Loading

Masuk Jogjacagar


Deskripsi Singkat

Benda

Arca Bodhisattwa Padmapani (BG. 575) Koleksi Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta digambarkan berdiri dalam sikap samabhanga yaitu sikap badan dalam posisi berdiri tegak, serta garis tubuh dari atas ke bawah lurus. Di bagian belakang kepala arca terdapat bekas patahan yang diperkirakan merupakan sirascakra, atau lingkaran penanda kedewaan. Pada dahi arca terdapat titik di tengah (urna). Mata arca setengah tertutup serta memandang ujung hidung. Arca digambarkan memiliki telinga panjang.

Sikap tangan arca Bodhisattwa Padmapani varada hasta, yakni sikap tangan membawa hadiah. Telapak tangan arca digambarkan dalam sikap terbuka dan diarahkan ke bawah sambil membawa ratna (permata). Tangan kiri arca memegang sebatang padma (bunga teratai merah), namun di bagian tangkainya telah patah.

Arca Bodhisattwa Padmapani (BG. 575) Koleksi Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta digambarkan mengenakan jatamakuta (mahkota dari rambut yang ditata dengan model bertingkat) dengan hiasan amitabha atau amitabhbimbha, jamang (perhiasan yang dikenakan di atas dahi dan di bawah mahkota), upagriva (kalung yang melilit leher), keyura (kelat bahu), upavita, (tali atau selempang kasta), udarabandha (ikat pinggang), mekhala (sabuk kain), kancidama (hiasan pinggang dari kain), dan antarvasaka (kain yang dikenakan hingga mata kaki).

Arca Bodhisattwa Padmapani (BG. 575) Koleksi Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dibuat dari bahan perunggu. Arca ini dibuat dengan teknik cetak susut lilin (a cire perdue).

Informasi Warisan Budaya

Lokasi Penyimpanan Benda : Jalan Yogya-Solo Km. 15 Bogem, Sleman, Yogyakarta Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Kel. Argodadi Kec. Sedayu Kab. Bantul Prov. Daerah Istimewa Yogyakarta
Koordinat ;

Lokasi Arca Bodhisattwa Padmapani


Koordinat Penemuan : -; -
Bahan Utama : Perunggu
Keterawatan : /
Dimensi Benda : Panjang -
Lebar 8.5
Tinggi 27
Tebal 2.5
Diameter -
Berat -
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Tokoh : Rakai Panangkaran dan Rakai Panaraban
Peristiwa Sejarah : Agama Buddha diketahui telah berkembang di Jawa pada abad ke-8. Hal ini diketahui melalui keterangan Prasasti Hampra (750 M) yang ditemukan di Salatiga. Prasasti tersebut mengabarkan tentang pendirian tanah perdikan untuk kepentingan bangunan keagamaan bercorak Buddha oleh Rakai Panangkaran. Rakai Panangkaran merupakan raja Mataram Kuno yang diperkirakan memerintah pada tahun 746 M - 784 M. Melalui Prasasti Kalasan (778 M) dan Prasasti Kelurak (782 M) yang ditemukan di Kalasan dan Candi Sewu, dapat diketahui bahwa wilayah kekuasaannya mencakup wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta pada masa sekarang. Kedua prasasti tersebut berkaitan dengan pendirian tanah perdikan untuk bangunan keagamaan Tara dan biara Buddha, serta pekerjaan dharma di Candi Sewu. Dalam Prasasti Manjusrigrha (792 M) dituliskan bahwa penerus takhta Mataram Kuno berikutnya, yakni Rakai Panaraban (784 M - 803 M), memerintahkan dilakukannya pekerjaan dharma berupa pendirian menara di Candi Sewu. Pada tahun yang sama Rakai Panaraban juga memberikan persembahan untuk biara Buddha di perbukitan Ratu Boko (Prasasti Ratu Boko 792 M). Prasasti Plaosan (Abad 9) juga menuliskan persembahan Rakai Panaraban untuk kepentingan biara Buddha Mahayana yang dibangun untuk para biksu dari Gujarat. Arca merupakan perwujudan atau personifikasi dari dewa dan pada umumnya ditempatkan di dalam bilik maupun relung candi dalam ukuran besar. Arca yang dibuat berukuran kecil pada umumnya merupakan arca istadewata, yakni arca yang diperuntukkan bagi individu maupun keluarga. Dalam ajaran Buddha Mahayana, Bodhisattwa Padmapani merupakan salah satu bodhisattwa perwujudan dari Adibuddha. Padmapani memperoleh namanya dari penggambarannya yang selalu memegang padma (bunga teratai merah). Disebutkan pula bahwa Padmapani tercipta dari meditasi Dhyani Buddha Amitabha dan sakti-nya, Pandara. Oleh karenanya Padmapani dapat disebut sebagai anak spiritual Amitabha. Padmapani digambarkan sebagai bodhisattwa yang welas asih. Padmapani menolak untuk memasuki Nirwana sebelum seluruh umat manusia mencapai nirmawa. Padmapani berubah menjadi berbagai bentuk dan mengalami renkarnasi untuk menyelamatkan umat manusia. Padmapani dikenal juga dengan nama Awalokiteswara. Sebagai Awalokiteswara, Padmapani merupakan bodhisattwa yang paling terkenal dalam ajaran agama Buddha.  Arca Bodhisattwa Padmapani (BG. 575) ditemukan oleh penduduk bernama Slamet, di Dusun Watusoko, Argodadi, Sedayu. Arca tersebut terdaftar dalam koleksi BPCB DIY dengan nomor inventaris BG. 575 pada 19 September 1979.
Nilai Sejarah : merupakan informasi tentang kehidupan masa lalu, bahwa di Desa Argodadi, Kecamatan Sedayu sudah ada masyarakat yang menganut agama Buddha aliran Mahayana dalam tata kehidupan yang terstruktur.
Nilai Ilmu Pengetahuan : mempunyai potensi untuk diteliti dalam rangka menjawab masalah di bidang ilmu arkeologi, sejarah, antropologi, dan sosiologi.
Nilai Agama : menunjukkan adanya benda yang masih terkait dengan aktivitas keagamaan atau religi agama Buddha pada abad ke-8 hingga abad ke-10.
Nilai Budaya : sebagai karya unggul yang mencerminkan puncak pencapaian budaya dan benda yang mencerminkan jati diri suatu bangsa, daerah, dan aliran keagamaan tertentu, yakni umat Buddha di Jawa pada abad ke-8 hingga abad ke-10.
Nama Pemilik Terakhir : Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Riwayat Pengelolaan
Nama Pengelola : Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Catatan Khusus : Arca Bodhisattwa Padmapani (BG. 575) Koleksi Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan bukti arkeologis serta sejarah yang memberikan data dalam menjelaskan tentang kehidupan pada masa Jawa Kuno, khususnya keberadaan masyarakat yang menganut agama Buddha di wilayah Dusun Watusoko, Desa Argodadi, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul.