Loading

Balai Pengobatan Kristen Untuk Umum Menggora Banyusoca

Status : Bangunan Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Balai Pengobatan Kristen Untuk Umum Menggora (disingkat BPKUM) di Padukuhan Sawah Lor, merupakan bangunan bersejarah di bidang pelayanan kesehatan yang didirikan pada tahun 1956. Bangunan yang didirikan oleh kelompok pemuda internasional yang melakukan kegiatan bakti sosial di tempat tersebut, sempat ditinjau oleh Mohammad Hatta (Wakil Presiden Pertama RI). Dalam dokumentasi berupa foto yang masih bisa disaksikan di gedung BPKUM, disebutkan bahwa pada tanggal 11 Juli 1956, Muhammad Hatta turut menyumbangkan tenaga dalam kegiatan pembangunan balai kesehatan tersebut. Ketika itu BPKUM menjadi pusat pengobatan pertama untuk masyarakat di daerah terpencil pasca kemerdekaan yang pernah didirikan di wilayah Gunungkidul. Pada periode tahun 1956–1980, BPKUM melayani pengobatan untuk masyarakat di wilayah yang luas, meliputi daerah di empat Kapanewon yaitu Paliyan, Panggang, Playen, bahkan Dlingo yang masuk wilayah Bantul. Namun sejak tahun 1990 hingga sekarang, mengalami penurunan jumlah pasien, seiring pembangunan yang terjadi di keempat daerah tersebut.
Menurut penjelasan narasumber yang bernama Heru Sukoco (59 tahun), Bangunan BPKUM di Padukuhan Sawah Lor merupakan bangunan yang berfungsi sebagai klinik sejak 1956 dan masih berfungsi hingga saat ini. Lokasi bangunan BPKUM berada di tengah pemukiman warga Menggora atau berada di sebelah barat bangunan Gereja Kristen Jawa Menggora. Bangunan tersebut merupakan bangunan semi terbuka menghadap ke arah barat. Tata ruang bagunan antara lain terdiri atas : ruang tunggu pasien di sisi barat (depan), ruang pendaftaran dan ruang periksa di sisi utara, kemudian ruang rawat inap dan gudang di sisi selatan. Di sebelah timur bangunan terdapat tempat untuk parkir mobil perawat atau mantri yang bertugas di BPKUM.
Deskripsi atas bangunan tersebut adalah sebagai berikut :
- Merupakan bangunan semi terbuka dengan material tembok beratap kampung, berlantai tegel dan struktur penyangga atap dari kayu.
- Bangunan berada di posisi yang lebih tinggi dari jalan di sisi barat. Tujuh buah anak tangga berada di sisi barat (atau depan) digunakan untuk memasuki bangunan Balai Pengobatan.
- Lantai bangunan seluruhnya ditutup dengan tegel berukuran 25 cm x 25 cm.
- Dinding tembok berada pada sisi utara dan selatan. Pada sisi barat yang merupakan bagian depan, terbuka. Pada sisi timur juga terbuka namun karena terdapat 2 buah ruang di sisi selatan dan 2 buah ruang di sisi utara (ditengahnya membentuk selasar atau lorong), maka dibuat sebuah pintu dengan inep 2 atau model seperti pintu koboi. (lihat denah dan foto)
- Pada bagian dalam tembok terdapat kayu (saka guru kampung) penyangga atap yang sudah ditutup oleh tembok. Jumlah kayu penyangga atap tersebut adalah 12 buah.
- Dua ruang di sisi utara (R1 dan R3) dan dua ruang di sisi selatan (R2 dan R4) digunakan untuk ruang operasional mantri kesehatan yang bertugas untuk mengobati pasien (R1, R2, R3, dan R4 – lihat denah). Sementara pada bagian sisi barat (ruang yang tidak bersekat) digunakan sebagai ruang tunggu pasien.
- Pada bagaian atap, struktur kuda-kuda tidak terlihat (karena tertutup plafon), namun masih terlihat struktur penyangga yang membentuk segi tiga pada dinding sisi atas. Struktur ini banyak ditemukan pada bagunan bergaya Indis. (lihat foto)
- Atap disusun dari pasangan usuk dan reng di atas blandar. Reng berbentuk rigereh, usuk dari bahan kayu glugu. Genteng berupa genteng press flam. Bubungan ditutup dengan semen krepus.
- Disekeliling emper terdapat kanopi yang disebut cukit atau atap tambahan sebagai emper. Cukit tersebut ditopang oleh siku dari material kayu. Cukit ditutup dengan genteng flam.
- Tutup keyong sisi barat berupa susunan papan kayu yang dipasang sedemikian rupa hingga terlihat gaya artistik berbentuk susunan bergaris. Tutup keyong pada sisi barat masih terdapat tiga baris tulisan dari kayu yang ditempel di dinding. Tulisan tersebut adalah : “BALAI PENGOBATAN KRISTEN UNTUK UMUM MENGGORA BANYUSOCA”
- Tutup keyong sisi timur sama bentuknya dengan tutup keyong sisi barat, hanya pada bagian ini tidak terdapat tulisan.

Status : Bangunan Cagar Budaya
Alamat : RT 08 RW 09, Sawah Lor, Banyusoca, Playen, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
7.985° S, 110.4625° E

SK Walikota/Bupati : R0116/TACBGK/10/2020


Lokasi Balai Pengobatan Kristen Untuk Umum Menggora Banyusoca di Peta

Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi
Tebal
Diameter
Berat
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Komponen Pelengkap :
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Peristiwa Sejarah : A. Sejarah Perkembangan Pelayanan Kesehatan Untuk Masyarakat di GunungkidulSejarah berkembangnya pelayanan kesehatan masyarakat di Gunungkidul tidak terlepas dengan sejarah pembukaan sejumlah rumah sakit dan balai pengobatan yang gencar dilakukan di Yogyakarta, yang sudah dimulai pada awal abad ke-19. Pada periode awal, kegiatan meningkatkan kesehatan masyarakat mendapatkan bantuan dari aktivitas kegiatan gereja yang berlangsung di Indonesia. Memasuki abad ke-19, zending atau pekabaran injil di negeri Belanda semakin gencar digalakkan pemerintah Belanda. Kegiatan tersebut pada akhir abad ke-19 berkembang salah satunya melalui pendirian rumah sakit dan pelayanan kesehatan masyarakat yang diwadahi oleh Gereja Kristen. Pada awal abad ke-20 berdiri Rumah Sakit Petronela (yang sekarang disebut sebagai RS Bethesda) di Wonosari. Berdirinya Rumah Sakit Petronela Wonosari menjadi cikal bakal pelayanan kesehatan yang didirikan untuk melayani masyarakat di Gunungkidul.Menurut keterangan Ds. Alfius Wastono, ketika itu, belum ada rumah sakit atau pelayanan kesehatan yang pernah didirikan di Gunungkidul sebelumnya. Rumah Sakit Petronella yang berada di bawah naungan Gereja Kristen Jawa di Yogyakarta kemudian memperluas jangkauan pelayanan kesehatan tersebut dengan mendirikan sejumlah klinik di seluruh Pulau Jawa. Khusus di wilayah Gunungkidul, Balai Pengobatan Kristen Untuk Menggora semula didirikan sebagai rasa peduli Gereja Kristen terhadap masyarakat di daerah terpencil. Karena mengingat daerah Menggora yang terletak di Padukuhan Sawah Lor Kalurahan Banyusoca merupakan daerah yang terpencil. Dengan alasan itulah kemudian didirikan tempat pelayanan kesehatan masyarakat yang awalnya untuk lingkup daerah tersebut.B. Sejarah Balai Pengobatan Kristen Untuk Umum Menggora Berdasarkan wawarcara terhadap narasumber yaitu Heru Sukoco, Prastowo, Kuswanto, dan Ds. Alfius Wastono, maka diperoleh informasi yang lengkap bahwa BPKUM merupakan bangunan yang didirikan oleh Kamp Pemuda Internasional dari 3 negara : Amerika, Inggris dan New Sealand. Kegiatan Kamp Pemuda Internasional merupakan kegiatan yang berada di bawah naungan Gereja Kristen yang melakukan kegiatan kemanusiaan terutama di bidang kesehatan. Sasaran utama dari kegiatan Kamp Pemuda Internasional adalah masyarakat daerah terpencil yang belum mendapatkan akses kesehatan baik dari lembaga pemerintah maupun swasta. Ketika itu, wilayah Menggora dipilih sebagai tempat kegiatan Kamp, sebagai hasil dari masukkan Balai Pengobatan Petronella (Sekarang RS. Bethesda) Wonosari yang didirikan lebih dahulu di Gunungkidul. Menurut Alfius Wastono – Pendeta GKJ Menggora yang bertugas dari tahun 1974 – 2000, Bangunan BPKUM diresmikan oleh Wakil Presiden pertama RI Moh. Hatta. Melalui Gereja-Gereja Kristen di seluruh dunia, diadakan kegiatan sosial kemanusiaan yaitu membangun balai pengobatan di daerah tertinggal. Kegiatan Kamp Pemuda Internasional di Menggora, merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan di wilayah Yogyakarta pada waktu itu. Latar belakang dibangunnya BPKUM adalah memberikan pelayanan kesehatan di daaerah yang sangat terpencil yang dari perkotaan yang kurang mendapatkan fasilitas kesehatan. Pada saat didirikan, pihak gereja memberikan tugas kepada S. Cipto Susilo (salah seorang petugas medis RS Petronella Wonosari) untuk menjadi mantri kesehatan di BPKUM Menggora. Sejak saat itu, Cipto Susilo beserta istrinya bertugas dan bahkan tinggal (menetap) di Menggora. Sebagai mantri klinik, S. Cipto Susilo dan istrinya ternyata bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Menurut Alfius Wastono, Cipto Susilo memiliki pribadi yang kharismatik sehingga banyak pasien yang disembuhkan sakitnya kemudian menciptakan sugesti yang begitu besar bagi masyarakat Menggora dan sekitarnya. Menurut kesaksian Prastowo, Cipto Susilo memiliki ciri yang khas dalam mengobati pasiennya : ketika beliau ceria (dengan bercanda) dalam mengobati, maka pasien yang diobati akan sembuh. Namun ketika beliau mengobati dengan cara serius dan diam, maka pasien yang diobati pasti memiliki sakit yang susah disembuhkan. Berdasarkan cerita dari masyarakat setempat, Cipto Susilo juga merupakan pribadi yang penuh kasih dengan sesama, terbukti dari beberapa pasien yang tidak memiliki biaya pengobatan, beliau tidak segan-segan untuk memberi pengobatan gratis. Pada tahun 1979, Cipto Susilo meninggal dunia. Pelayanan kesehatan di BPKUM diteruskan oleh istrinya. Namun tak lama kemudian, yaitu pada tahun 1983, Ibu Cipto Susilo juga meninggal dunia dikarenakan sakit stroke (darah tinggi). Pada periode tahun 1983–1989, mantri pengelola BPKUM mengalami sejumlah pergantian mantri kesehatan dan bahkan sempat vakum sekitar 2 tahun. Atas kondisi tersebut pelayanan masyarakat BPKUM mengalami gangguan. Pada tahun 1989–2000, masyarakat Menggora dan pihak GKJ Menggora mengajukan bantuan ke bagian CD Bethesda. Maka pada tahun 2000, Kuswanta (56 tahun) ditugaskan oleh CB Bethesda untuk mengabdi sebagai mantri kesehatan di BPKUM Menggora. Dan sejak saat itu, BPKUM Menggora beroperasi sebagai Balai Pengobatan hingga saat ini.C. Sejarah Pemanfaatan Bangunan Balai Pengobatan Kristen Untuk Umum MenggoraBerdasarkan wawancara terhadap narasumber Kuswanta dan Ds. Alfius Wastono, maka diperoleh kesimpulan bahwa bangunan BPKUM memiliki sejarah pemanfaatan sebagai berikut :1. Tahun 1956 didirikan oleh Kamp Pemuda Internasional yang melakukan kegiatan bakti sosial di Menggora. Ketika berdiri hanya berupa bangunan kayu dengan sepuluh tiang penyangga dan berdinding kayu.2. Pada tahun yang sama ketika didirikan, Cipto Susilo dan istrinya (keduanya lulusan pendidikan kesehatan Bethesda) ditugaskan oleh RS Bethesda, untuk menjadi mantri kesehatan di BPKUM. Cipto Susilo dan istrinya menempati ruang bagian timur BPKUM. Pada sisi tumur bangunan digunakan sebagai tempat tinggal sekaligus sebagai klinik kesehatan. 3. Sebelum tahun 1974, BPKUM juga digunakan sebagai tempat kebaktian gereja di hari Minggu.4. Menurut Kesaksian Ds. Alfius Wastono, pada tahun 1974 Cipto Susilo dan keluarga tinggal di bangunan sebelah utara bangunan BPKUM. Lahan tersebut milik BPKUM namun didirikan bangunan untuk tempat tinggal. Bangunan tersebut masih ada hingga tahun 1983.5. Tahun 1983 sepeniggal Cipto Susilo wafat, BPKUM tetap berfungsi sebagai Balai Pengobatan tetapi berganti-ganti mantri.6. Pada tahun 1985 ada bantuan dari Gereja Kristen Belanda. Bantuan digunakan untuk merehab bangunan BPKUM. Rehab dilaksanakan dengan perubahan pada dinding kayu diganti tembok. Bangunan diperluas tiga meter ke arah barat. Tutup keyong yang ada tulisan BPKUM dipertahankan. Terjadi penambahan ruang di sisi timur dan pembangunan rumah di sisi utara bangunan BPKUM untuk tempat tinggal mantri yang ditugaskan ditempat tersebut. Ada penambahan kolom pada sisi barat (dua buah) terbuat dari material semen.7. Tahun 1988 – 1989 bangunan sempat terlantar, karena tidak ada mantri tetap.8. Tahun 2000–sekarang, berfungsi kembali sebagai balai pengobatan.
Nilai Sejarah : Menjadi bukti bahwa pada masa setelah kemerdekaan, di daerah Menggora, Kalurahan Banyusoca, Kabupaten Gunungkidul telah terdapat Balai Pengobatan yang didirikan oleh zending atau pengabaran injil dari Gereja Kristen Jawa.Balai Pengobatan ini menjadi monumen hidup terkait dengan kedatangan Wapres pertama RI yaitu Muhammad Hatta yang melakukan kunjungan bahkan turut berkontribusi dalam kegiatan pendirian. Menjadi bukti bahwa pada masa itu terdapat hubungan antar negara yang diwujudkan dalam wadah kegiatan bakti sosial Kamp Pemuda Internasional di Menggora.
Nilai Ilmu Pengetahuan : Pembelajaran tentang Agama, Kesehatan, Sejarah, Arkeologi, dan Arsitektur. Dalam hal ini nilai penting agama diwujudkan dalam kegiatan pelayanan kesehatan melalui misi Gereja Kristen Jawa. Dalam bidang kesehatan : BPKUM menjadi model pelayanan kesehatan masyarakat di pedesaan yang menjadi cikal bakal berdirinya Puskesmas dan Posyandu.Arsitektur dan Arkeologi : Bangunannya yang dengan model kampung dengan perpaduan bangunan Indis.
Nilai Pendidikan : Sebagai bahan pembelajaran bagi masyarakat pada umumnya khususnya masyarakat Gunungkidul terutama generasi muda tentang budaya gotong royong dan perubahan perilaku budaya di bidang kesehatan, kebersihan, penggunaan obat modern, gizi dan sebagainya.
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Hak milik masyarakat Kristen Menggora
Pengelolaan
Nama Pengelola : Hak milik masyarakat Kristen Menggora