Pasar Sangkeh menghadap ke barat. Saat ini pasar digunakan oleh masyarakat pada hari pasaran Jawa Wage dan Legi.
Pasar berupa dua bangunan tanpa dinding dengan tiang besi di bagian tengah dan bersebelahan. Dua bangunan tersebut masing-masing berukuran 3,04 m x 12,3 m. Lantai bangunan ditinggikan 12 cm. Umpak berukuran 48 cm x 61 cm di bagian bawahnya dan 28 x 40 cm di bagian atasnya. Tinggi umpak 80 cm. Tinggi tiang 2,8 m (di atas umpak).Dimensi Benda | : |
Panjang Lebar Tinggi Tebal Diameter Berat |
Jenis Struktur | : | Tradisional |
Jenis Bangunan | : | Tradisional |
Fungsi Bangunan | : | Niaga |
Komponen Pelengkap | : |
|
Fungsi Situs | : | Niaga |
Fungsi | : | Niaga |
Peristiwa Sejarah | : | Pasar Sangkeh merupakan bangunan peninggalan Belanda yang masih digunakan sampai sekarang. Penduduk sekitar menyebut bangunan Pasar Sangkeh dengan nama Los Belanda. Pasar Sangkeh diperkirakan dibangun oleh N.V. Braat pada tahun 1926-1930. Konstruksi kerangka bangunan Pasar Sangkeh dibuat dari besi baja dipasok oleh perusahaan “N.V. Machinefabriek Braat†yang berpusat di Surabaya. Perusahaan N.V. Machinefabriek Braat adalah perusahaan yang bergerak dalam industri mesin dan pengecoran logam. Perusahaan tersebut didirikan tahun 1901 di Boomstraat, kawasan industri Gatotan, Surabaya. Tahun 1903 pabrik pindah ke Westerkade Krembangan. Pada tahun 1909 kantor didirikan di Rotterdam dan tahun 1910 perusahaan tersebut berubah menjadi perusahaan terbatas publik. Perusahaan ini mempunyai cabang yang tersebar dibeberapa tempat, antara lain di Rotterdam, New York, Surabaya, Tegal, Medan dan Yogyakarta. Pendirinya, B. Braat Jzn., Meninggal pada Januari 1925. Pada tahun 1925 terjadi pemogokan di Braat setelah salah satu karyawan dipecat. Pada tahun 1926, peringatan 25 tahun perusahaan dirayakan. Sementara itu, masa-masa sulit telah tiba bagi perusahaan dan ada desas-desus di surat kabar bahwa perusahaan akan ditutup. Pada tahun 1934 Machinefabriek Braat menerima pesanan penting dari Nederlandsche Handel Maatschappij: pesanan untuk pengiriman hampir semua mesin teh untuk pabrik teh Redelong yang baru yang akan dibangun di Sumatera Utara. Perusahaan Braat jatuh ketangan Jepang pada tahun 1943. |
Nilai Sejarah | : | Bangunan Pasar Sangkeh memiliki nilai sejarah yang tinggi karena berhubungan dengan perkembangan perekonomian desa khususnya bidang perdagangan dan perindustrian pada masa kolonial Belanda abad XIX - XX terutama di wilayah Bantul.Aktivitas Pasar Sangkeh dilaksanakan pada hari pasaran Jawa, Legi dan Wage. |
Nilai Ilmu Pengetahuan | : | Memberikan informasi tentang model konstruksi dan arsitektur bangunan pasar pada masa Kolonial yang berkembang antara abad XIX - XX.Memberikan informasi tentang aktivitas pasar tradisional pada masa itu di Bantul.Memberikan informasi tentang dugaan peningkatan pendapatan melalui pajak yang ditarik dari pedagang pasar oleh Pemerintahan Belanda pada abad XIX-XX.Memberikan informasi bahwa masyarakat Jawa telah mengenal sistem perdagangan yang bersifat tradisional.Memberikan informasi bahwa memiliki sistem pertanggalan Jawa yang dimanfaatkan untuk kegiatan perekonomian. |
Nilai Pendidikan | : | Sebagai pembelajaran masyarakat umum dan peserta didik tentang perkembangan arsitektur dan konstruksi bangunan pasar di Jawa pada abad XIX-XX. |
Nilai Budaya | : | Bangunan Pasar Sangkeh menunjukkan upaya arsitek Belanda untuk beradaptasi dengan iklim Indonesia yang tropis.Memberikan informasi aktivitas pasar dilaksanakan pada hari pasaran Jawa, Legi dan Wage. |
Nama Pemilik Terakhir | : | Keraton Yogyakarta |
Nama Pengelola | : | Pemerintah Desa Srigading |
Catatan Khusus | : | Bangunan Pasar Sangkeh merupakan salah satu peninggalan kolonial yang masih dimanfaatkan hingga saat ini. Bangunan yang saat ini sudah tidak banyak ditemui di Bantul. |