Saat ini sisa bangunan candi Kalasan adalah 24 m. Bangunan tubuh candi berdiri pada batur setinggi 1 m dengan kaki candi setinggi 3 m, tubuh 13 m dan atap 7 m. Tubuh candi berdenah bujur sangkar berukuran 16,5 x 16,5 m. Di tiap sisi bangunan terdapat pintu dengan tangga, sedangkan sisi timur merupakan pintu utama menuju bilik utama. Dahulunya pada bilik utama ini terdapat sebuah arca yang cukup besar, hal ini diketahui dari dudukan arca yang juga sangat besar.
Tahun 1939 – 1940an Candi Kalasan dilakukan perbaikan, yakni memasang kembali
batu – batu atap serta melakukan konsolidasi pintu masuk sisi selatan yang
mulai rusak. Namun secara keseluruhan Candi Kalasan belum pernah dipugar total
seperti candi – candi lainnya.
Relief pada tubuh bangunan candi dipahat secara halus yang kemudian dilapisi
dengan lapisan bajralepa yakni semacam semen pelapis sisi luar bangunan.
Lapisan bajralepa ini terlihat hingga 3 lapis yang saling bertumpuk. Berdasar
analisis laboratorium lapisan bajralepa tersusun dari pasir kwarsa (30%),
kalsit (40%), kalkopirit (25%), serta lempung (5%). Keunikan lain dari Candi
Kalasan ini adalah dijumpainya batu monolit di tangga pintu masuk sisi timur.
Batu ini sering disebut sebagai moonstone (batu bulan). Candi kalasan merupakan
kompleks bangunan yang terdiri dari bangunan induk yang dikelilingi oleh stupa
sebanyak 52 buah yang mengitari batur candi.
Dimensi Benda | : |
Panjang Lebar Tinggi Tebal Diameter Berat |
Peristiwa Sejarah | : | Keberadaan Candi Kalasan dapat dikaitkan dengan sebuah prasasti batu berbahasa Sanskerta berhuruf Pranagari yang berangka tahun 778 Masehi. Di dalam prasasti Kalaşa itu disebutkan tentang diperingatinya jasa Maharaja Tejahpurana Panangkaran yang telah membangun sebuah kuil bagi Dewi Tara serta memuat arca dewi yang kemudian ditahtakan di dalam kuil tersebut. Kuil tersebut dinamakan Tarabhawana yang kini dikenal sebagai Candi Kalasan. Selain itu di dalam prasasti Kalaşa juga disebutkan tentang pendirian tempat tinggal (asrama) bagi para pendeta dengan menghibahkan desa Kalasan kepada para Sangha. Di dalam prasasti tersebut, baik kuil Dewi Tara maupun asrama disebut sebagai Wihara. Penyebutan asrama bagi para sangha sesuai dengan prasasti sering dikaitkan dengan bangunan Candi Sari yang berada 500 m di sisi timur laut Candi Kalasan. Candi Kalasan adalah candi yang bercorak Budha, mempunyai keunikan bila dibandingkan dengan candi–candi lain di sekitar Prambanan. Berdasar penelitian terhadap struktur bangunan candi diketahui bahwa bangunan yang kita saksikan ini adalah bangunan ketiga, sehingga dapat diperkirakan penyebutan angka tahun 700 Saka dalam prasasti tentu bukan bangunan candi yang saat ini, melainkan bangunan yang sudah ditutup bangunan baru. Candi Kalasan sudah ditulis oleh Mackensie dalam Narrative of journey to examine remail of an ancient city and temple at Bambana in Jawa, Verhand. Bat. Gen. VII (1814), dan telah tercatat dalam Rapporten van den Oudheidkundigen Dient in Nedelandsch – Indie 1915, dengan nomor 1287 (Verbeekno. 351). |
Nama Pemilik Terakhir | : | Balai Pelestarian Cagar Budaya D.I. Yogyakarta |
Alamat Pemilik | : | Jl. Raya Solo - Yogyakarta No.15, Bogem, Kalasan, Sleman, DIY. |
Nomer Kontak | : | (0274) 496019, 49641 |
Nama Pengelola | : | Balai Pelestarian Cagar Budaya D.I. Yogyakarta |
Alamat Pengelola | : | Jl. Raya Solo - Yogyakarta No.15, Bogem, Kalasan, Sleman, DIY. |
Nomer Kontak | : | (0274) 496019, 49641 |