Namun atas bantuan Woo Sung dan Kwik Sie Liong, akhirnya dengan ijin dari Jepang maka sekolah Cina di Yogyakarta dibuka kembali pada tanggal 7 September 1942. Jumlah sekolah Cina di Yogyakarta pada tahun 1942 – 1945 ada enam sekolah, yaitu di Poncowinatan, Dagen, Gemblakan, Ketandan, Wates, dan Wonosari. Sekolah Cina di Gemblakan dikenal dengan nama “Sekolah nomor tiga†(ti san siauw). Pada masa perang kemerdekaan, umat Kristen turut berjuang dalam mengisi kemerdekaan. Hal ini ditunjukkan dengan didirikannya Partai Kristen Indonesia (Parkindo) pada tanggal 10 November 1945. Dalam konggresnya yang pertama di Surakarta diputuskan untuk mendirikan lembaga pendidikan dengan nama Badan Oesaha Pendidikan Kristen Indonesia (BOPKRI). BOPKRI didirikan pada tanggal 18 Desember 1945 di Yogyakarta. Yayasan BOPKRI bertujuan untuk memajukan pendidikan masyarakat Kristen khususnya di wilayah Yogyakarta. Pada pertengahan tahun 1946, BOPKRI mendirikan sekolah setingkat SMA sebanyak dua sekolah, yang keduanya menempati gedung sekolah Cina (HCS) di Gemblakan. Pada tahun 1949, bangunan tersebut dialihfungsikan menjadi gedung SMP BOPKRI dan akhirnya pada tahun 1952 menjadi gedung SMP BOPKRI I Yogyakarta sampai sekarang. |
Riwayat Penemuan | : | bangunan dibangun tahun 1917 oleh pemerintahan belanda |
Nilai Sejarah | : | Bangunan Gedung SMP BOPKRI I Yogyakarta yang didirikan oleh pemerintahan Kolonial Belanda pada tahun 1917 menjadi bukti sejarah yang penting bagi sejarah pendidikan khususnya sebagai sekolah bagi masyarakat Cina dan kemudian menjadi sekolah berbasis agama Kristen di Daerah Istimewa Yogyakarta. |
Nilai Ilmu Pengetahuan | : | Bangunan Gedung SMP BOPKRI I Yogyakarta memiliki arti khusus ilmu pengetahuan yakni memiliki keunikan arsitektur yang berguna bagi obyek pembelajaran terutama ilmu arsitektur, Sipil, dan sejarah terutama terkait dengan sejarah pendidikan. |
Nilai Pendidikan | : | Bagi Pendidikan, sudah jelas bahwa keberadaan bangunan Gedung SMP BOPKRI I Yogyakarta telah berhasil mengentaskan masyarakat khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta mengenyam pendidikan tingkat menengah. Keberadaan sekolah ini sebagai tempat pendidikan formal telah merubah sistem nilai dan budaya yang berkembang di masyarakat pada umumnya serta membawa dampak positif dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga Yogyakarta dikenal sebagai kota pendidikan dan budaya. |
Nama Pemilik Terakhir | : | Yayasan BOPKRI Yogyakarta |
Nama Pengelola | : | Yayasan BOPKRI Yogyakarta |
Catatan Khusus | : | Dulunya bangunan ini merupakan EX Hollandsche Chineesche School (HCS) Met de Bijbel sekolahan yang dibangun oleh Belanda, dikhususkan untuk elit anak Tionghoa. 1942 menjadi SMP BOPKRI sampai sekarang. |