Omah Demamit mempunyai bentuk persegi dengan atap melengkung. Omah Demamit berukuran panjang 288 cm, lebar 288 cm, tinggi atap 335 cm, tinggi dinding 230 cm dan tebal dinding 33 cm, Omah Demamit menghadap ke timur dengan kusen pintu berukuran panjang 78 cm dan lebar 58 cm. Kusen pintu diberi plat logam pada bagian luar dengan ukuran panjang 69 cm dan lebar 5 cm.
Di dalam ruang Omah Demamit terdapat profil tiga susun dari atas ke bawah di keempat sudutnya. Profil tersebut berbentuk piramida terbalik. Fungsi profil tersebut belum diketahui.
Di atas pintu terdapat profil berbentuk melengkung. Di bagian ujung profil melengkung tersebut terdapat profil mendatar. Di bagian bawah bangunanan terdapat profil kaki yang menyatu dengan keempat pilar. Pilar tersebut mempunyai motif kotak-kotak. Atap bangunan berbentuk melengkung. Di bagian depan dan belakang atap bangunan terdapat profil piramida terbalik.
Bangunan Omah Demamit terbuat dari bahan bata dengan spesi bligon. Pada bangunan terdapat teknik konstruksi pembuatan atap dari susunan bata yang melengkung.
Pada sekitar 10 meter sebelah timur Omah Demamit terdapat struktur fondasi bekas bangunan Belanda atau yang biasa disebut oleh masyarakat setempat dengan nama “lojiâ€. Saat ini sebagian fondasi bekas bangunan Belanda tertutup bangunan rumah penduduk (rumah Pak Agus Subiyanto).
Sisa fondasi bekas bangunan Belanda berupa susunan bata kuno, dengan ukuran struktur sisi barat panjang 18,7 m, sisi selatan 4,9 m, tebal 30 cm. Di sisi barat terdapat undakan berplester bligon dengan ukuran panjang 75 cm dan lebar 45 cm. Bata yang digunakan berukuran panjang 27 cm, lebar 13 cm, dan tebal 5 cm.
Dimensi Benda | : |
Panjang Lebar Tinggi Tebal Diameter Berat |
Jenis Struktur | : | Kolonial |
Jenis Bangunan | : | Kolonial |
Komponen Pelengkap | : |
|
Peristiwa Sejarah | : | Omah Demamit berada di pekarangan rumah Bapak Agus Subiyanto. Berdasarkan informasi warga setempat yang bernama Ibu Sukari (75 tahun), bangunan tersebut difungsikan sebagai tempat untuk menyimpan senjata dan bahan peledak pada zaman Belanda sehingga warga sekitar menyebutnya dengan nama “omah demamit†Bangunan tersebut merupakan bagian dari kompleks bangunan besar milik orang Belanda di masa lalu. Pada kondisi sekarang kompleks bangunan hanya menyisakan beberapa struktur yang nampak di permukaan. Kompleks tersebut dulunya dikelilingi oleh pagar tembok setinggi orang dewasa. Ketika dilakukan survey, sisa pagar sudah tidak tampak di permukaan. Ibu Sukari menambahkan, bekas rumah Belanda tersebut pernah ditempati Lurah Jagabaya yang bernama Sukarjo, kemudian diturunkan kepada anaknya yang bernama Zainal. Selanjutnya rumah diturunkan kepada Suyat atau Mbah Mantri, kemudian diturunkan lagi kepada Agus Subiyanto. Ibu Sukari juga menuturkan bahwa ketika orang Belanda pemilik rumah tersebut menerima gaji, pekarangan di kanan kirinya mendadak menjadi pasar karena banyak orang berjualan di tempat tersebut. Tampaknya orang Belanda tersebut berpenghasilan besar sehingga setiap kali ia mendapatkan gaji, orang-orang pun berdatangan di sekitar rumahnya untuk menjajakan dagangan. Namun, nama dan profesi orang Belanda tersebut tidak diketahui. Sampai kapan rumah tersebut dihuni dan kapan orang Belanda meninggalkan tempat tersebut juga tidak diketahui dengan pasti. |
Nilai Sejarah | : | Omah Demamit menjadi salah satu bukti bahwa Belanda menjelajah sampai di Kabupaten Bantul pada zaman dulu. |
Nilai Ilmu Pengetahuan | : | Omah Demamit menjadi salah satu contoh bangunan tempat penyimpanan bahan peledak (dinamit dan mesiu).Menjawab kebutuhan ilmu arsitektur dan teknik. |
Nama Pemilik Terakhir | : | Bapak Agus Subiyanto |
Nama Pengelola | : | Bapak Agus Subiyanto |
Catatan Khusus | : | Omah Demamit merupakan bangunan tinggalan zaman Belanda di Kabupaten Bantul. |