Peristiwa Sejarah |
: |
Masjid Agung Plered merupakan masjid
kerajaan Keraton Mataram Islam. Masjid ini didirikan oleh Sunan Amangkurat I
atau Sunan Amangkurat Agung yang memerintah Kerajaan Mataram tahun 1646-1677
Masehi. Keraton Plered dibangun dengan berbagai fasilitas sebagai pusat
pemerintahan, salah satunya adalah pembangunan sarana keagamaan, yaitu Masjid
Agung Plered.
Dua sumber sejarah yang menyebutkan informasi
mengenai waktu pembangunan Masjid Agung Plered adalah Serat Babad Momana dan Babad
Ing Sengkala. Dalam Serat Babad
Momana (salah satu sumber tertulis yang banyak menyebutkan
peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di Kerajaan Mataram Islam), menyebutkan
bahwa Masjid Agung Plered didirikan pada tahun 1571 Jawa atau 1649 Masehi
atau tiga tahun setelah Sunan Amangkurat I naik tahta (Suryanagara, 1865).
Sedangkan Babad ing Sangkala menyatakan bahwa pendirian Masjid Agung Plered
terjadi pada bulan Muharram tahun 1571 Jawa (Adrisijanti: 2000).
Tidak diketahui secara pasti kapan masjid ini
mulai rusak dan tidak digunakan lagi. Pemberontakan Trunojoyo tanggal 28 Juni
1677 berhasil merebut Keraton Plered dan melakukan pembakaran terhadap beberapa
bangunan. Menurut Jonge (De Graaf, 1987) diketahui bahwa masjid tidak ikut
dihancurkan. Berikut kutipannya:
“…setelah
raja yang tua itu mengungsi, para pemberontak memasuki keraton. Dalam 5 hari
berikut (28 Juni – 3 Juli 1677) Umbul Astrayuda yang berasal dari Semarang
itu melihat hampir semua rumah para pembesar habis terbakar. Yang tidak
terbakar hanyalah keraton itu sendiri, masjid besar, istana Pangeran Purbaya,
Pangeran Sampang, Pangeran Cirebon, dan Pangeran Aria Panular, putra Sunan
yang bungsuâ€.
Dari pernyataan tersebut bisa diketahui
bahwa Masjid Agung Plered masih dalam keadaan utuh pada akhir pemerintahan
kerajaan Mataram di Pleret pada tahun 1677 M. Informasi mengenai kondisi
masjid ini diketahui lagi pada 56 tahun kemudian, yaitu saat kunjungan C. A.
Lons pada tahun 1733. Menurut catatan C. A. Lons seperti yang ditulis oleh
Leemans (1855) bahwa dalam kunjungannya pada tanggal 13 Agustus 1733, masih
dapat dilihatnya bahwa masjid tersebut berukuran besar, berbentuk segi empat,
tetapi sudah rusak. Ia juga masih melihat bahwa masjid tersebut mempunyai 3
pintu di sebelah timur, dan mempunyai serambi depan yang besar. Disebutkan
bahwa masjid itu dikelilingi tembok tebal dan tinggi (Adrisijanti, 2000).
Saat ini yang tersisa di Masjid Agung Plered hanyalah runtuhan struktur
bangunan.
|