Lingga Semu yang diketemukan berada di ladang milik Sukimin (68 tahun), seorang warga di Padukuhan Karangsaem B, Kapanewon Paliyan. Tempat tersebut berada kurang lebih sejauh 17 Km dari Kota Wonosari ke arah selatan, atau ditempuh selama 20 menit menggunakan sepeda motor. Lingga semu tersebut berada dalam posisi masih insitu ditengah-tengah tanaman kacang dan jagung. Lingga semu di ladang Sukimin terbuat dari batu putih, berada di atas tanah dan terdiri dari dua bagian. Bagian pertama yang berada di bawah berupa sebuah landasan sementara bagian kedua atau yang berada di tengah landasan terdapat lingga. Bentuk benda tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- Terdiri atas dua bagian, yaitu : landasan (yoni) dan lingga
Bagian landasan berbentuk kerucut terpenggal dengan ukuran tinggi 12 cm, lebar bawah : 33 cm, panjang bawah : 38 cm, lebar atas : 20 cm, panjang atas 24 cm. Ukuran lubang : panjang : 15 cm dan lebar : 12 cm
Lingga berbentuk kerucut terpenggal juga dengan ukuran : tin ggi 38 cm, lebar bawah : 10 cm, panjang bawah : 12 cm, lebar atas : 6 cm, panjang atas 8 cm.
- Posisi lingga miring,
- Bagian atas lingga mengalami pecah atau gempil,
- Kondisi lingga semu sudah sangat aus,
- Di atas permukaan batu tumbuh lumut.
Keterawatan | : | / |
Dimensi Benda | : |
Panjang - Lebar - Tinggi - Tebal - Diameter - Berat - |
Warna | : | Putih |
Warna | : | Putih |
Peristiwa Sejarah | : | A. Sejarah Lingga Semu Di IndoneisaSalah satu tinggalan Kebudayaan Hindu berupa benda adalah Lingga. Lingga sering ditemukan bersama Yoni sebagai lambang kesuburan. Namun lingga yoni juga memiliki lambang laki perempuan atau Purusa-Predana. Dalam sejumlah penemuan seringkali lingga ditemukan tidak berpasangan dengan yoni. Lingga ini memiliki unsur-unsur brahmabhaga, wisnubhaga dan rudrabhaga. Cirinya adalah mempunyai tiga bagian, terdiri atas bagian yang paling bawah, berbentuk persegi, disebut brahmabhaga; bagian tengah yang berbentuk segi enam yang disebut wisnubhaga; dan bagian yang paling atas, berbentuk silendris, disebut rudrabhaga. Pada bagian rudrabghaga-nya terdapat hiasan garis melengkung yang disebut brahmasutra.Di sisi yang lain, terdapat juga lingga yang berdiri sendiri, tetapi memiliki ciri berbeda. Lingga yang dimaksud adalah pseudo lingga atau lingga semu, yang cirinya tidak memiliki bagian segi enam. Lingga semu hanya memiliki bagian silindris dan persegi saja, fungsinya adalah sebagai patok atau batas, misalnya batas halaman candi atau batas wilayah yang ditetapkan sebagai sima. Oleh karena itu, lingga semacam itu pun disebut lingga pathok.Ditinjau dari fungsi religius Lingga menyebabkan perilaku umat Hindu yang bersifat religi, (1) Masyarakat Hindu percaya bahwa Lingga tersebut merupakan stana Hyang Siwa dan sangat disucikan keberadaannya. (2). Melakukan pemujaan melalui media Lingga selalu dilakukan dengan harapan agar senantiasa dilindungi, diberikan kemakmuran oleh Hyang Siwa (Tuhan). (3). Dengan mengetahui bahwa melakukan pemujaan terhadap media Lingga dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap kehidupan, maka masyarakat senantiasa melakukan pemujaan kepada Hyang Siwa melalui media Lingga. B. Sejarah Penemuan Lingga Semu di PaliyanSukimin (68) tahun menjelaskan secara singkat bahwa lingga semu atau lingga pathok yang berada di atas ladang pertaniannya merupakan benda kuno yang sudah berada di tempat tersebut ketika beliau masih kecil. Menurut keterangan orang tua dan kakek nenek Sukimin, lingga pathok sudah berada di tempat tersebut dan berusia lebih tua dari mereka. Lokasi disekitar lingga semu atau pathok merupakan tempat yang sakral. Tidak jauh dari tempat tersebut terdapat pula sebuah petilasan berupa bangunan menyerupai makam. Bangunan ini bukan makam yang sesungguhnya, melainkan menyerupai gerbang ghoib yang oleh sejumlah orang kemudian didirikan menjadi bangunan berbentuk makam. Bangunan ini lumrah disebuh Makam Ki Ageng Gowa Icaka (atau Gowacca). Sukimin menambahkan bahwa menurut folkor masyarakat setempat, Ki Ageng Gowa Icaka konon merupakan saudara dari Ki Ageng Giring.Lingga semu yang ditemukan diatas ladang Sukimin diduga memiliki keterkaitan dengan status tanah di tempat tersebut. Tanah tersebut merupakan tanah Sultan Ground. Dan menurut kesaksian Sukimin, sejak dahulu sudah biasa kerabat Keraton Yogya melakukan kegiatan bertapa atau Ngalap Berkah di petilasan makam Gowacca pada hari hari tertentu. Menurut Sukimin, lingga semu tersebut kemungkinan memiliki kaitan dengan anggapan masyarakat bahwa lokasi di tempat tersebut merupakan daerah yang keramat.Sukimin sejauh ini tidak pernah merasa terganggu dengan adanya temuan benda Cagar Budaya di atas ladang miliknya. Sebaliknya Sukimin berharap suatu hari nanti benda tersebut lingga semu (lingga pathok) bisa dipindah di tempat yang lebih aman. |
Nilai Sejarah | : | Merupakan bukti keberadaan pengaruh kebudayaan Hindu yang berlangsung sejak abad IX-X Masehi. |
Nilai Ilmu Pengetahuan | : | Bagi ilmu arkeologi memiliki arti penting untuk merekonstruksi kebudayaan Hindu yang pernah berkembang di wilayah Kabupaten Gunungkidul. |
Nilai Pendidikan | : | sebagai pembelajaran masyarakat dan generasi penerus untuk bisa memahami dan melestarikan warisan budaya yang ada di Gunungkidul khususnya peninggalan kebudayaan Hindu abad IX – X Masehi. |
Nilai Budaya | : | lingga semu menjadi bukti keberadaan sebuah bangunan suci. |
Nama Pemilik Terakhir | : | Sultan Ground (Pemerintah) |
Nama Pengelola | : | Pemerintah |